Bolehkah Wanita Berhaji tanpa Didampingi Mahram?

Pertanyaan  

Assalamualaikum wr wb

bagaimana hukumnya wanita yang melaksanakan haji atau umroh tanpa didampingi mahram, mohon jawabannya syukron

Jawaban
Ustadz Farid Nu'man Hasan, SS., M.Sos

Waalaikumusssalam wr wb

Bismillahirrahmanirrahim…

Wanita Haji Tanpa Mahram: BOLEH menurut mayoritas ulama, dan Inilah yang benar menurut Imam An Nawawi

Imam Asy Syafi’i Rahimahullah:

ونقل قولاً عن الشافعي أنها تسافر وحدها إذا كان الطريق آمناً

Dikutip perkataan dari Imam Asy Syafi’i bahwa seorang wanita boleh safar seorang diri (untuk haji) jika kondisi jalan aman. (Subulus Salam, 2/183)

Imam An Nawawi Rahimahullah:

وقال عطاء وسعيد بن جبير وبن سيرين ومالك والأوزاعي والشافعي في المشهور عنه لا يشترط المحرم بل يشترط الأمن على نفسها قال أصحابنا يحصل الأمن بزوج أو محرم أو نسوة ثقات ولا يلزمها الحج عندنا الا بأحد هذه الأشياء فلو وجدت امرأة واحدة ثقة لم يلزمها لكن يجوز لها الحج معها هذا هو الصحيح

Dan berkata ‘Atha, Said bin Jubeir, Ibnu Sirin, Malik, Al Auza’i, Asy Syafi’i, dan yang masyhur darinya bahwa adanya mahram bukan syarat, tetapi yang menjadi syarat adalah adanya rasa aman bagi dirinya. Para sahabat kami (Syafi’iyah) mengatakan bahwa rasa aman itu bisa diperoleh dengan suami atau mahram atau wanita-wanita terpercaya, bagi kami kaum wanita tidaklah wajib baginya kecuali satu di antara hal-hal ini, seandainya dia dapatkan satu orang wanita terpercaya maka boleh baginya haji bersamanya. DAN INILAH YANG BENAR. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 9/104)

Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:

.وقال ابن تميمة: إنه يصح الحج من المرأة بغير محرم ومن غير المستطيع

Imam Ibnu Taimiyah berkata: bahwa Sah hajinya seorang wanita yang pergi tanpa mahram dan hajinya orang yang tidak mampu. (Subulus Salam, 2/184)

Imam Ibnu Hazm Rahimahullah:

وإنما اختلفوا فيما كان واجبا واستنبط منه بن حزم جواز سفر المرأة بغير زوج ولا محرم لكونه صلى الله عليه و سلم لم يأمر بردها ولا عاب سفرها

Para ulama berselisih pendapat tentang safarnya wanita dalam ibadah yang wajib. Imam Ibnu Hazm berpendapat bolehnya safar seorang wanita tanpa suaminya atau tanpa mahramnya sebab kenyataannya Nabi ﷺ tidak memerintahkan wanita itu untuk kembali dan tidak mencela safarnya. (Fathul Bari, 4/78)

Imam Ibnu Hajar Rahimahullah:

واستدل بحديث عائشة هذا على جواز حج المرأة مع من تثق به ولو لم يكن زوجا ولا محرما

Hadits ‘Aisyah ini menjadi dalil bolehnya haji seorang wanita bersama orang-orang terpercaya walau pun tidak bersama suaminya dan tanpa mahramnya. (Fathul Bari, 4/75)

✅ Hadits Aisyah Radhiallahu ‘Anha yang mana yang dimaksud? Yaitu pertanyaan Aisyah Radhiallahu ‘Anha:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا نَغْزُو وَنُجَاهِدُ مَعَكُمْ فَقَالَ لَكِنَّ أَحْسَنَ الْجِهَادِ وَأَجْمَلَهُ الْحَجُّ حَجٌّ مَبْرُورٌ فَقَالَتْ عَائِشَةُ فَلَا أَدَعُ الْحَجَّ بَعْدَ إِذْ سَمِعْتُ هَذَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Wahai Rasulullah, boleh kami berperang dan berjihad bersamamu?

Nabi bersabda: “Jihad terbaik dan terindah adalah haji yang mabrur.”

Lalu ‘Aisyah berkata: “Maka aku tidak pernah meninggalkan haji setelah aku mendengarkan perkataan ini dari Rasulullah ﷺ .” (HR. Al Bukhari No. 1728)

Hadits ini juga di komentara Imam Ibnu Baththal Rahimahullah sebagai berikut:

هذه الحال ترفع تحريج الرسول ( صلى الله عليه وسلم ) عن النساء المسافرات بغير ذى محرم ، كذلك قال مالك والأوزاعى والشافعى : تخرج المرأة فى حجة الفريضة مع جماعة النساء فى رفقة مأمونة وإن لم يكن معها محرم ، وجمهور العلماء على جواز ذلك ، وكان ابن عمر يحج معه نسوة من جيرانه ، وهو قول عطاء وسعيد بن جبير وابن سيرين والحسن

Keadaan ini menghilangkan larangan Rasulullah ﷺ bagi wanita yang safar tanpa mahram, demikian juga perkataan Malik, Al Auza’i, Asy Syafi’i: “Keluarnya wanita pergi haji yang wajib bersama jamaah wanita yang terpercaya, walau tidak ada mahram bersamanya. MAYORITAS ULAMA MEMBOLEHKAN ITU. Dahulu Ibnu Umar haji bersama wnaita tetangganya. Ini merupakan pendapat ‘Atha, Sa’id bin Jubeir, Ibnu Sirin, dan Al Hasan Al Basri. (Syarh Shahih Al Bukhari, 4/532)

✅ Lalu bagaimana dengan hadits “Janganlah seorang wanita bepergian KECUALI bersama mahramnya”?

Hadits tersebut dikomentari oleh para ulama, sebagai berikut:

وحمله مالك وجمهور الفقهاء على الخصوص ، وأن المراد بالنهى الأسفار غير الواجبة عليها بعموم قوله تعالى : ( وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ ) [ آل عمران : 97 ] فدخلت المرأة فى عموم هذا الخطاب ولزمها فرض الحج ، ولا يجوز أن تُمنع المرأة من الفروض كما لا تمنع من الصلاة والصيام ؛ ألا ترى أن عليها أن تهاجر من دار الكفر إلى دار الإسلام إذا أسلمت فيه بعير محرم ، وكذلك كل واجبٍ عليها أن تخرج فيه ، فثبت بهذا أن نهيه عليه السلام أن تسافر المرأة مع غير ذى محرم أنه أراد بذلك سفرًا غير واجب عليها ، والله أعلم

Malik dan MAYORITAS ULAMA mengartikannya secara khusus (bukan untuk semua safar), maksud larangan tersebut adalah untuk safar-safar yang TIDAK WAJIB, berdasarkan keumuman firman Allah ﷻ : mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah (QS. Ali Imran: 97), dan kaum wanita termasuk pada keumuman pembicaraan ayat ini dan kewajiban haji.
Dan, TIDAK BOLEH MELARANG WANITA dari kewajiban-kewajiban, sebagaimana tidak boleh melarang mereka dari shalat dan puasa. Tidakkah Anda melihat, bahwa wanita diwajibkan berhijrah dari negeri kafir ke negeri Islam, jika di negeri kafir dia tidak memiliki mahram? Maka, demikian juga semua kewajiban yang mengharuskannya dia keluar dari negerinya. Maka, dengan ini telah pasti bahwa larangan Nabi ﷻ tentang safarnya kaum wanita tanpa mahram adalah pada perjalanan yang tidak wajib baginya. Wallahu A’lam ( Syarh Shahih Al Bukhari, 4/532-533)

Namun demikian, dengan mahram atau suaminya tentu lebih baik.

✅ Sebagian ulama ada yang tetap melarang wanita haji tanpa suami dan mahram, karena menurut mereka larangan tersebut berlaku untuk semua safar. Inilah pendapat Abu Hanifah, Ahmad, Ishaq, dan Abu Tsaur. (Ibid, 4/532)

Demikian. Wallahu A’lam