Pointer Khutbah Juma’t 1444 H (Seri 109)
Tema : Spirit dan Moral Proklamasi 17 Agustus 1945
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA
إنَّ الْحَمْدَ لله الَّذِى مَنَّ عَلَى شَعْبِ أنْدُونِيسِيَا بِيَوْمٍ مِنْ أياَّمِهِ الْمُبَارَكَةِ. أشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه. وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِى لاَ نَبِىَّ بَعْدَه.
فَاللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى نَبِىِّ الرَّحْمَة. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأتْبَاعِه إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة.
أمَّا بَعْدُ، فَيَا أيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ اِتَّقُواالله حَقَّ تَقْوَاهُ بِاِمْتِثَالِ أوَامِرِه وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْه أدَاءً لِوَاجِبِ الشُّكْرِ عَلَى فَضْلِهِ وَمِنَّتِهِ
Khutbah Pertama
Jamaah jum’at rahimakumullah.
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah atas limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga. Terutama, nikmat iman dan Islam yang menjadi modal selamat bahagia. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, teladan umat manusia, Nabi Muhammad saw berikut keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya hingga akhir zaman.
Marilah kita tingkatkan iman takwa kita kepada Allah Swt dengan memetik ibrah dan pelajaran dari kisah historis umat para nabi terdahulu. Di antara sekian banyak kisah umat terdahulu yang diabadikan di dalam Alquran adalah kisah perjuangan Nabi Musa as. Allah Swt befirman,
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami (dan Kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang. Ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur (QS Ibrahim: 5)
Di bawah kepemimpinan Nabi Musa as yang dibantu oleh Nabi Harun as, Bani Israil diantarkan dari kondisi yang gelap menuju kondisi yang terang penuh dengan cahaya. Satu nikmat dan karunia besar yang Allah berikan kepada mereka.
Jamaah jum’at rahimakumullah.
Hal serupa terlihat pada perjuangan bangsa Indonesia yang dipimpin oleh para pendiri bangsa. Sebuah perjuangan yang mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan dan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengorbaban para pendiri bangsa yang ikhlas serta penuh kesabaran telah mengundang turunnya pelbagai rahmat berupa pertolongan Allah Yang Maha Kuasa, baik di medan perang maupun di pentas politik. Alquran menyebut hari-hari datangnya pertolongan tersebut dengan istilah ayyamillah (hari-hari Ilahi).
Proklamasi Kemerdekaan RI tentu saja merupakan buah manis dari kesabaran panjang para pejuang dan para pahlawan yang dipuji Alquran dengan istilah shobbar (yang banyak bersabar). Adapun hasil perjuangan berupa kemerdekaan mereka terima dan mereka isi lewat cara yang benar sebagai wujud dari pribadi yang syakur (banyak bersyukur). Itulah yang kemudian diabadikan dalam pembukaan UUD NRl 1945 alinea ketiga:
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Dua karakter: صبار (banyak bersabar) dan شكور (banyak bersyukur) dari para kusuma bangsa dan pendiri NKRI wajib diwarisi oleh kita sebagai generasi penerus. Itulah cara yang tepat dalam rangka memelihara amanat proklamasi 17 Agustus 1945 ini. Bukti minimal kita bersyukur adalah pengakuan bahwa hari proklamasi 17 Agustus 1945 yang terjadi pada hari jumat yang merupakan sayyidul ayyam (hari terbaik) sebagai ايام الله (hari-hari Allah). Ini seperti termaktub dalam pembukaan Konstitusi Negara yang disahkan tanggal 18 Agustus 1945.
Tentu saja di luar itu terdapat tuntutan lain dari kewajiban untuk bersabar. Terlebih dalam mewujudkan empat tujuan bernegara:
- Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Yaitu dengan menjaga setiap jengkal tanah air kita yang telah diakui PBB
- Memajukan kesejahteraan umum
- Mencerdaskan kehidupan bangsa
- Terdepan dalam membantu perjuangan bangsa dunia yang masih terjajah. Terutama Palestina, negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Jamaah jum’at rahimakumullah.
Di samping teguh dalam kesabaran, kita juga dituntut untuk terus beryukur. Bersyukur akan membangkitkan semangat juang dan kerelaan berkorban yang kuat.
Bersyukur terwujud dengan tidak melupakan jasa para pejuang baik dari kalangan agamawan maupun nasionalis, baik secara personal, lembaga, maupun organisasi massa. Tidak boleh menegasikan proklamasi 17 Agustus 1845 sebagai karunia dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Dengan kata lain, jangan pernah memungkiri fakta bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beragama dan negara yang melindungi kehidupan beragama. Ini sesuai dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa meski tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai negara agama.
Kemudian pengelolaan negara dengan semangat syukur akan mengantarkan pada pelbagai kemajuan. Sebab bila negara dikelola dengan semangat syukur, maka tujuan nasional yang diamatkan oleh para pendiri NKRI insya Allah dapat terealisir. Yaitu dengan menjadi:
بلدة طيبة ورب غفور (negeri makmur yang penduduknya taat sehingga mendapat ampunan Allah) yang didahului dengan frasa perintah كلوا من رزق ربكم واشكروا له (makanlah dari rezeki Tuhan kalian dan bersyukurlah kepada-Nya!)
Makna dari mensyukuri hari proklamasi adalah bersungguh-sungguh menjaga kemerdekaan Republik ini serta menjaga kedaulatan, aset negara, pusaka, dan budaya bangsa dari penguasaan pihak manapun yang tidak berhak serta dari kolonisasi asing dalam bentuk apapun.
“Sekali merdeka tetap merdeka” dalam arti yang sesungguhnya adalah jangan ada sejengkalpun aset pusaka bangsa warisan para pendiri yang menjadi bancakan pihak yang tidak berhak dan tidak bertanggung jawab terhadap anak cucu yang akan mewarisi.
Sekiranya bangsa ini tidak pandai bersyukur, lalu tidak mampu memuliakan agama Allah dengan simbol dan syi’ar-nya, maka apa yang menimpa bangsa Saba yang durhaka, juga bisa menimpa bangsa manapun yang tidak pandai bersyukur, tak terkecuali bangsa kita. Sebagaimana firman Allah;
فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (16) ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ
“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. (QS Saba: 16-17)
Jalan kebaikan yang niscaya bagi bangsa Indonesia adalah menatap masa depan. Terutama agar dapat keluar dari berbagai krisis yang terjadi, wajib kiranya memperbanyak istigfar atas kekeliruan dan bersyukur atas rahmat kemerdekaan. Allah telah mengingatkan,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Ingatlah tatkala Rabb kalian menetapkan: jika kalian bersyukur niscaya akan Kutambah (nikmatku) pada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim: 7)
باَرَكَ الله لىِ وَلَكُم فِى اتِّبَاعِ الْحَقّ اِنَّهُ سَمِبْعٌ عَلِيْم وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وشَمَاتة الأعْداَء وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر