Pertanyaan
Assalamualaikum ustadzah Saya adalah anak terakhir, ibu saya meninggal dunia pada bulan juni lalu, saya tinggal bersama ayah saya, sedang saudari saya sudah menikah. Saya sebenarnya ingin mencari kerja di Malaysia akan tetapi ayah saya sendiri dan tidak mau ikut kakak kakak saya, saya bingung ustadzah saya harus bagaimana? Jika saya memilih tinggal di rumah, saya hanya perempuan yang tidak bisa apa-apa di desa, saya bermaksud ingin bekerja demi ayah saya dan masa depan saya, jika saya tidak pergi bagaimana saya bisa ngasih orangtua uang.
Saudariku yang dirahmati Allah, jika memang anda ingin bekerja dan berpenghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari, anda bisa bicarakan hal ini secara baik-baik dengan orangtua semoga beliau dapat mengerti dan mengizinkan anda untuk bekerja, namun jika beliau tidak mengizinkan tentunya anda bisa membicarakan hal ini dengan saudara-saudara anda dan mohon support dan bantuan secara ekonomi jika ayah betul-betul tidak menghendaki anda untuk bekerja keluar dan hanya ingin diurus oleh anda.
Saran kami, ketika seorang muslim dalam kebimbangan tentang suatu pilihan, maka sangat dianjurkan untuk memohon petunjuk Allah dengan istikharah agar apapun keputusan yg nantinya diambil semua tidak terlepas dari pertimbangan syariat dan semua pihak ridho dengan ketentuan tagdir yang terjadi.
Shalat istikharah adalah shalat sunah untuk memohon petunjuk dari Allah, bukan hanya ketika dihadapkan pada dua atau beberapa pilihan, namun hal ini berlaku juga jika sedang dihadapkan pada satu pilihan namun bingung dalam mengambil keputusan antara menerima atau menolak, antara menghentikan atau melanjutkan. Karena Allah Maha Mengetahui, jalan terbaik untuk mengatasi dilema adalah dengan melaksanakan shalat istikharah.
Dalam Fiqih Empat Madzhab, Syaikh Abdurrahman Al Juzairi menjelaskan, disunnahkan bagi setiap muslim untuk melakukan dua rakaat shalat istikharah saat hendak menentukan sesuatu. Terutama saat bimbang atau ragu Ketika menentukan pilihan. Syaikh Musthafa Al Bugha dalam Fiqih Manhaji mengatakan, shalat istikharah merupakan sunnah bagi seseorang yang mengharapkan suatu hal yang mubah, tapi ia tidak tahu apakah itu baik baginya. Sedangkan Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menerangkan, shalat ini disunnahkan ketika seseorang menghadapi suatu permasalahan sedangkan ia ragu-ragu mana yang terbaik. Dalam hadits riwayat Jabir Ibn Abdillah ra, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ
“Dari Jabir bin Abdullah Ra, berkata, “Rasulullah mengajarkan kepada kami cara mengerjakan shalat istikharah dalam segala urusan, sebagaimana Rasulullah mengajarkan kami surat Al-Quran. Jika diantara kalian ingin melakukan suatu perkara/urusan, maka rukuklah (shalatlah) dua rakaat (istikharah): kemudian membaca doa (HR. Bukhari)”.
Shalat istikharah ini dapat dilakukan kapan saja, baik siang maupun malam hari, asalkan bukan dikerjakan pada tiga waktu yang terlarang, yakni ketika matahari terbit atau sedang berada di tengah atau sedang terbenam.
Para ulama sepakat pada dua perkara mengenai jumlah rakaat yang dikerjakan pada shalat istikharah yakni dua rakaat yang diawali niat dan diakhiri salam. Bacaan doa setelah shalat istikharah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي
“Allahumma inni astakhiiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka biqud ratika, wa as aluka min fadhlikal adziim, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa talamu wa laa alamu, wa anta allaamul ghuyub. Allahumma in kunta talamu anna hadzal amra khairan Iii fii diinii wa maaasyi wa agibati amrii faqdurhu lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna haazal amra syarrun Iii fii diinii wa ma’aasyi wa aqibati amrii, fash-rifhu ‘annii was-rifnii anhu, waqdur lial khaira haitsu kaana tsumma ardhi-nii bihi”.
Artinya:
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kekuasaan-Mu (untuk menyelesaikan urusanku) dengan kodrat-Mu, dan aku memohon kepada-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedangkan aku tidak berkuasa, Engkau Mahatahu sedangkan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, dalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya bagiku, maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan ini bagiku, kemudian berkahilah aku dalam urusan ini. Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, dalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya bagiku, maka jauhkanlah urusan ini dariku, dan jauhkanlah aku dari urusan ini, dan takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun, kemudian jadikanlah aku ridha menerimanya.
Tidak seperti persangkaan sebagian orang bahwa jawaban shalat istikharah diberi Allah dalam bentuk mimpi, sesungguhnya hasil istikharah adalah kemantapan hati. Yakni hati kita lebih condong pada pilihan mana yang terasa lebih baik untuk kita. Hati kita mantap memilih apa, itulah hasil istikharah kita. Tidak harus berupa mimpi.
Bahkan kalaupun kemantapan hati belum sempurna, bisa saja Allah telah mentakdirkan satu keputusan terjadi usai shalat istikharah, inilah jawaban dan hasil istikharah. Sebagaimana doa istikharah, kita mohon Allah mentakdirkan dan memberkahi. Keberkahan ini merupakan keutamaan shalat istikharah. Wallaahu alam.