Bolehkah Menggabungkan 2 Niat Ibadah

Pertanyaan  

Maaf mau konsul tentang niat. Untuk ibadah sunnah yang sejenis boleh ya di gabung? misal sholat rawatib qobliyah dengan tahiyatul masjid atau puasa syawal dengan ayyamul bidh/senin/kamis. Niatnya cukup 1 atau 2? Maksudnya kalo sholat rawatib qobliyah otomatis sudah termasuk tahiyatul masjid. Ini 1 niat.  Atau 2 niat digabung rowatib qobliyah dengan tahiyatul masjid. Demikian juga waktu puasa syawal pada hari senin apakah cukup niat 1 puasa syawal otomatis senin juga ikut atau niatnya 2 syawal dan senin?

Jazakallah  atas penjelasannya

Jawaban
Ustadz Farid Nu'man, SS

Bismillah wal Hamdulillah …

Mungkin maksudnya menggabungkan shalat tahiyatul masjid dengan shalat sunah fajar (qabliyah subuh), sedangkan shalat fajar adalah shalat subuh itu sendiri.

Boleh bagi seseorang yang melaksanakan shalat sunah rawatib juga meniatkan sebagai shalat tahiyatul masjid, hal ini dikatakan para ulama, si antaranya sebagai berikut:

Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:

ولا يشترط أن ينوي بالركعتين التحية بل إذا صلى ركعتين بنية الصلاة مطلقا أو نوى ركعتين نافلة راتبة أو غير راتبة أو صلاة فريضة مؤداة أو مقضية أو منذورة أجزأه ذلك وحصل له ما نوى وحصلت تحية المسجد ضمنا ولا خلاف في هذا قال أصحابنا وكذا لو نوى الفريضة وتحية المسجد أو الراتبة وتحية المسجد حصلا جميعا بلا خلاف

Tidak disyaratkan melalukan dua rakaat sebagai tahiyatul masjid, tetapi jika seseoran melakukan shalat dua rakaat dengan niat shalat mutlak, atau shalat sunah rawatib atau yang bukan rawatib, atau shalat wajib, baik pada waktunya atau qadha, maka itu telah cukup dan dia telah mendapatkan apa yang dia niatkan, dan dia juga mendapatkan tahiyatul masjid tercakup di dalamnya, dan tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini.

Para sahabat kami (Syafi’iyah)  mengatakan, jika seseorang meniatkan shalat wajib sekaligus tahiyatul masjid atau shalat rawatib sekaligus tahiyatul masjid, maka semua itu sah, tanpa adanya perbedaan pendapat. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 4/52)

Pertanyaan kedua,

Hal itu boleh, dalilnya adalah;

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الصَّدَقَةُ عَلَى المِسكينِ صَدَقةٌ ، وعَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ : صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ

Bersedekah kepada orang miskin adalah sedekah, bersedekah kepada orang yang punya hubungan persaudaraan ada dua macam keutamaan: bersedekah dan silaturrahim. (HR. At Tirmidzi No. 657, katanya: hasan)

Hadits diatas menunjukkan satu amal yaitu sedekah kepada keluarga sendiri bisa dapat dua manfaat, yaitu sedekah itu sendiri dan mempererat silaturrahim.

Oleh karena itu, satu amal ibadah bisa diniatkan dua niat sekaligus. Seperti shalat qabliyah diniatkan juga tahiyatul masjid, sebagaimana dikatakan Imam An Nawawi. Begitu pula puasa Sunnah dengan puasa Sunnah.

Al ‘Allamah As Sayyid Al Bakriy bin Sayyid Muhammad Syatha Ad Dimyathi Rahimahullah menjelaskan:

اعلم أنه قد يوجد للصوم سببان: كوقوع عرفة أو عاشوراء يوم اثنين أو خميس، أو وقوع اثنين أو خميس في ستة شوال، فيزداد تأكده رعاية لوجود السببين، فإن نواهما: حصلا – كالصدقة على القريب، صدقة وصلة – وكذا لو نوى أحدهما – فيما يظهر -.

 

Ketahuilah shaum itu diperoleh dengan dua sebab: seperti jatuhnya hari ‘Arafah atau hari ‘Asyura di hari Senin atau Kamis, atau jatuhnya Senin atau Kamis bertepatan dengan enam hari  Syawwal. Maka, penekanan untuk menjaganya jadi bertambah kuat, jika meniatkan langsung keduanya maka sah. Seperti sedekah kepada kerabat sendiri mendapatkan dua hasil: sedekah dan silaturrahim. Demikian juga jika berpuasa dengan dua niat menurut pendapat yg benar (adalah sah). (I’aanatuth Thalibiin, 2/307)

Demikian. Wallahu a’lam