Umat Nabi SAW Harus Ber-Isra Mikraj Secara Derivatif

Pointer Khutbah Juma’t 1442 H (Seri 38)

Tema : Umat Nabi SAW Harus Ber-Isra Mikraj Secara Derivatif

Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.

Khutbah  I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنْ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الَّذِى عَرَجَ بِعَبْدِه إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِى نَزَلَ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ بِفَرْضِيَّة الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ مُعْجِزَة وَرَحْمَة

فَاللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ . وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ دَعْوَتَه إلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ .

أَمَّا بَعْدُ ، فَأُوْصىِ نَفْسِى وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ حَقَّ تُقَاتِهِ حَتَّى مُفَارَقَة الْحَيَاةِ

Jamaah jum’ah rahimakumullah !

Alhamdulillah, dalam keberkahan bulan Rajab kita dapat menyambut dan memuliakan tanggal 27 Rajab sebagai hari mukjizaat bagi junjungan alam, Nabi Muhammad saw. Ia adalah suatu kejadian luar biasa (khariq lil adat)  pada seorang yang menyatakan diri sebagai Nabi. Dalam peristiwa diisrakan dan dimikrajkannya Nabi Muhammad saw dapat diangkat tiga mukjizaat:

Pertama, mukjizat isra dari Masjidil Haram di Mekah al-Mukarramah ke Masjidil Aqsha, al-Baitul Muqaddas, di Palestina. Beliau tempuh dengan sangat singkat seukuran masih hangatnya tempat Nabi berbaring jelang berisra mikraj hingga tiba kembali membawa oleh-oleh kewajiban shalat lima waktu.  Etape Mekah ke Palestina dengan kecepatan kuda normal membutuhkan waktu sebulan.  Dengan mobil berkecepatan di atas 200 km/jam, perlu waktu lebih 25 jam. Sedang dengan pesawat ditempuh lebih dari dua jam.  Isra membuktikan ketidakmampuan manusia (I’jaz) untuk menyamainya. Untuk rihlah ardhiah perjalanan Isra saja, Allah mengirimkan kendaraan khusus (Buraq) melebihi kecepatan cahaya. Kendaraan tersebut untuk ditumpangi Nabi bersama malaikat Jibril guna mendarat di Masjidil Aqsha.

Kedua, mukjizat mikraj.  Yaitu naiknya Nabi saw dari Baitil Maqdis ke Sidratil muntaha di atas langit ke tujuh. Dengan alat dan kaifiat (cara) yang Allah tentukan  bagi “rihlah samawiah- muhammadiah”  yang sempurna.  Sebagai saksi, di tiap langit beliau berjumpa para Nabi terdahulu. Di atas langit ke tujuh, Jibril pun tidak mampu naik lagi menembus ruang sehingga  katanya

لَوْ تَقَدَّمَتُ أَنَا لَاحْتَرَقْتُ . وَلَو تَقَدَّمَتَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لاخْتَرَقْتَ

“Andai aku maju, aku tentu terbakar. Andai engkau yang mau wahai Rasulullah, tentu engkau akan dapat menembusnya.”

Begitu menembus “mustawa“, Nabi saw membaca kalimat “tahiyyat” sebagaimana dalam shalat sebagai bentuk penghormatan kepada Allah Swt. Lalu beliau mendapat amanat kewajiban shalat lima waktu.

Ketiga, mukjizat shalat. Berpangkal dari lima waktu yang fardhu didukung oleh shalat-shalat sunnah.

Banyak ahli menjelaskan keajaiban shalat. Secara mental, moral, medis, sosial, dan aspek kehidupan lainnya. Baik pakar dalam negeri seperti Prof. Hembing Wijayakusumah  maupun dari luar negeri seperti Prof. Jefrey Lang. Dalam pandemi covid-19 pun banyak testimoni. Suatu bagian dari gerakan shalat efektif mencegah atau mengatasi corona. Misalnya mukijizat cara wudhu yang sempurna melalui istinsyaq cara Nabi saw. Juga teknik frooning kala sujud yang sempurna.

Puncak keindahan dinyatakan dalam hadits bahwa posisi paling afdhal seorang hamba saat mendekat dan memohon kepada Allah adalah posisi sujud. Jidat yang tersungkur ke bumi dengan khusyuk melelehkan air mata mampu menggetarkan ‘Arasy Arrahman di mana  kanjeng Nabi Muhammad saw diterima oleh Allah dan menerima dari-Nya kewajiban shalat lima waktu. Dengan shalat, iman dibuktikan. Dan ayat اياك نعبد واياك نستعين diaktualkan. Hadits qudsi menyatakan:

هذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

“Ini adalah antara diri-Ku dan hamba-Ku. Hamba-Ku akan mendapatkan yang ia minta.” 

Seorang guru besar bidang Alquran dari Mesir mencatatkan hasil penelitiannya: jumlah kata shalat dalam Alquran terdapat 85. Jumlah waktu shalat 5, dan jumlah rakaatnya 17. Bila 17 dikalikan 5 hasilnya 85. Jadi sangat sesuai. Subhaballah!

Shalat yang mengambil spirit  menderivasi mikrajnya Nabi saw itulah shalat yang harus ditegakkan. Yaitu dilaksanakan secara konsisten, dipelihara, dan dijaga kekhusyuannya. Dampak moral shalat, mampu mencegah perbuatan keji dan munkar. Shalat yang menjadi gravitasi semua gerak: peribadatan, aktivitas hidup, dan kematian, mulai dari tahap persiapan sampai sakaratul maut; semua  dipersembahkan kepada Rabbul alamin semata.

Dengan demikian  memperbaiki atau meng-ishlah urusan kehidupan mesti dimulai dari ketaatan terhadap agama. Pangkalnya adalah shalat. Sebab Shalat yang pertama kali dihisab. Jika bagus, harapan amal lainnya juga bagus.  Hal ini dibuktikan oleh fit and proper test khalifah Umar yang berkesimpulan:

إنَّ أهَمَّ أمُورِكُم عِنْدِي الصَّلاَة فَمَن حَفِظَهَا حَفِظَ دِيْنَه ، وَمَنْ ضيَّعَهَا فَهُوَ لِمَا سِوَاهَا أضْيَع

“Sungguh urusan terpenting kalian bagiku adalah sholat. Siapa yang menjaga shalatnya, maka dia telah menjaga agamanya. Siapa yang menyepelekan shalat, maka untuk urusan lain ia akan lebih menyepelekan lagi.”

Adapun dari ayat-ayat kebesaran Allah dalam  perjalanan Isra Nabi saw ada dua kategori: ayat-ayat untuk ibrah dan ayat untuk qudwah. Gambaran para petani yang baru saja menandur, begitu balik kanan sudah siap memanen secara berulang kali. Sebagai tamsil seperti infaq fisabilillah. Adapun tamsil sosok yang tersiksa adalah yang perutnya sakit dengan terus membesar, tapi ia tidak mau berhenti makan. Makin membesar makin tersiksa. Suatu gambaran orang yang ketagihan (adiktif) memakan barang haram. Entah hasil menipu, KKN,  atau modus  haram lainnya.

Dikaitkan dengan shalat, untuk qudwah adalah gambaran orang yang sukses shalatnya. Sedangkan potret yang menyiksa diri adalah gambaran orang yang gagal shalatnya. Atau, yang kurang peduli dengan shalatnya serta bagaimana dampaknya bagi kehidupan. Jalan kesejahteraan dan kesuksesan harus melalui shalat. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah, sujudlah, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS al-Hajj: 77)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah  II

‎الْحَمْدُ لِلَّهِ جَلَّ وَ علَا . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ . رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَينَهُمَا .

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّ الْأَنْبِيَاء جَمَاعَة فِى نِهَايَةِ الْإِسْرَاء . فَصَلَوَاتُ اللَّهِ وَتَسْلِيمَاتُه عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ يَرْضَى اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ من اَتْبَاعِ نَبِيِّه . أمَّا بَعْد فَإِنِّى أوْصِى نَفْسيى وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ حَقَّ تُقَاتِهِ بِمَحَبَّة اللهِ وَاتِّباعِ سُنَّةِ نَبِيِّهِ وَانْتِهَال نَتَائِج رَحْلِه الْإِعْجَاز فِى الإسْراء وَالمِعْراج .

واللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ .

اللَّهُمّ سَلَّمْنَا وَالْمُسْلِمِين وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِين وَاكْفِنَا وَإِيَّاهُم مِنْ جَمِيعِ شَرِّ مَصَائِب الدُّنْيَا وَالدِّينِ

وَ اكْشِفْ عَنَّا الْبَلَاء وَالْوَبَاء وَكُورُونَا وَغَيْرَهَا وَجَنِّبْنَا الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنَ الفَحْشاءِ وَالْمُنْكَرِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ .

‎ربنا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُم كَمَا رَبَّوناَ صِغَارًا . رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَآخِر دَعْوَانَا أَن الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Unduh File PDF