Pertanyaan
Assalamualaikum Wr. Wb
1. Apa sajakah syarat sah dan rukun mandi wajib?
2. Apabila saya tidak sedang berhadast besar, dan ingin mandi keramas biasa, apakah harus diniatkan sebagai mandi wajib?
Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh
Bismillahirrahmanirrahim..
1.Mandi wajib ada dua rukun:
a. Niat menghilangkan hadats besar
Jika tidak ada niat, hanya sekadar ingin menyegarkan badan, maka tidak sah. Imam Ibnu Rajab Rahimahullah mengatakan:
تمييز العبادات بعضها عن بعض ، كتمييز صلاة الظهر من صلاة العصر مثلاً وتمييز صيام رمضان من صيام غيره ، أو تمييز العبادات من العادات ، كتمييز الغُسل من الجنابة من غسل التبرد والتنظف ، ونحو ذلك، وهذه النيَّةُ هي التي تُوجد كثيراً في كلام الفقهاء في كتبهم .
(Niat) itu membedakan sebagian ibadah dengan ibadah lainnya, seperti membedakan shalat Dzuhur dengan shalat Ashar, membedakan puasa Ramadhan dengan puasa lainnya. Atau membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan, misalnya membedakan antara mandi junub dengan mandi untuk menyejukkan badan atau membersihkannya, dan lain sebagainya. Niat seperti inilah yang banyak sekali dijumpai di perkataan para fuqaha’.
(Jaami’ Al ‘Uluum wal Hikam, hal. 11)
b. Meratakan air ke seluruh badan
Dalam Al Mausu’ah disebutkan:
اتفق الفقهاء على أن تعميم الجسد كله بالماء فرض في الغسل؛ لأن من أركان الغسل: تعميم الجسد.
Para ahli fiqih sepakat bahwa meratakan air ke seluruh bagian tubuh adalah wajib, karena di antara rukun mandi adalah meratakan air ke tubuh. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 13/19)
Jika dua hal di atas sudah dilakukan maka sudah sah mandi wajibnya. Ada pun wudhu, maka itu sunnah. Sedangkan keramas pakai sampo, itu bukan bagian dari ritual mandi wajib. Itu penyempurna saja dan bagus-bagus saja jika dilaksanakan. Tidak dilaksanakan juga tidak apa-apa.
2. Ada pun niat mandi wajib, padahal sedang tidak hadats besar, itu tidak boleh. Itu mengada-ada. Sebab, faktor untuk mengharuskannya menurut agama tidak ada.
Dalam Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 111252:
أما أن يغتسل للجمعة قبل يومها أو يغتسل بنية رفع الجنابة وهو يعلم أنه ليس جنبا بقصد التعبد فإن اغتساله هذا غير مشروع وهو بدعة في الدين لقول النبي صلى الله عليه وسلم: من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد. رواه مسلم وأحمد
Ada pun mandi Jumat sebelum harinya, atau mandi JUNUB PADAHAL DIA TAHU DIRINYA TIDAK JUNUB dengan maksud ibadah, maka ini tidak disyaratkan dan bid’ah dalam agama. Berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Siapa yang melakukan amal dalam urusan kami (agama) padahal bukan berasal dari kami, maka itu tertolak.” (selesai)
Ada pun sekadar mandi dengan tata cara mandi wajib, seperti saat masuk ke Mekkah, Ihram, Jumat, hari raya, maka itu sunnah. Caranya memang seperti mandi wajib, tapi niatnya bukan menghilangkan hadats besar.
Dalam fatwa yang sama:
فلا حرج على المرء في أن يغتسل بنية النظافة أو التبرد ويكون غسله مشابها لكيفية الأغسال المشروعة للتعبد.
Tidak masalah bagi seseorang mandi untuk niat membersihkan dan menyegarkan badan, dengan cara seperti mandi wajib yang disyariatkan untuk ibadah. (Ibid)
Demikian. Wallahu a’lam