Berangkat Umrah dengan Hasil Pekerjaan Non Halal

Pertanyaan  

Assalamualaikum, saya mau tanya satu hal apakah boleh dibantu penjelasan hukumnya. Jadi begini ada seseorang yang hidupnya bergelimang harta, tapi wanita ini pekerjaannya (mohon maaf) seperti menjajakan diri, kemudian dia mengajak orang tuanya umroh, nah yang mau saya tanyakan apakah diperbolehkan membiayai umroh orang tua dengan uang hasil pekerjaan seperti itu? Dan seperti apakah hukumnya bagi orang yang berlaku seperti itu?

Jawaban
Ustadz Farid Nu'man, SS

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim ..

Uang hasil berzina adalah haram, sebagaimana zina itu sendiri. Hal ini berdasarkan hadits berikut:

  1. Dari Raafi’ bin Khadij Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

 شَرُّ الْكَسْبِ مَهْرُ الْبَغِيِّ وَثَمَنُ الْكَلْبِ وَكَسْبُ الْحَجَّامِ

“Sejelek-jelek usaha adalah usaha pelacuran, jual beli anjing dan usaha tukang bekam.” (HR. Muslim no. 2931)

  1. Dari Raafi’ bin Khadij Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:

 ثَمَنُ الْكَلْبِ خَبِيثٌ وَمَهْرُ الْبَغِيِّ خَبِيثٌ وَكَسْبُ الْحَجَّامِ خَبِيثٌ

“Hasil penjualan anjing itu khabits (buruk/kotor), upah pelacur itu khabits, dan upah tukang bekam itu khabits.” (HR. Muslim no. 2932)

Imam Muslim membuat Bab tentang dua hadits dibatas berbunyi:

بَابُ تَحْرِيمِ ثَمَنِ الْكَلْبِ، وَحُلْوَانِ الْكَاهِنِ، وَمَهْرِ الْبَغِيِّ، وَالنَّهْيِ عَنْ بَيْعِ السِّنَّوْرِ

 “Bab Haramnya hasil penjualan Anjing, Upah Dukun, Pelacuran, dan larangan jual kucing”

Beliau tidak menyebut larangan upah berbekam, kenapa? Sebab larangan terhadap Anjing, pelacuran, dukun, dan kucing juga tertera dalam hadits lain. Sementara berbekam, yang tertera dalam hadits lain justru pembolehan mengambil upah darinya. Maka, penjudulan Bab ini menunjukkan memang Imam Muslim tegas membolehkan upah bekam, tapi haram yang lainnya; pelacuran, anjing, dan terlarangnya kucing.

Kemudian, buat siapakah haramnya ini? Yaitu buat orang yang melakukan pekerjaan tersebut saja. Sehingga jika dia haji, umrah, menggunakan harta haramnya maka mayoritas ulama mengatakan tetal sah tapi berdosa, seperti Hanafiyah, Malikiyah, dan Syafi’iyyah. Sedangkan Imam Ahmad mengatakan tidak sah, sebab Allah Ta’ala itu thayyib (baik), dan tidak akan terima kecuali yang baik-baik.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:

الحج من مال حرام ويجزئ الحج وإن كان المال حراما ويأثم عند الاكثر من العلماء.

وقال الامام أحمد: لايجزئ، وهو الاصح لما جاء في الحديث الصحيح: ” إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا “.

“Haji dari harta haram adalah sah, tapi berdosa, menurut mayoritas ulama. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan: Tidak Sah, inilah yang lebih shahih, sebagaimana hadits: Allah itu baik dan tidak akan menerima kecuali dari yang baik-baik.” (Fiqhus Sunnah, 1/640)

Lalu, bagaimana jika uang haram itu diberikan untuk orang lain, untuk biaya kebaikan, misalnya haji? Para ulama mengatakan jika buat orang lain dan diberikan dengan cara yang mubah, maka tidaklah termasuk yang terlarang bagi si penerimanya.

Dzar bin Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhuma bercerita:

 جاء إليه رجل فقال : إن لي جارا يأكل الربا ، وإنه لا يزال يدعوني ،

فقال : مهنأه لك ، وإثمه عليه

Ada seseorang yang mendatangi Ibnu Mas’ud lalu dia berkata: “Aku punya tetangga yang suka makan riba, dan dia sering mengundangku untuk makan.” Ibnu Mas’ud menjawab; Untukmu bagian enaknya, dan dosanya buat dia. (Imam Abdurrazzaq, Al Mushannaf, no. 14675)

 

Salman Al Farisi Radhiyallahu ‘Anhu berkata:

إذا كان لك صديق عامل، أو جار عامل أو ذو قرابة عامل، فأهدى لك هدية، أو دعاك إلى طعام، فاقبله، فإن مهنأه لك، وإثمه عليه.

“Jika sahabatmu, tetanggamu, atau kerabatmu yang pekerjaannya haram, lalu dia memberi hadiah kepadamu atau mengajakmu makan, terimalah! Sesungguhnya, kamu dapat enaknya, dan dia dapat dosanya.” (Ibid, No. 14677)

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah menjelaskan:

وأما المحرم لكسبه فهو الذي اكتسبه الإنسان بطريق محرم كبيع الخمر ، أو التعامل بالربا ، أو أجرة الغناء والزنا ونحو ذلك ، فهذا المال حرام على من اكتسبه فقط ، أما إذا أخذه منه شخص آخر بطريق مباح فلا حرج في ذلك ، كما لو تبرع به لبناء مسجد ، أو دفعه أجرة لعامل عنده ، أو أنفق منه على زوجته وأولاده ، فلا يحرم على هؤلاء الانتفاع به ، وإنما يحرم على من اكتسبه بطريق محرم فقط .

“Harta haram yang dikarenakan usaha memperolehnya, seperti jual khamr, riba, zina, nyanyian, dan semisalnya, maka ini haram hanya bagi yang mendapatkannya saja. Tapi, jika ada ORANG LAIN yang mengambil dari orang itu dengan cara mubah, maka itu tidak apa-apa, seperti dia sumbangkan untuk masjid dengannya, bayar gaji pegawai, nafkah buat anak dan istri, hal-hal ini tidak diharamkan memanfaatkan harta tersebut. Sesungguhnya yang diharamkan adalah bagi orang mencari harta haram tersebut.” (Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 75410)

Demikian. Wallahu A’lam

Wa Shallallahu’ala Nabiyyina Muhammadin wa’ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam