Pertanyaan
Bolehkah kita berdoa agar pemimpin yang Zholim kepada rakyatnya terkena musibah atau celaka?
Amanah pemimpin adalah amanah yang sangat besar, bak pisau bermata dua. Jika seorang pemimpin menjaga amanahnya dengan menjaga keshalihan diri, berbuat adil, melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, tidak bermaksiat, dan mengupayakan kemaslahatan rakyat, maka ia menjadi orang yang paling banyak kebaikannya di hadapan Allah. Sebaliknya, jika la mengkhianati jabatannya, berbuat maksiat dengan kekuasaannya, mengkhianati bangsa, berbuat zalim dan menindas rakyat hingga rakyat mengalami kesulitan dan membencinya maka ia menjadi orang yang paling banyak dosanya.
Rasulullah Saw, menggambarkan sebaik baik pemimpin dan seburuk buruk pemimpin, dalam sabdanya berikut;
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang yang kalian cintal dan mereka pun mencintal kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian”. (ad-Darimi 2677).
Dari gambaran hadis di atas, bila seorang pemimpin berbuat zalim, tidak adil dan menyengsarakan rakyat, maka sebagai konsekwensinya rakyat akan membencinya dan melaknatnya. Kebencian dan kutukan ini nampaknya sebagai hukuman dari Allah terhadap pemimpin yang zalim dan tidak mengupayakan kemaslahatan rakyatnya. Biasanya kebencian dan kutukan kepada pemimpin in tidak akan muncul kecuali setelah kezaliman, pengkhianatan dan keburukan pemimpin tersebut sudah kelewat batas, hingga rakyat tidak punya harapan untuk bisa mengubah Kejahatan dan pengkhianatannya kecuali dengan berdoa kepada Allah. Karena itu, dalam kondisi seperti Ini, nampaknya doa orang yang tertindas dan terzalimi oleh pemimpin itu dibolehkan. Bahkan Nabi Saw, mengingatkan pemimpin yang zalim agar berhati-hati terhadap doa-doa orang yang teraniaya karena doanya dikabulkan oleh Allah;
“Takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada hijab penghalang antara doanya dan Allah”. (Bukhari, 2448)
Ini semua sebagai peringatan bagi para pemimpin agar tidak mengkhianati jabatannya. Bahkan di akhirat, pengkhianatan para pemimpin ini diberi bendera khusus sebaga bentuk pemberat hukuman bagi mereka. Sabda Nabi saw:
“Ketahuilah bahwa setiap pengkhianat akan membawa bendera pada hari kiamat sesuai dengan kadar pengkhianatannya, dan pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan seorang pemimpin umum”. (Ahmad, 10716)
Karena itu, setiap orang yang berambisi menjadi pemimpin hendaknya tidak hanya berfikir tentang berbagai fasilitas, gaji, popularitas dan berbagai peluang untuk merapu kekayaan semata, tetapi juga harus memikirkan segala konsekwensinya bila dia tidak bisa berbuat adil, tidak bisa mengupayakan kemaslahatan rakyat dan tidak bisa melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.