Pointer Khutbah Juma’t 1442 H (Seri 30)
Tema : Tahun Ini Harus Lebih Baik
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى هَدَى الْمُسْلِمِينَ إلَى الْأَقْوَم طَرِيقًا وَسَبِيْلاً . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الَّذِى يُبَشّر الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِى يُحَبِّبُ الْأَمَةَ إلَى فِعْلِ الْحَسَنَات وَاجْتِنَابِ السَّيِّئَاتِ
فَصَلَوَاتُ اللَّهِ وتَسْلِيْمَاتُهُ عَلَى نَبِىِّ الرَّحْمَةِ مُحَمَدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ ذَوِى الْفَضْلِ وَالكَرَمَات
أَمَّا بَعْدُ ، فَيَا أبُّهَا الْمُسْلِمُونَ أَصْلِحُوا دِينَكُم بِتَجْدِيدِ الْمُعَاهَدَةِ عَلَى الطَّاعَاتِ وَالقُرُباَتِ.
Jamaah jumu’ah rahimakumullah.
Alhamdulillah, kita masih diberi umur panjang sehingga bisa memasuki tahun 2021 kendati bencana non-alam dengan dampak kesulitan sosial ekonomi masih mendera. Dengan pengalaman mengelola bencana dalam semangat mengambil pelajaran membuat kita lebih tahan. Di samping itu kita harus mensyukuri peluang-peluang dan kondisi-kondisi positif yang ada. Sehat jasmani dan rohani dalam situasi aman harus dijadikan modal untuk kebih baik. Rasul saw mengingatkan,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Siapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi, bnu Majah)
Alhamdulillah semua yang disebutkan dalam hadits tersebut Allah karuniakan kepada kita. Dengan itu, sudah selayaknya kita bersyukur dan bersikap optimis. Pesan dan amanatnya adalah bahwa tahun 2021 harus mampu diupayakan untuk lebih baik.
Dalam konteks berpikir positif terhadap kondisi hari ini serta peluang esok dan lusa, Imam Ali bin Abi Thalib mengucapkan sebuah tantangan bagi orang beriman,
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
“Siapa yang harinya saat ini lebih baik daripada hari kemarin, maka dialah orang beruntung. Siapa yang harinya saat ini sama dengan hari kemarin, maka dialah orang tertipu. Siapa yang harinya saat ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka dialah orang yang terlaknat”.
Sebuah pilihan yang niscaya. Tentu tahun 2021 harus lebih baik daripada tahun 2020 dan 2022 lebih baik daripada 2021. Itu bukan hanya harapan tapi merupaksn visi yang harus diterjemahkan menjadi program amal saleh yang terus meningkat. Sama halnya untuk urusan dunia dan akhirat. Jangan pernah menjadi orang yang tidak jelas atau ” sabahlalah” Seperti disebutkan dalam atsar sahabat Umar dan Ibnu Mas’ud ra
لاَ سَبَهْلَلَة فىِ الاسْلاَم
“Tidak ada pengangguran pikir dan kerja dalam Islam”
Setiap muslim harus berpikir dan berbuat untuk hari esok. Besok bagaimana? Bukan bagaimana besok saja.
Jama’ah jumu’ah rahimakumullah!
Berikutnya visi “masa depan lebih baik” harus dikuatkan dengan komitmen pada rencana dan janji-janji yang dikawal dengan iman. Bahwa setiap janji akan diminta pertanggungjawaban. Apakah janji terkait hablun minallah atau hablun minan nas. Termasuk janji suami isteri, janji selaku kader dakwah. Semuanya tidak keluar dari kerangka piagam hidup qurani yang berbunyi,
إنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِي وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِين
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Pengucapan ikrar tersebut hal biasa dalam acara legal formal dan seremonial. Harus ada mutaba’ah atau monitoring; yaitu evaluasi dari waktu ke waktu. Hal itu untuk memastikan janji-janji yang sakral tersebut dilaksanakan secara ajeg dan orangnya tegak lurus.
Ukurannya yang pasti adalah “saat wafat dalam kondisi menunaikannya” di mana janji setianya itu dibawa ke alam barzakh. Sedangkan bagi yang belum mendapat giliran, tetaplah dalam shaf jamaah, apakah jamaah shalat atau jamaah dakwah serta bermasyarakat. Sebab sabda Nabi saw,
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
“Jamaah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (HR Ahmad)
Berdakwah menebarkan Islam rahmatan lil’ alamin bersama pimpinan yang bijak (qiyadah rasyidah) yang senantiasa komitmen dengan putusan syariat dan musyawarah.
Proses monitoring dan evaluasi serta saling memberi nasihat berlangsung setiap waktu yang terprogram by system. Entah secara bilateral antar individu, dalam grup kajian, atau kritik saran dari anggota masyarakat. Seperti halnya seorang rakyat biasa yang mengingatkan Amirul mukminin ” ittaqillah ya Umar! (Bertakwalah kepada Allah wahai Umar!)
Dengan tegak dan tegar mereka tidak bergeser meski hanya setapak,
وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً
“dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS al-Ahzab: 23)
Maka dengan serta merta Allah mengaruniakan apa yang menjadi hasil perjuangan mereka:
لِيَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِنْ شَاءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kejujuran mereka. Serta menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Ahzab 24)
Kemudian kemenangan perjuangan para rijal (pejuang) yang setia siap berlabuh di pantai bahagia,
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازاً حَدَائِقَ وَأَعْنَاباً وَكَوَاعِبَ أَتْرَاباً وَكَأْساً دِهَاقاً لا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْواً وَلا كِذَّاباً جَزَاءً مِنْ رَبِّكَ عَطَاءً حِسَاباً
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, serta gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta. Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak.” (QS an-Naba: 31-36)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
أَنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ وَنُصَلِّي وَنُسَلِّم عَلَى رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ وَالاَه
أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِي لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ
وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ اتَّبَعَ هُدَاهُم إلَى قِيَامِ السَّاعَةِ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُو اللَّه حَقَّ تَقْوَاه فَقَدْ فَازَ مَنْ اتَّقَى
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ سَلِمْنَا وَعَافِنَا وَإيَّاهُم مِنَ الأمْرَاضِ وَالوَبَاء وَالْفِتَن مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْن
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
والحمد لله رب العالمين