Agar Dosa Istri Tidak Ditanggung Suami

Pertanyaan  

Assalamualaikum ustadzah izin bertanya, bagaimana caranya istri bertaubat agar kesalahan/dosa yang pernah dia lakukan, itu tidak berimbas/ditanggung oleh suaminya nanti di akhirat? Dalam artian, tidak ingin merugikan suami dan hendak hijrah dari hal-hal buruk.

Jawaban
Ustadzah Husna Hidayati, MHI

Waalaykumussalam warahmatullah wabarakaatunh.

Taubat berasal dari bahasa Arab, taba-yatibu-tawbat yang berarti penyesalan atau kembali. Bentuk taubat dalam ajaran Islam berbeda, tergantung pada besar atau kecilnya kesalahan seseorang. Taubat Nasuha merupakan bentuk penyesalan tertinggi dalam agama Islam, yang disertai dengan permohonan ampun dan berniat kuat tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,…’ (QS At-Tahrim Ayat 8).

Proses bertaubat perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh tulus ikhlas pada Allah, bukan hanya terucap di mulut saja. Syarat taubat perlu dipenuhi dan dilakukan sebagai rangkaian aktivitas sehingga memenuhi kriteria tata cara taubat nasuha yang benar. Beberapa kriteria taubat nasuha yang harus dijalani agar taubatnya diterima oleh Allah SWT. Adalah sebagai berikut:

1. Benar-benar menyesali kesalahannya dan bertekad untuk tidak mengulanginya.
2. Memperbanyak berbuat baik.
3. Selalu melaksanakan sholat wajib 5 waktu.
4. Sholat taubat 2 rakaat.
5. Banyak berdzikir dan mengingat Allah.
6. Meninggalkan segala bentuk perbuatan dosa.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam kitab suci Alquran surat Al-Imran ayat 135: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui”.

7. Menyelesaikan urusan dengan orang yang pernah disakiti. Sampaikan maaf yang tulus pada orang lain yang pernah disakiti, jika memang itu kesalahannya, supaya tidak menjadi penghalang kebaikan kelak di akhirat.

8. Mengubah diri menjadi pribadi yang habluminannas dan habluminallah dengan seimbang. Wallahu a’lam.