Pertanyaan
1. Bagaimana cara menyucikan tangan yang terkena percikan air kencing?
2. Bagaimana cara menyucikan air bak mandi yang terkena percikan air kencing ?
3. Bagaimana cara menyucikan najis air kencing?
Bismillahirrahmanirrahim..
1. Cari membersihkan air kencing yg terciprat di tangan, tentu sama dengan objek lain yang kena kencing. Yaitu dicuci sebersih-bersihnya dengan air bersih, jika pakai sabun lebih baik lagi, sebab air kencing manusia termasuk najis berat.
Dari Aisyah Radhiallahu Anha: aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ
Janganlah shalat ketika makanan tersedia dan ketika menahan dua hal yang paling busuk. (HR. Muslim No. 560)
Dua hal yang paling busuk maksudnya buang air besar (Al Ghaaith) dan buang air kecil (Al Bawl), sebagaimana disebut dalam Shahih Ibnu Hibban No. 2073. Ini menunjukkan tinja manusia dan air kencingnya adalah najis.
Ada pun air kencing bayi laki-laki yang belum makan makanan wajar, masih ASI ekslusif, maka diberikan keringan bagi air kencingnya itu. Dibersihkannya tidak dengan cara dicuci tetapi cukup dipercikan, tetapi kencing bayi perempuan tetap dicuci.
Hal ini berdasarkan dari Ali bin Thalib Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي بَوْلِ الْغُلَامِ الرَّضِيعِ يُنْضَحُ بَوْلُ الْغُلَامِ وَيُغْسَلُ بَوْلُ الْجَارِيَةِ
Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berketa tentang air kencing anak laki-laki yang masih menyusui: “Air kencing laki-laki dipercikan dan air kencing perempuan dicuci.” (HR. At Tirmidzi No. 610, katanya: hasan shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: isnadnya shahih. Lihat Fathul Bari, 1/326)
Qatadah berkata:
وَهَذَا مَا لَمْ يَطْعَمَا فَإِذَا طَعِمَا غُسِلَا جَمِيعًا
Ini untuk bayi yang belum makan makanan yang wajar, apabila bayi tersebut sudah makan maka dicuci semuanya. (Ibid)
2. Air cipratan kencing yang masuk ke bak mandi, bisa disucikan dgn proses Istihlak, yaitu perubahan wujud dgn cara mencampurkan air tersebut dengan air suci dalam jumlah yg sangat banyak. Sehingga keberadaan yg najis itu pun lenyap atau sangat sedikit shingga bisa diabaikan, krn sdh tidak ada warna, rasa, dan baunya. Ini akan kembali suci jika tiga sifat dasar sucinya itu kembali lagi.
3. Membersihkan air kencing, adalah disiram sampai sebersih-bersihnya.
Dalilnya:
وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضي الله عنه – قَالَ: – جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي طَائِفَةِ اَلْمَسْجِدِ, فَزَجَرَهُ اَلنَّاسُ, فَنَهَاهُمْ اَلنَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمَّا قَضَى بَوْلَهُ أَمَرَ اَلنَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – بِذَنُوبٍ مِنْ مَاءٍ; فَأُهْرِيقَ عَلَيْهِ. – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
“Datang seorang A’rabi (orang pedalaman) lalu dia kencing pada dinding masjid, maka manusia mencegahnya, namun Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang mereka (untuk mencegah kencing si Badui, pen). Ketika orang itu sudah selesai kencing, maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk membawa air yang banyak, lalu menyiramkan air kencing tersebut.
(HR. Muttafaq Alaih)
Jika air kencing itu di sungai yang mengalir, maka aliran itu sendiri sudah mensucikannya. Atau, jika kencingnya di tanah terbuka, maka didiamkan dgn waktu lama, sehingga mengering, bau dan bekasnya hilang, maka itu juga menghilangkan kenajisannya.
Demikian. Wallahu a’lam.