Pointer Khutbah Juma’t 1442 H (Seri 55 B)
Tema : Urgensi Ingat Mati dan Bersiap Diri
Penulis : KH. Dr Surahman Hidayat, MA.
Khutbah I
الحمد لِلَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ شَهَادَة الْعُبُودِيَّة الْخَالِصَة وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ شَهَادَة الِاقْتِدَاء وَالْإِطَاعَة اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِىّ الْمَرْحَمَة وَرَسُول الْمَلْحَمَة . وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ . أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتقوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إلَّا وَأَنْتُمْ مُؤْمِنُون
Jamaah jumat rahimakumullah!
Allah Swt memerintahkan hamba-Nya supaya mempunyai cukup bekal untuk perjalanan panjang hidup di dunia sampai ke akhirat dalam suasana sa’adataini ( bahagia dunia akhirat).
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ وَٱتَّقُونِ يَٰأُولِى ٱلْأَلْبَٰبِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS al-Baqarah: 197)
Rasulullah saw mengingatkan agar tidak seorangpun dari umat beliau kehabisan bekal, defisit apalagi bangkrut (muflis). Di mana timbangan amal ibadahnya yang bersifat vertikal tekor, habis didiskon dengan kemaksiatannya. Terutama terhadap sesama.
Alih-alih begitu, setiap muslim harus berusaha untuk surplus dan menjadi tangan di atas dengan menjadi pendonor atau donatur. Tangannya berlumuran berminyak oli saat memegang harta atau uang. Dengan mudahnya menginfakan dan menyedekahkan. Sebagaimana dicontohkan oleh pujaannya, Rasul saw. Beliau tidak pernah menolak permintaan sedekah dari siapapun. Bahkan untuk men-ta’lif hati kepada dakwah dan akhlak Islam, beliau memberi secara signifikan dengan pemberian sosok yang tidak takut miskin.
Guna memupuk jiwa yang surplus dan pemurah, Rasul saw mendidik untuk mengikis hubbud dunya (cinta dunia), mensyukuri yang ada mengalir di jalan sedekah, suka menyegerakan taubat dan giat beramal shalih. Caranya dengan suka mengingat kematian. Sabda beliau
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan” (HR at-Tirmidzi)
Ia memiliki korelasi yang kuat dengan semangat beramal shaleh, cerdas mengelola dunia, dan berbekal dengan baik untuk hidup bahagia di akhirat. Rasulullah saw menjawab pertanyaan Ibnu Umar ra
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ
“Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah).
Imam Ad-Daqaq mengungkapkan bahwa orang yang suka mengingat mati akan mendapatkan tiga keutamaan: bersegera bertaubat, bersyukur dengan apa yang ada padanya, menggiatkan ibadah. Sebaliknya, orang yang jarang mengingat mati, suka menunda-nunda taubat, malas ibadah, dan hati yang selalu merasa kurang.
Hadits lain menyebutkan dengan mengingat mati akan tertanam rasa malu kepada Allah, sehingga tidak berani bermaksiat kepada-Nya; Zat yang memberi hidup dan menyediakan fasilitas yang diperlukan, baik dalam diri maupun di alam sekitar. Dalam Surah Arrahman, secara detail pelbagai nikmat itu disebut dan diingatkan dengan pertanyaan,
فَبِأَىِّ ءَالَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat mana lagi yang akan kalian dustakan (wahai jin dan manusia)?!”
Jamaah jumat rahimakumullah!
Situasi pandemi saat ini berlangsung lama dan ada kecenderungan mengganas meluas. Ada yang menggambarkan bahwa kita berada di masa-masa kematian sangat dekat, tiba-tiba, dan mengejutkan. Satu persatu keluarga, saudara dan teman-teman kita wafat karena corona. Tanpa berdaya memberi pertolongan. Sebuah gambaran Alquran tentang kiamat kecil,
لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan masing-masing yang cukup menyibukkannya.” (QS Abasa: 37).
Terlalu bebal orang yang tidak terusik hatinya lalu berproses melembut dengan pandemi wabah yang mendunia. Indonesia secara khusus menjadi perhatian WHO. Selepas India, kita menempati peringkat A 1 kegawatan. La haula wala quwwata illa billah!
Dalam kepungan ancaman maut, terpaksa atau tidak, setiap kita harus bersiap menyambut datangnya malakul maut. Mari menjadi orang cerdas yang dinyatakan Rasulullah saw,
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ
”Orang yang cerdas adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibn Majah).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِمَا جَاءَ فِي الْقُرْآنِ وَسُنَّةِ النَّبِيِّ الْكَرِيم وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ . وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ . وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَكُلّ مَنْ أَحْيا سُنَّتَه وَاهْتَدَى بِهَدْيه حُلْوِهِ وَمُرِّهِ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ . أَمَّا بَعْدُ فَالتَّقْوَى وَصِيَّةُ اللَّهِ لِمَنْ آمَنَ بِهِ وَجَاهَد فِى سَبِيلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ مُتَقَرِّبِين ضارعين إلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ .
وَاعْلَمُوا أنَّ الله صَلَّى على نَبِيِّه قَدِيمًا فَقَالَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
وَاَللَّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اَللَّهُم سَلَّمْنَا وَالْمُسْلِمِين وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِين وَاكْفِنَا وَإِيَّاهُم مِنْ شَرِّ مَصَائِب الدُّنْيَا وَالدِّينِ
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَآخِر دَعْوَانَا أَن الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين