Taqwa Forever

Khutbah Iedul Fitri 1443 H

Tema : Taqwa Forever

Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa liLlahil hamd, Ma’asyiral Muslimin rahimakumuLlahu….

Gemuruh takbir, tahmid dan tahlil membumbung ke angkasa, menggema di jagad raya menggetarkan suasana. Lantunan kalimat-kalimat thayyibah ini dikumandakan oleh berjuta kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia, yang jauh maupun yang dekat, sebagai ungkapan syukur dan pujian kepada Allah Azza wa Jalla.

Inilah hari Raya Idul Fitri, hari raya kemenangan, hari dimana kita kembali kepada fitrah. Ibadah Ramadhan selama sebulan penuh telah mengembalikan kita kepada keaslian diri kita yakni sebagai hamba Allah yang suci, bersih dari dosa dan kesalahan.

Namun kini bulan yang memberikan penguatan spiritual dengan keimanan dan ketaqwaan itu baru saja pergi. Ia meninggalkan taqwa yang kuat dalam diri. Taqwa yang sebenar-benar taqwa. Taqwa yang bukan sekedar basa basi tetapi taqwa yang menjelma menjadi gaya hidup keseharian yang tertampak. Firman Allah Ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran: 102)

Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa liLlahil hamd, Ma’asyiral Muslimin rahimakumuLlahu….

Untuk tetap konsisten dan selalu berada dalam ketaqwaan tidaklah semudah kita mengatakan dan membayangkanya. Ada banyak faktor yang dapat menggerus ketaqwaan kita. Salah satunya adalah faktor syetan dalam diri. Allah mengingatkan kita dengan firman-Nya:

اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاۤءِ ۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ۖ

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 268)

Syetan secara bahasa bermakna yang dijauhkan dari rahmat Allah. Kata syetan digunakan untuk merujuk kepada semua orang yang jauh dari kebaikan, berkubang dalam kejahatan untuk waktu yang lama, serta setiap yang memberontak terhadap Allah lagi jahat, baik itu dari bangsa jin ataupun manusia.  Makhluk pertama yang menjadi syetan adalah Iblis, ia dari bangsa jin. Entri pointnya ia  menjadi syetan adalah saat dia tidak mau tunduk kepada perintah Allah untuk sujud dan menghormati kehadiran nabi Adam as. Keengganannya karena ia merasa lebih baik dari Adam. Iblis terjebak dalam kesombongan yang didasari oleh pemikiran materialisme dan terjatuh pada sikap kebendaan, pembangkangan dan perlawanan terhadap Allah. Iblis hanya melihat Adam yang kepadanya ia harus sujud, dan lupa kepada Allah yang memerintahkannya untuk bersujud:

قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسۡجُدَ اِذۡ اَمَرۡتُكَ‌ ؕ قَالَ اَنَا خَيۡرٌ مِّنۡهُ‌ ۚ خَلَقۡتَنِىۡمِنۡ نَّارٍ وَّخَلَقۡتَهٗ مِنۡ طِيۡنٍ‏

“Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” (Al A’raf: 12)

Iblis la’natullah ini tidak mau sendirian menjadi syetan maka iapun melakukan rekruitmen dengan program “Syathonisasi for All’. Program setanisasi untuk semua ini dilancarkannya, baik terhadap bangsanya sendiri, bangsa jin maupun juga bangsa manusia, agar menjadi syetan seperti dirinya. Iblis tidak ingin sendirian masuk ke dalam neraka Jahannam. Ketetapan Allah berlaku atasnya hingga ia menjadi bapak moyang syetan dan musuh yang nyata bagi manusia khususnya orang-orang beriman Firman Allah Ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۗ وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُاِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّاۗ اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِۗ

“Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Faathir: 5-6)

Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa liLlahil hamd, Ma’asyiral Muslimin rahimakumuLlahu….

Ketika manusia mengikuti bisikan dan langkah-langkah syetan maka dengan ringannya ia melakukan berbagai perbuatan dosa, maksiyat dan penyimpangan yang dilarang oleh agama dan bertentangan dengan akal sehat. Hal ini akan mengakibatkan semakin banyak syetan dalam dirinya. Firman Allah Ta’ala:

وَمَنۡ يَّعۡشُ عَنۡ ذِكۡرِ الرَّحۡمٰنِ نُقَيِّضۡ لَهٗ شَيۡطٰنًا فَهُوَ لَهٗ قَرِيۡنٌ‏

“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya” (Az Zukhruf: 36)

Selanjutnya syetan-syetan ini akan menguasai kinerja bathin dan potensi internalnya. Syetan akan mengontrol lintasan pikirannya, memori-memorinya, inspirasinya, ide-idenya, gagasannya, imajinasinya, narasinya, keinginan dan cita-citanya hingga jalan hidup dan life stylenya. Akhirnya ia menjadi manusia bergaya hidup syetan atau syetan bercasing manusia.  Manusia tipe ini tidak menyadari kesesatan dirinya, bahkan merasa benar dan tetap berada dalam jalan petunjuk:

وَاِنَّهُمْ لَيَصُدُّوْنَهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ وَيَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

“Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk” (Az-Zukhurf: 37)

Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa liLlahil hamd, Ma’asyiral Muslimin rahimakumuLlahu….

Dalam satu masyarakat, alangkah berbahayanya jika para pemimpin dan penguasanya yang memegang kendali atas kebijakan bagi masyarakat luas justru sudah dikuasai oleh syetan. Maka dapat dipastikan kehidupan masyarakatnya menjadi susah dan semakin berat. Para pemimpin model gini tidak peduli kepada nasib kebanyakan rakyatnya, namun justru mereka asyik dengan diri dan kelompoknya saja. Rasulullah saw mengisyaratkan akan kemunculannya:

« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ».

Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia “ (HR. Muslim)

Alih-alih mereka akan membuat keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan, justru yang terjadi adalah kerusakan, kezaliman dan kefasikan. Alih-alih mereka membela umat, justru mereka menjadikan umat dan ulamanya sebagai musuh. Alih-alih mereka akan membela aspirasi masyarakat luas namun justru mengkebiri dan menghancurkan hak-haknya, alih-alih mereka akan mengayomi dakwah namun justru dakwah menjadi sasaran utamanya untuk dihancurkan. Alih-alih akan membangun kedaulatan bangsa namun justru kedaulatan bangsa dihancurkan dan dijual-belikan.

وَكَانَ فِى الۡمَدِيۡنَةِ تِسۡعَةُ رَهۡطٍ يُّفۡسِدُوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ وَلَا يُصۡلِحُوۡنَ‏   

“Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan” (An Naml: 48)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sembilan orang laki-laki ini adalah para pemimpin kaum Tsamud dan pembesarnya. Mereka membuat kerusakan dan tidak berbuat kebaikan karena bersepakat dalam mengambil keputusan politik untuk membunuh unta nabi Saleh as. Keputusan ini dinilai oleh Allah sebagai upaya melakukan makar dan menentang serta melawan Allah dan nabi Saleh as. Walhasil bukannya bangsa Tsamud itu sukses, bahagia dan sejahtera, justru sebaliknya Allah azab mereka dengan azab yang sangat dahsyat.

فَانْظُرۡ كَيۡفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكۡرِهِمۡۙ اَنَّا دَمَّرۡنٰهُمۡ وَقَوۡمَهُمۡ اَجۡمَعِيۡنَ‏ فَتِلۡكَ بُيُوۡتُهُمۡ خَاوِيَةً ۢ بِمَا ظَلَمُوۡا‌ ؕ اِنَّ فِىۡ ذٰ لِكَ لَاٰيَةً لِّـقَوۡمٍ يَّعۡلَمُوۡنَ وَاَنۡجَيۡنَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَكَانُوۡا يَتَّقُوۡنَ‏ 

Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui. Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa” (An Naml: 49-53).

Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa liLlahil hamd, Ma’asyiral Muslimin rahimakumuLlahu….

Manusia perwujudan syetan ini senantiasa ada di sepanjang waktu dan tempat, terlebih zaman kini. Tampilan mereka tidaklah menyeramkan sebagaimana gambaran tentang syetan, justru sebaliknya. Kemunculannya bisa jadi dalam bentuk manusia-manusia yang exelent, bonafide dan berkelas. Dengan berbagai profesi dan wadah organisasi. Namun siapapun adanya, hakikat mereka sama. Sama-sama dikuasai syetan, lupa kepada Allah dan dan tidak suka terhadap Islam, dakwah serta para ulamanya. Mereka inilah syetan-syetan dalam perwujudan manusia. Firman Allah:

اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطٰنُ فَاَنْسٰىهُمْ ذِكْرَ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ حِزْبُ الشَّيْطٰنِۗ اَلَآ اِنَّ حِزْبَ الشَّيْطٰنِ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

“Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa golongan setan itulah golongan yang rugi” (QS. Al Mujadilah: 19)

Manusia model seperti ini sangatlah berbahaya, karena program dan kebijakan yang dilahirkan tidaklah berpihak kepada umat, bahkan cenderung merugikan umat. Targetnya adalah bagaimana agar supaya cahaya Allah itu padam yang pada gilrannya Islam dan umatnya hilang dari atas muka bumi ini. Karena itulah Allah SWT mengingatkan kita bahwa syetan adalah musuh yang nyata dan harus menjadikannya sebagai musuh yang sebenar-benarnya. Allah mengingatkan kita semua agar jangan mengikuti mereka yang menyebabkan kita berpaling dari Allah SWT:

وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطٰنُۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

“Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu” (QS. Az Zukhruf: 62)

Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa liLlahil hamd, Ma’asyiral Muslimin rahumakumuLlahu….

Kewajiban kita dalam hidup yang cuma sekali ini adalah bagaimana agar ketaqwaan itu menjelma dalam kehidupan sehari-hari. Tetap istiqamah dan konsisten sampai akhir menutup mata. Namun tentu saja ini tidaklah mudah, Untuk itu kita harus mempunyai pola berpikir yang benar atau Tafkir Shahih, satu metode berpikir yang tidak hanya melihat sesuatu secara material namun juga substansial. Dengan tafkir shahih seorang yang bertaqwa akan memiliki pikiran yang jauh ke depan menembus batas realitas. Firman Allah Ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Hasyr: 18)

Kemampuan berpikir benar haruslah terus dipertajam. Semakin bertambah usia  hendaknya  semakin kuat kesadaran, pemahaman dan dan penghayatannya terhadap kehidupan akhirat. Memasuki usia 40 tahun jika keimanan dan ketaqwaan itu belum juga serius dan fokus karena hati dan pikirannya masih liar, lalai dan tidak tunduk kepada Allah, maka orang seperti ini bisa jadi telah tertipu oleh syetan. Syetan telah memanjangkan angan-angannya dan bahkan menahannya untuk segera beriman dan bartaubat, dan akhirnya mati dalam keadaan kufur.

اِنَّ الَّذِيۡنَ ارۡتَدُّوۡا عَلٰٓى اَدۡبَارِهِمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الۡهُدَى‌ۙ الشَّيۡطٰنُ سَوَّلَ لَهُمۡ وَاَمۡلٰى لَهُمۡ

“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka” (Muhammad: 25)

Saat di akhirat ia akan menyesal dan memohon kepada Allah agar diberi kesempatan hidup kembali untuk menebus semua kesalahannya, namun hal ini tidaklah mungkin dapat terjadi. Iapun terjatuh dalam lembah penderitaan panjang dan penyesalan tak pernah henti.

وَالَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا لَهُمۡ نَارُ جَهَنَّمَ‌ۚ لَا يُقۡضٰى عَلَيۡهِمۡ فَيَمُوۡتُوۡا وَلَا يُخَفَّفُ عَنۡهُمۡ مِّنۡ عَذَابِهَا كَذٰلِكَ نَـجۡزِىۡ كُلَّ كَفُوۡرٍ وَهُمۡ يَصۡطَرِخُوۡنَ فِيۡهَا ‌ۚ رَبَّنَاۤ اَخۡرِجۡنَا نَـعۡمَلۡ صَالِحًـا غَيۡرَ الَّذِىۡكُـنَّا نَـعۡمَلُؕ اَوَلَمۡ نُعَمِّرۡكُمۡ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيۡهِ مَنۡ تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ النَّذِيۡرُؕ فَذُوۡقُوۡا فَمَا لِلظّٰلِمِيۡنَ مِنۡ نَّصِيۡرٍ

 “”Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.  Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun” (Faathir: 36-37)

Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa liLlahil hamd, Ma’asyiral Muslimin rahumakumuLlahu….

Dengan demikian orang yang bertakwa adalah orang selalu mengkhawatirkan dirinya akan apa yang akan dialaminya kelak di akhirat. Semakin bertambah usia semakin bertambahlah rasa khawatirnya terhadap hal tersebut. Ia semakin gelisah saat mana kelak nantinya akan menghadapi timbangan dan hisab Allah. Inilah yang dirasakan oleh Umar Ibnul Khattab ra, saat menjadi orang nomor satu di pentas politik. Di malam hari saat mana kesunyian merengkuh, dia berdiri tegak melaksanakan tahajjud dan menangis. Bekas-bekas air matanya membentuk garis aliran di kedua belah pipinya layaknya aliran sungai.

Satu saat ia berkata kepada para shahabat yang membantunya: “Sesungguhnya kalian telah meletakkan beban yang sangat berat kepadaku. Andai saja di negeri Irak ada seekor kedelai yang terperosok karena jalan yang rusak, maka kalian akan melihat Umar ini akan ditanya oleh Allah: “Ya Umar mengapa engkau tidak memperbaiki jalan itu?”

Pola berpikir benar dan khawatir terhadap hisab akhirat menjadi daya dorong yang kuat untuk selalu merenungkan akhirat dan kehidupan setelah mati. Kekhawatiran ini melahirkan obsesi dan keinginan yang kuat untuk meraih kesuksesan akhirat. Baginya kerugian dunia bukanlah kerugian yang sesungguhnya. Kerugian yang sesungguhnya adalah kerugian di akhirat

قُلۡ اِنَّ الۡخٰسِرِيۡنَ الَّذِيۡنَ خَسِرُوۡۤااَنۡـفُسَهُمۡ وَ اَهۡلِيۡهِمۡ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ‌ ؕ اَلَا ذٰ لِكَ هُوَ الۡخُسۡرَانُ الۡمُبِيۡنُ‏

“Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata” (Az Zumar: 39)

Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa liLlahil hamd, Ma’asyiral Muslimin rahumakumuLlahu….

Orang bertaqwa pada akhirnya akan menjadikan kebahagian hidup akhirat sebagai cita-citanya. Masuk ke dalam surga dan melihat wajah Allah menjadi obsesi tertingginya. Firman Allah Ta’ala:

لِلَّذِيۡنَ اَحۡسَنُوا الۡحُسۡنٰى وَزِيَادَةٌ ؕ وَلَا يَرۡهَقُ وُجُوۡهَهُمۡ قَتَرٌ وَّلَا ذِلَّـةٌ ‌ ؕ اُولٰٓٮِٕكَ اَصۡحٰبُ الۡجَـنَّةِ‌ ۚ هُمۡ فِيۡهَا خٰلِدُوۡنَ‏   

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya” (Yunus: 26)

Ketika Rasulullah saw membacakan ayat ini kepada para shahabat, merekapun bertanya, “Apa yang dimaksud dengan tambahan itu ya Rasulullah?”, jawabnya: “Kenikmatan melihat Allah Azza wa Jalla”.

Masuk surga dan melihat Wajah Allah adalah obsesi tertinggi orang-orang yang bertaqwa. Mereka sangat bergairah dan semangat untuk mendapatkannya. Mereka berharap agar mereka bisa berkumpul dengan isteri dan anak keturunan mereka bersama-sama di dalam surga sambil melihat wajah Allah, Sang Kekasih Hakiki. Surga dan semua kenikmatannya sesungguhnya Allah ciptakan dan persiapkan buat orang-orang bertaqwa beserta isteri-isteri dan keluarga mereka:

اُدۡخُلُوا الۡجَنَّةَ اَنۡتُمۡ وَاَزۡوَاجُكُمۡ تُحۡبَرُوۡنَ‌‏ يُطَافُ عَلَيۡهِمۡ بِصِحَافٍ مِّنۡ ذَهَبٍ وَّاَكۡوَابٍ‌ۚ وَفِيۡهَا مَا تَشۡتَهِيۡهِ الۡاَنۡفُسُ وَتَلَذُّ الۡاَعۡيُنُ‌ۚ وَاَنۡتُمۡ فِيۡهَا خٰلِدُوۡنَ‌ۚ‏ وَتِلۡكَ الۡجَنَّةُ الَّتِىۡۤ اُوۡرِثۡتُمُوۡهَا بِمَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ‏ لَكُمۡ فِيۡهَا فَاكِهَةٌ كَثِيۡرَةٌ مِّنۡهَا تَاۡكُلُوۡنَ‏

 

Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan”. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”.Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan” (Az Zukhruf: 70-73)

وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَاتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُمۡ بِاِيۡمَانٍ اَلۡحَـقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَاۤ اَلَـتۡنٰهُمۡ مِّنۡ عَمَلِهِمۡ مِّنۡ شَىۡءٍ‌ؕ كُلُّ امۡرِیءٍۢ بِمَا كَسَبَ رَهِيۡنٌ‏

“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya” (At Thur: 21)

Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa liLlahil hamd, Ma’asyiral Muslimin rahumakumuLlahu….

Akhirnya marilah kita berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, kita memohon kepada-Nya agar kita dijadikan sebagai hamba-hamba-Nya yang istiqamah hingga kembali kepada-Nya dalam taqwa dengan sebenar-benar taqwa dan dihindarkan dari kehinaan dunia dan diselamatkan dari azab akhirat……………

Unduh File PDF