Pertanyaan
Apa Hukum Mewarnai Rambut bagi laki-laki?
Bismillahirrahmanirrahim..
Menyemir rambut memang disunnahkan, hal tsb berdasarkan beberapa hadits berikut:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
أُتِيَ بِأَبِي قُحَافَةَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ وَرَأْسُهُ وَلِحْيَتُهُ كَالثَّغَامَةِ بَيَاضًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيِّرُوا هَذَا بِشَيْءٍ وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ
Dari Jabir bin ‘Abdillah ia berkata; pada hari penaklukan Makkah, Abu Quhafah dibawa ke hadapan Rasulullah ﷺ dengan rambut dan jenggotnya yang memutih seperti pohon Tsaghamah (pohon yang daun dan buahnya putih). Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Celuplah (rambut dan jenggot Anda) dengan sesuatu, tapi jauhi warna hitam.” (HR. Muslim no. 2021)
Dalam hadits lain:
يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ حَمِّرُوا وَصَفِّرُوا وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ
Wahai orang Anshar, merahilah dan kuningilah rambut kalian, dan berbedalah kalian dengan ahli kitab. (HR. Ahmad no. 22283, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad, 36/213)
Dua hadits ini menunjukkan anjuran mewarnai atau menyemir rambut, namun hendaknya tidak memakai warna hitam.
Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:
ومذهبنا – أي الشافعي – استحباب خضاب الشيب للرجل والمرأة بصفرة أو حمر
“Madzhab kami –yaitu Asy Syafi’i- menyatakan sunnah menyemir uban bagi laki-laki dan wanita baik dengan kuning dan merah.” (Imam An Nawawi, Al Minhaj Syah Shahih Muslim, 14/80)
Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata:
ويستحبّ خِضاب الشّيب بغير السّواد ، قال أحمد : إنّي لأرى الشّيخ المخضوب فأفرح به . وذَاكَر رجلا ، فقال: لِمَ لا تختضب ؟ فقال: أستحي . قَال: سبحان اللّه ، سنّة رسول اللّه – صلّى اللّه عليه وسلّم – !
Disunnahkan menyemir uban dengan selain warna hitam. Imam Ahmad berkata: “Saya senang sekali melihat orang tua yang disemir rambutnya.” Beliau mengingatkan seorang laki-laki, katanya: “Kenapa kamu tidak menyemir rambut?” Dia menjawab: “Saya malu.” Imam Ahmad menjawab: “Subhanallah, Ini sunnah Rasulullah ﷺ ! (Imam Ibnu Qudamah, Al Mughni, 1/125)
Dalam Al Mausu’ah disebutkan:
اتفق الفقهاء على أن تغيير الشيب بالحناء أو نحوه : مستحب للمرأة ، كما هو مستحب للرجل
“Para ahli fiqih sepakat tentang mengubah uban dengan henna atau sejenisnya, adalah sunnah bagi wanita, sebagaimana sunnah pula bagi kaum laki-laki.” (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah, 2/281)
Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai larangan warna hitam, apakah haram atau makruh. Penelitian yang dilakukan oleh Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah adalah itu makruh, bukan haram.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah berkata:
والصواب جواز تغيير الشيب وجواز تركه، وجواز الخضاب بأي لون كان، مع كراهة الخضاب بالسواد.
“Yang benar adalah boleh merubah uban dan boleh juga membiarkannya, dan dibolehkan menyemirnya dengan warna apa saja, namun makruh menggunakan warna hitam.” (Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 4/228. Maktabah Al Misykah)
Sebab sebagian sahabat nabi dan tabi’in ada yang mewarnai rambut mereka dengan hitam. Seperti Utsman, Al Hasan, Al Husein, Uqbah bin ‘Amr, Abu Burdah, Ibnu Sirin, dan lainnya. (Imam Asy Syaukani, Nailul Authar, 1/118)
Namun demikian jika mewarnai rambut dengan warna merah dan kuning adalah sesuatu yang asing dan aneh di masyarakat, apalagi jika dilakukan orang-orang baik, para ustadz, … atau dinilai ikut-ikutan anak gaul, maka sebaiknya lihat kondisi dulu. Masyarakat hendaknya diedukasi dulu secara fiqih agar mereka tidak salah paham terhadap semir dengan warna merah dan kuning.
Demikian. Wallahu A’ lam