KHUTBAH JUMAT : BERJUANG UNTUK MERDEKA

BERJUANG UNTUK MERDEKA

DAN BANGKIT DARI KETERPURUKAN

oleh (KH DR Surahman Hidayat MA) SCC Pusat

No Seri: 208/08/2024

 

إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ الغُرِّ المُحَجَّلِينَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأنصاره وأحْبَابِه وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ».

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 

KHUTBAH I

Jamaah Jum’at rahimakumullah

 

Alhamduillahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur hanya milik Allah Swt yang telah memberikan banyak nikmat dan rahmat-Nya kepada kita. Terutama nikmat Iman, Islam, dan Ihsan. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan umat manusia, baginda Nabi Muhammad saw, kepada seluruh keluarga, para sahabat, serta seluruh ummatnya hingga akhir zaman.

 

Terdapat dua peristiwa penting yang menyertai kemerdekaan Indonesia. Pertama terkait dengan perjuangan untuk merebut kemerdekaan itu sendiri. Kedua, terkait dengan upaya untuk bangkit dari keterpurukan. Kedua hal ini sangat penting untuk menjadi pelajaran bagi kita dan generasi sesudah kita. Allah befirman,

 

فَاعْتَبِرُوْا يٰٓاُولِى الْاَبْصَارِ

 

“Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang memiliki pandangan.” (QS Al-Hasyr: 2).

 

Pertama, terkait dengan perjuangan untuk merebut kemerdekaan. Seperti yang kita ketahui pada perang Dunia kedua Jepang mengalami kekalahan. Puncak kekalahan Jepang saat Amerika Serika menjatuhkan bom atom di Hirosima pada tanggal 6 Agustus dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Pengeboman terseut telah menewaskan dan melukai ratusan ribu manusia. Tidak hanya itu, dampaknya bagi kerusakan dan kehancuran Jepang sangat mengerikan. Akhirnya Jepang menyerah pada sekutu di tanggal 15 Agustus.

 

Sebelum menyerah, tanggal 7 Agustus 1945 Jepang telah melakukan sebuah upaya untuk menunjukkan eksistensinya di Indonesia. Jepang mendirikan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai. Badan ini dibentuk oleh Jepang dengan tujuan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

 

Namun setelah Jepang menyerah kepada sekutu, para pemimpin dan pejuang Indonesia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Mereka berpendapat bahwa Soekarno Hatta yang hendaknya menyatakan kemerdekaan Indonesia atas nama rakyat. Syahrir menilai janji Jepang soal kemerdekaan hanya tipu muslihat belaka. M Hatta setuju kemerdekaan Indonesia dilaksanakan sesegera mungkin. Akhirnya setelah perundingan panjang, pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, Ir Soekarno didampingi Mohammad Hatta memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Dan pada tanggal 29 Agustus, PPKI resmi dibubarkan.

 

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Dari sini dapat diambil pelajaran, betapa kemerdekaan tidak boleh ditunggu, tapi harus diperjuangkan. Menunggu janji kemerdekaan dari negara lain atau bahkan dari penjajah adalah satu bentuk kelemahan. Pasalnya, nasib kita tidak ditentukan oleh bangsa atau negara lain. Namun sangat ditentukan oleh seberapa jauh kita berupaya dan berusaha untuk memperbaiki diri serta berjuang untuk meraih masa depan yang gemilang. Allah befirman,

 

إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS ar-Ra’ad: 11).

 

Tentu perjuangan untuk merubah nasib tidak bisa dilepaskan dari kehendak dan kuasa Allah. Karenanya, gabungan antara usaha dan doa tidak dapat dipisahkan. Itu sebabnya saat Indonesia telah mencapai kemerdekaan, bangsa ini menyadari dan mengakui bahwa kemerdekaan tersebut berkat rahmat dari Allah Swt.

 

Kedua, hal lain yang menarik untuk menjadi pelajaran adalah saat Jepang yang telah mendapatkan dua bom besar sehingga meluluhlantahkan negara mereka tidak membuat mereka lemah hati dan putus asa. Jepang yang telah mengalami kelumpuhan total, justru dapat segera bangkit dari keterpurukan.

 

Pemimpin Jepang saat itu, Kaisar Hirohito melakukan sebuah gebrakan besar dan stategis. Dalam kondisi porak-poranda, sang Kaisar selaku pemimpin tertinggi Jepang langsung mengumpulkan para Jenderal yang masih hidup. Kemudian ia bertanya, “Berapa jumlah guru yang tersisa?”

 

Sontak mereka terkejut. Yang ditanya bukan berapa jumlah tentara yang tersisa, bukan berapa jumlah amunisi yang masih ada, atau berapa jumlah senjata yang masih tersedia. Namun ia bertanya tentang jumlah guru. Saat itu para jenderal menegaskan bahwa mereka masih bisa melindungi Kaisar walau tanpa kehadiran para guru. Namun sang kaisar menjawab bahwa Jenderal dan tentara Jepang boleh jadi masih kuat dalam senjata dan strategi perang. Tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai bom yang dijatuhkan Amerika. Jepang tidak akan bisa mengejar Amerika jika tidak belajar. Karenanya, Jepang sangat membutuhkan para guru, bukan bertumpu pada kekuatan pasukan semata.

 

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Sungguh sebuah kesadaran yang istimewa. Momen inilah yang menjadi tonggak kebangkitan Jepang. Hanya dalam waktu tidak kurang dari 20 tahun Jepang sudah menjadi negara maju padahal sempat hancur luluh. Hal itu di antaranya karena berkat jasa guru yang merupakan pahlawan tanda tanda jasa.

 

Di sinilah kita harus mengambil pelajaran. Betapa keberadaan guru dan lembaga pendidikan sangat menentukan bagi kemajuan sebuah bangsa. Dalam Islam profesi guru sangat mulia. Seorang ulama kenamaan, Ibnul Mubarak menegaskan bahwa tidak ada derajat yang lebih tinggi setelah kenabian daripada menyebarkan ilmu.

 

لاَ أَعْلَمُ بَعْدَ النُّبُوَّةِ دَرَجَةً أَفْضَلَ مِنْ بَثِّ الْعِلْمِ

 

“Aku tidak mengetahui setelah kenabian ada derajat yang lebih utama dari menyebarkan ilmu.” (Tahdzibul Kamal, jilid XVI , 20)

 

Ilmu adalah pintu menuju kemuliaan dan kesuksesan. Allah befirman,

 

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

 

Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS al-Mujadilah: 11).

 

Semoga taufik dan inayah Allah membersamai kita semua.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH II

 

 اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وشَمَاتة الأعْداَء وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً،

اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Foto oleh Irgi Nur Fadil: https://www.pexels.com/id-id/foto/bangunan-gedung-membangun-mendirikan-14231568/

Unduh File PDF