Pertanyaan
Assalamu’alaikum ustadzah saya mau bertanya dulu orang tua saya sempat mau berpisah, tapi akhirnya balikan lagi, sekarang punya anak setiap nikah berujung perceraian apa itu imbas dari orang tua?
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh
Mungkinkah apa yang dilakukan orang tua dapat menurun/terjadi pada kehidupan anak-anaknya? Sesungguhnya amal dan kesalihan kedua orang tua memiliki dampak terhadap kesalihan anak-anak mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Demikian pula amal buruk dan berbagai dosa besar yang dilakukan ayah maupun ibu, memiliki pengaruh buruk pada pendidikan buah hati keduanya. Oleh sebab itu, hendaklah kedua orang tua memperbanyak amal salih sehingga dampaknya pun akan tercermin pada anak-anak mereka.
Faktor genetik adalah salah satu yang mungkin menjadi hal yang tak dapat dihindari dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Warisan genetik, dapat berpengaruh pada penampilan, bentuk tubuh, penyakit, hingga kebiasaan. Gaya hidup seorang ayah yang terbiasa merokok di depan anak-anaknya, maka akan membentuk kebiasaan yang sama saat anak tersebut dewasa. Hal ini terjadi karena anak, khususnya usia di bawah 10 tahun dapat sangat mudah dipengaruhi oleh kebiasaan yang dilakukan orang-orang sekelilingnya, terutama keluarga, firman Allah Ta’ala;
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya” (Ath-Thuur: 21)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy menafsirkan, “keturunan yang mengikuti mereka dalam keimanan maksudnya adalah mereka mengikuti keimanan yang muncul dari orang tua/kakek-buyut mereka. Maka keturunan mereka mengikuti mereka dalam keimanan. Maka lebih utama lagi Jika keimanan muncul dari diri anak keturunan itu sendiri. Mereka yang disebut ini, maka Allah akan mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua/kakek buyut mereka di surga walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya (kedudukan anak lebih rendah dari orangtua —pent), sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi pahala mereka, akan tetapi dengan hal ini, Allah tidak mengurangi pahala orang tua mereka sedikitpun.”
Dalam tinjauan ilmu psikologi dikenal adanya istilah modelling dalam pendidikan anak. Yang berarti anak belajar dari lingkungannya dengan cara observasi (melihat), dan imitasi (meniru). Dan lingkungan terdekat yang menjadi model observasi dan imitasi pasti adalah keluarga atau orangtuanya. Sebagaimana Rasulullah SAW juga menyatakan dalam hadits;
“Ibu adalah sekolah yang pertama dan utama bagi anak-anaknya”.
Anak akan melihat bagaimana cara orangtua berbicara dan menanggapi sesuatu, melakukan berbagai hal, dan lain sebagainya. Ini dimulai sejak anak usia dini. Jadi peristiwa-peristiwa apapun yang terjadi di dalam rumah antara ibu dan ayahnya akan terekam dalam ingatan anak yang di kemudian hari proses observasi dan imitasi ini akan dipraktikkan anak dalam kehidupannya ketika anak menghadapi masalah-masalah yang sama.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu berhati-hati dalam setiap tindakannya. Jangan sampai orang tua menjadi qudwah/contoh yang tidak baik bagi anak-anaknya. Walaupun tidak semua anak meniru dengan persis. Pada anak-anak yang memiliki mental yang lebih bagus bisa saja dia menentukan mana hal baik yang dapat ditiru dan hal-hal yang tidak patut ditiru. Wallaahu alam.