Bagaimana Menyikapi Ibu Mertua yang Cemburu dengan Perlakuan Anaknya kepada Menantunya dalam Islam ?

Pertanyaan  

Pertanyaan
Assalamu’alaikum wr. wb.

saya mau bertanya, saya seorang istri yang baru menikah selama 6 bulan dan tinggal drumah mertua, saya dan suami tinggal bersama dengan mertua karna mertua saya seorang single parents ( janda) untuk menemani mertua saya, tapi, setelah menikah banyak sekali masalah yang terjadi antara saya dan mertua dari mulai mertua yg cemburu dengan perlakuan suami terhadap saya, sampai dengan apapun yang saya lakukan dirumah mertua saya, masalahnya jika mertua saya marah selalu berkata yang tidak tidak seperti ingin mati dll sampai dengan mendoakan yang kurang baik untuk saya dan suami, saat ini saya dan suami berniat untuk mengontrak tapi mertua bilang tidak meridoi kami, apa yang harus kami lakukan ustadzah mohon jawabannya ustadzah? karna saya kasian melihat suami yang sedih dengan kondisi saya dan mertua yang sepeti ini, padahal suami bukan anak satu satunya ustadzah, suami saya masih mempunyai adik dan kaka yang tinggal dengan mertua saya

 

Jawaban
Ustadzah Dr. Nurhamidah, M.A

Wa’alaikumussalam wr. wb.

بسم الله الرحمن الرحيم

Mertua kedudukan nya adalah orangtua juga bagi mantu. Berbakti dan bersabar dalam berbuat baik dengan mereka adalah sifat mulia terlepas dari sikap mereka kepada kita yang terpenting adalah mempertahankan kualitas kita orang baik. Anak dan mantu yang tidak berbuat baik dengan mereka dianggap orang yang angkuh dan sombong sebagaimana dalam Qs An Nisa’ : 36.

Adakalanya kita perlu memiliki sudut pandang orangtua itu akan kembali seperti anak kecil yang manja dan tidak bisa berpikir obyektif sehingga lebih kepada perasaan saja. Jadi bersikaplah seperti menghadapi anak kecil jangan hanyut dengan emosi.

Terkadang ada kondisi hati mertua yang belum lapang dengan mantunya, maka Bicarakan dengan baik dan bijak. Sampaikan kepada mertua kita kalo keberkahan hubungan tergantung dari ridho orangtua. Jadi PR bagi anak dan mantu adalah bagaimana mengambil hati orangtua dan mertua.

Jadi, sebaiknya perjuangan berdua dengan suami anda untuk membuat strategi mengambil simpatik orangtua dan mertua agar menghindari konflik berkelanjutan.

Selain itu Rasulullah diminta Allah swt ketika terjadi konflik lebih diutamakan kita menjadi orang mulia dengan berlapang dada, memaafkan lalu merangkul dan juga beristighfar untuk kesalahan mereka sebanyak 70x/ hari.

Adapun ucapan mertua yang kotor tidak akan merubah Taqdir jika dihadapai dengan kekuatan doa dan akhlak mulia serta kualitas ibadah anak dan mantu tersebut.

Belajarlah komunikasi antara suami dan istri, orangtua dengan anak, mertua dan mantu harus didasari dengan keterbukaan.
Mintalah waktu duduk berkomunikasi dengan suami agar masalah konflik perbedaan sudut pandang ini tidak memutuskan silaturahim.
Dan belajarlah saling berlapang dada agar bisa mencari solusi bersama.

Konflik perseteruan suami dengan keluarga istri ataupun sebaliknya tidak boleh menyebabkan posisi istri/suami harus mendukung atau berpihak dengan siapa. Baik suami dan keluarga istri adalah kerabat yang haram jika terputus silaturahim, bahkan bisa menyebabkan tertutupnya maghfirah dan pintu surga.

Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Semua dosa hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu akan diampuni, kecuali bagi orang yang antara dia dan saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan.” (HR. Muslim: 4652) –

Bisa jadi semua ini sebenarnya ada masalah yang belum terselesaikan sehingga menjadi keretakan hubungan suami dengan keluarga istri. Dengan demikian istri perlu membantu menyelesaikan masalah ini dengan kekuatan doa dan ikhtiyar mencari solusi karena bisa memicu konflik lebih besar dan terputus silaturahim.

Janganlah setiap masalah selalu dihadapi dengan negatif think, khawatir berdampak kepada silaturahim dan energi negatif kita.. Untuk itu hadapi dengan positif think, peluk, cium tangan serta perjuangan istri untuk mempererat hubungan dengan mereka semua agar dengan doa dan restu suami dan orangtua akan memberikan keberkahan dan kebahagiaan. Sebagaimana dalam Qs At Tagabun : 14

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنَّ مِنۡ اَزۡوَاجِكُمۡ وَاَوۡلَادِكُمۡ عَدُوًّا لَّكُمۡ فَاحۡذَرُوۡهُمۡ‌ۚ وَاِنۡ تَعۡفُوۡا وَتَصۡفَحُوۡا وَتَغۡفِرُوۡا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang

Wallahu’alam