Taubat dan Shalat Sunah Taubat

Pertanyaan  

Assalamu’alaikum ustad Farid, Saya ingin bertanya mengenai dalil Shalat Taubat. Jazakallah khairan. Wassalamu’alaikum wr wb.

Jawaban
Ustadz Farid Nu'man, SS

Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wabarakatuh. Bismillah wal Hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ba’d:

Shalat sunah taubat jelas syariatnya:

1⃣ Dalilnya:

Dari Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

” مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا، فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: {وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ} [آل عمران: 135] إِلَى آخِرِ الْآيَةِ

Tidaklah seorang hamba melakukan dosa, lalu dia bersuci sebaik-baiknya, lalu melakukan shalat dua rakaat, lalu dia beristighfar kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuninya, lalu Beliau membaca ayat ini: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali ‘Imran: 135)

(HR. At Tirmidzi No. 406, katanya: hasan. Abu Daud No. 1521, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 6676, dll. Syaikh Al Albani menshahihkannya. Lihat Shahihul Jami’ No. 5738)

2⃣ Hukumnya

Hukumnya sunah, menurut kesepakatan empat madzhab Ahlus Sunnah:

صَلاَةُ التَّوْبَةِ مُسْتَحَبَّةٌ بِاتِّفَاقِ الْمَذَاهِبِ الأْرْبَعَةِ

Shalat taubat adalah sunah menurut kesepakatan madzhab yang empat.(Hasyiah Ibni ‘Abidin, 1/462, Hasyiah Ad Dasuqi, 1/314, Asnal Mathalib, 1/205, Kasysyaaf Al Qina’, 1/443)

3⃣ Cara Pelaksanaannya

Caranya sama dengan shalat lainnya, yaitu terpenuhi syarat dan rukunnya. Dilakukan sebanyak dua rakaat sebagaimana shalat dua rakaat biasa. Tidak ada riwayat yang menunjukkan surat khusus yang mesti dibaca. Surat apa pun boleh dan sah. Dan, dilakukan secara sendiri, karena ini termasuk shalat sunah yang memang dilakukan secara munfarid (sendiri).

4⃣ Waktu pelaksanaanya

Shalat sunah taubat waktunya adalah mutlaq, kapan pun boleh dilaksanakan. Sebagusnya memang dilakukan setelah melakukan kesalahan dan maksiat, sebagaimana keterangan hadits di atas, juga hadits lainnya sebagai berikut:

Dari Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu: Berkata kepadaku Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

اتق الله حيثما كنت، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

Bertaqwa-lah kamu di mana saja berada, dan susulilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya akan menghapuskannya. Dan bergaul-lah dengan manusia dengan akhlak yang baik. (HR. At Tirmidzi No. 1987, katanya: hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 1987)

Ada pun melakukan shalat sunah taubat (dan shalat sunah lainnya seperti shalat jenazah, shalat gerhana. tahiyatul masjid, dll) pada waktu-waktu terlarang diperselisihkan para ulama kebolehannya. Sebagian ulama, seperti Imam An Nawawi, Imam Abul Hasan Al Mawardi mengatakan boleh, dan itu merupakan ijma’ sahabat. Menurut mereka shalat-shalat yang terikat oleh sebab, boleh dilakukan kapan pun termasuk di waktu terlarang. Alasannya adalah karena para sahabat nabi melakukan shalat jenazah setelah ashar, dan tidak ada satu pun yang mengingkarinya. Selain itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah mengqadha shalat sunah ba’diyah zhuhur, dilakukannya setelah ashar. Di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ada seorang sahabat yang mengqadha shalat sunah fajar (qabliyah subuh), dilakukannya setelah shalat subuh, dan Beliau membiarkannya. Ada pun ulama lain, tetap pada pendirian terlarangnya shalat sunah dilakukan pada waktu terlarang tersebut. Wallahu A’lam

5⃣ Banyak berbuat baik dalam pertaubatan Bagi orang yang bertaubat, selain melakukan shalat sunah taubat, juga dianjurkan banyak melakukan kebaikan, karena kebaikan itu akan menghilangkan keburukan-keburukan yang pernah dilakukannya. Hal ini sejalan dengan firmanNya:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

Sesungguhnya kebaikan-kebaikan, akan melenyapkan keburukan-keburukan. (QS. Huud: 114)

Tertulis dalam Tafsir Al Muyassar:

إنَّ فِعْلَ الخيرات يكفِّر الذنوب السالفة ويمحو آثارها

Sesungguhnya melakukan banyak kebaikan akan menghapuskan dosa-dosa terdahulu sekaligus menghilangkan bekas-bekasnya. (Tafsir Al Muyassar, 1/234)

Di antara kebaikan tersebut adalah bersedekah, sebagaimana riwayat dari Ka’ab bin ‘Ujrah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ

Sedekah dapat memadamkan kesalahan seperti air memadamkan api. (HR. At Tirmidzi No. 614, katanya: hasan. Ahmad No. 15284. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Isnadnya kuat, sesuai standar Imam Muslim. semua perawi terpercaya, kecuali Ibnu Khutsaim, dia orang yang jujur dan tidak ada masalah.” Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 15284)

📌 Anjuran Bertaubat

Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah:

قال العلماء: التوبة واجبة من كل ذنب, فإن كانت المعصية بين العبد وبين الله تعالى لا تتعلق بحق آدمي, فلها ثلاثة شروط:
أحدها: أن يقلع عن المعصية.
والثاني: أن يندم على فعلها.
والثالث: أن يعزم أن لا يعود إليها أبداً. فإن فقد أحد الثلاثة لم تصح توبته.
وإن كانت المعصية تتعلق بآدمي فشروطها أربعة: هذه الثلاثة, وأن يبرأ من حق صاحبها, فإن كانت مالاً أو نحوه رده إليه, وإن كانت حد قذف ونحوه مكنه منه أو طلب عفوه, وإن كانت غيبة استحله منها. ويجب أن يتوب من جميع الذنوب, فإن تاب من بعضها صحت توبته عند أهل الحق من ذلك الذنب, وبقي عليه الباقي

Para ulama mengatakan: taubat itu wajib pada setiap dosa. Jika maksiatnya adalah antara manusia dengan Allah Ta’ala, tidak kaitan dengan manusia lain, maka ada syarat taubat:

Pertama. Dia meninggalkan maksiatnya itu.

Kedua. Menyesali perbuatannya

Ketiga. Dia bertekad tidak mengulangi lagi selamanya. Jika satu saja luput dari tiga syarat ini maka tidak sah taubatnya.

Jika maksiatnya terkait kesalahan kepada sesama manusia, maka syaratnya empat; yaitu tiga yang di atas, dan membersihkan kesalahannya itu kepada saudaranya. Jika terkait harta atau semisalnya maka kembalikan kepadanya harta tersebut, kalau kesalahannya berupa “menuduh” maka minta maaf kepadanya, jika dosanya berupa ghibah maka minta dihalalkan kepadanya, dan wajib bertaubat dari semua dosa, jika dia bertaubat dari sebagian dosa maka taubatnya tetap sah menurut ahlul haq, dan dia tinggal menyempurnakan taubat yang sisanya. (Riyadhushshalihin, Hal. 33-34)

Wallahu A’lam.