Urgensi Menjaga Keseimbangan

Narasumber: KH. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc.

وَاَ قِيْمُوا  الْوَزْنَ  بِا لْقِسْطِ  وَلَا  تُخْسِرُوا  الْمِيْزَا نَ

“Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.” (QS. Ar-Rahman: 9)

• Keseimbangan menjadi prinsip dan kaiidah utama dalam kehidupan ini. Segala sesuatu diciptakan Allah di atas dasar keseimbangan sehingga semuanya berjalan dengan baik sesuai ukuran dan ketentuannya. Firman-Nya:

اِنَّا  كُلَّ  شَيْءٍ  خَلَقْنٰهُ  بِقَدَرٍ

“Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
(QS. Al-Qamar: 49)

• Bila ukuran-ukuran ini dikurangi pasti merusak keseimbangan dan terjadi ketimpangan dalam kehidupan. Karena itu Allah melarang kita mengurangi keseimbangan ini.

• Ada banyak keseimbangan yang harus dijaga dalam kehidupan orang-orang beriman, diantaranya:

• Keseimbangan antara dunia dan akhirat. Bila dunia lebih diutamakan dari akhirat dalam kehidupan seorang mukmin pasti menimbulkan kerusakan dalam hidupnya: Rakus terhadap dunia, cinta dunia, dunia menjadi tujuan, dan melanggar aturan halal-haram dalam mendapatkannya.

• Keseimbangan antara ikhtiar dan iman kepada takdir. Virus corona ini sudah ada ketentuan dan alamatnya, siapa yang harus terpapar dan siapa yang tidak terpapar, karena segala sesuatu memiliki ketentuan dan petunjuknya. Ketentuan ini tidak pernah meleset atau salah alamat. Firman Allah:

وَا لَّذِيْ  قَدَّرَ  فَهَدٰى

“yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,”
(QS. Al-A’la: 3)

• Karena tidak mengetahui ketentuan dan petunjuknya tersebut maka kita harus melakukan ikhtiar dengan menjaga prokes, memakai masker, dan menjaga imun. Bila sudah melakukan ikhtiar tetapi tetap terpapar virus corona maka harus dikembalikan kepada takdir Allah dan berharap kebaikan di balik ujian tersebut. Sebaliknya iman kepada takdir Allah ini tidak boleh membuat kita meninggalkan ikhtiar lalu tidak mau menjaga prokes dan upaya lainnya.

• Keseimbangan antara hak dan kewajiban. Dalam kehidupan ini selalu ada hak dan kewajiban. Sebaiknya setiap orang fokus menunaikan kewajibannya dan tidak berlebihan menuntut hak. Bila kewajiban ditunaikan maka hak akan diberikan. Ada kewajiban terhada Allah, diri sendiri dan orang lain. Masing-masing kewajiban harus ditunaikan sesuai ukuran yang telah digariskan agama. Jangan dirusak keseimbangannya agar tidak terjadi ketimpangan.

• Keseimbangan antara akidah, akhlak dan syariah. Islam bukan hanya akidah atau ibadah khusus, tetapi juga harus termanifestasikan dalam akhlak dan muamalah atau kehidupan sehari-hari. Jangan sampai ada orang yang akidah dan ibadahnya baik tetapi akhlak dan muamalahnya buruk, atau sebaliknya. Iman dan amal saleh merupakan dua sisi dari satu mata uang. Bila salah satu sisinya rusak maka nilai mata uang itu hilang dan tidak laku menjadi alat pembayaran.

• Keseimbangan antara spiritual dan material. Manusia tidak hanya fisik tetapi di dalamnya juga ada jiwa dan ruh. Keduanya memiliki tuntutan masing-masing yang harus dipenuhi. Bila tuntutan spiritual tidak dipenuhi bisa mengakibatkan kekosongan spiritual lalu mudah terjadi kejahatan, depresi, kepanikan dan keringkihan jiwa. Padahal ketenangan jiwa sangat diperlukan untuk menjaga imun dalam menghadapi pandemi ini. Karena itu disamping usaha-usaha kesehatan juga harus dibarengi dengan doa, dzikir, istighfar dan membaca al-Quran agar senantiasa terhubung dan tersambung dengan sumber kekuatan, Allah Yang Maha Kuat. Aspek spiritual ini sangat besar perannya dalam usaha mendapatkan kesembuhan dan kesuksesan. Karena itu, Allah mengajarkan bahkan memerintahkan upaya spiritual khusnya doa di dalami kitab-Nya.