Syarah Kitab Bulughul Maram (Hadist 47, 48, 49) Bab Wudhu

Diterjemahkan dari kitab: Fat-hu Dzil Jalali wal-Ikram Bi-syarhi Bulughil Maram

Karya: Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Uthaimin.

Penerbit: Dar Ummil Qura

Penerjemah: Aunur Rafiq Saleh Tamhid Lc.

– Hadist 47

وَعَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ, عَنْ أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَاَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَفْصِلُ بَيْنَ اَلْمَضْمَضَةِ وَالِاسْتِنْشَاقِ. – أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ ضَعِيفٍ

– Dari Thalhah bin Musharrif dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memisahkan antara berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad yang lemah.[1]

 

Kosakata Dan Penjelasan

Memisahkan antara berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung”, yakni menciduk air untuk berkumur-kumur kemudian menciduk air yang baru untuk mengisap air ke hidung. Apabila tiga kali maka cidukannya menjadi enam kali, tiga kali untuk berkumur-kumur dan tiga kali untuk mengisap air ke hidung. Tetapi hadis ini lemah. Pengarang (Ibnu Hajar al-Asqalani) berkata: Ia lemah, tetapi sebagian fuqaha mengamalkannya dengan mengatakan: Boleh berkumur-kumur tiga kali kemudian mengisap air ke hidung tiga kali, sehingga cidukan air itu menjadi enam kali. Tetapi hadis yang disebutkan sesudah hadis ini lebih shahih.

***

  – Hadist 48

وَعَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه – فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ –  ثُمَّ تَمَضْمَضَ صلى لله عليه وسلم وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا, يُمَضْمِضُ وَيَنْثِرُ مِنْ اَلْكَفِّ اَلَّذِي يَأْخُذُمِنْهُ اَلْمَاءَ – أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيّ

– Dari Ali radhiyallau ‘anhu tentang sifat wudhu’: Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkumur-kumur dan mengeluarkan air dari hidung tiga kali, berkumur-kumur dan mengeluarkan air dari hidung, dari telapak tangan yang digunakan untuk mengambil air. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i.[2]

 

Pelajaran Hadis Ini

1-Zhahir (tekstual) hadis ini bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkumur-kumur dan mengeluarkan air dari hidung tiga kali dari satu telapak tangan. Ini menunjukkan berkurangnya air yang digunakan berkumr-kumur dan mengisap air ke hidung, karena satu telapak tangan air digunakan untuk berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung tiga kali maka yang terakhir pasti sangat sedikit. Dengan demikian ada kesulitan dalam pelaksanaan sunnah ini. Sekalipun demikian apabila lafazh hadis ini mengandung kemungkinan tersebut maka kita harus mengamalkannya.

***

– Hadist 49

وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ زَيْدٍ رضي الله عنه -فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- ثُمَّأَدْخَلَ صلى الله عليه وسلم يَدَهُ, فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّوَاحِدَةٍ, يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثًا – مُتَّفَقٌ عَلَيْه

– Dari Abdullah bin Zaid radhiyallau ‘anhu tentang sifat wudhu’: Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memasukkan tangannya, lalu berkumur-kumur dan mengisap air ke idung dari satu telapak tangan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbuat demikian tiga kali. Muttafaq ‘alaih.[3]

 

Pelajaran Hadis Ini

1-Hadis ini berkemungkinan sama dengan hadis Ali radhiyallau ‘anhu sehingga perkataannya, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbuat demikian tiga kali” kembali kepada berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung. Disamping berkemungknan bahwa Nabi mengambil satu telapak tangan air untuk berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung, kemudian mengambil satu telapak tangan air lagi, kemudian mengambil satu telapak tangan air lagi. Inilah yang lebih dekat.

Dengan demikian ada tiga sifat (cara) berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung:

Pertama: Memisahkan antara berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung. Cara ini menrut riwayat yang lemah.

Kedua: Berkumur-kumur tiga kali dan mengisap air ke hidung tiga kali dari satu telapak tangan air. Cara ini menurut riwayat yang tidak lemah tetapi tidak begitu kuat.

Ketiga: Berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung dari satu telapak tangan air, kemudian berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung dari satu telapak tangan air yang baru, kemudian berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung dari satu telapak tangan air lagi. Cara ini menurut riwayat yang kuat.

Itulah tiga sifat berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung. Pendapat yang masyhur di kalangan fuqaha bahwa semuanya boleh, yakni semuanya sunnah. Dengan demikian kita sebaiknya melakukan semuanya, tetapi tidak diragukan bahwa yang paling shahih adalah hadis Abdullah bin Zaid, karena diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

***

[1] Diriwayatkan oleh Abu Dawud, 139. Di dalam isnadnya ada Laits bin Abu Sulaim, dia lemah. Demikian pula Musharrif, bapaknya Thalhah, dia tidak dikenal. Ibnul Qayyim berkata: ‘Tidak disebutkan di dalam hadis shahih adanya pemisahan antara berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung’. Zad al-Ma’ad, 1/192. Al-Albani melemahkan hadis ini di dalam Dha’if Abi Dawud, 24.

[2] Diriwayatkan oleh Abu Dawud, 111, Nasa’I, 92. Isnad hadis ini shahih. Lihat: at-Talkhish, 1/79. Al-Albani menshahihkannya di dalam Shahih Abi Dawud, 102.

[3] Diriwayatkan oleh Bukhari, 185, dan Muslim, 235.