Sikapi Bencana Secara Positif

Pointer Khutbah Juma’t 1442 H (Seri 32)

Tema : Sikapi Bencana Secara Positif

Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.

Khutbah  I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى هَدَى الْمُسْلِمِينَ إلَى الْأَقْوَم طَرِيقًا وَسَبِيْلاً . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الَّذِى يُبَشّر الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

فَصَلَوَاتُ اللَّهِ وتَسْلِيْمَاتُهُ عَلَى نَبِىِّ الرَّحْمَةِ مُحَمَدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ ذَوِى الْفَضْلِ وَالكَرَمَات 

أمَّا بَعْدُ فَأُوصِي نَفْسِي وَإيَّاكُمْ بِتَقْوَي الله فِي السِّرِّ وَالْعَلَن فَقَد فَازَ الْمُتَّقُون

Jamaah jumu’ah rahimakumullah.

Betapapun ujian dan musibah silih berganti kita tetap bersyukur atas karunia Allah yang memberikan afiyah bersama iman. Di pekan akhir bulan ini bencana non alam masih meluas. Hal itu ditambah dengan setengah lusin bencana alam yang menimpa sebagian wilayah Indonesia. Masyarakat luar negeri pun berempati menulis ” pray for Indonesia”.

Sayangnya, tidak sedikit orang Indonesia yang justru mencela apa yang terjadi. Di antaranya dengan mengatakan bahwa ini semua karena cuaca yang buruk. Sepekan ini seolah merupakan hari-hari sial. Atau, setidaknya hari-hari derita. Cara pandang dan penyikapan terhadap musibah atau bencana yang negatif seperti itu harus dikoreksi. Sebab setiap hari
apapun kejadiannya adalah sesuai dengan perencanaan Allah sejak azali. Hal itu sebagaimana bunyi firman-Nya:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)

Karena itu, jangan pernah mencela hari dengan kejadiannya sebagai hari buruk, sial, dan sejenisnya. Rasul saw mewanti-wanti dengan menyebutkan firman Allah dalam hadits qudsi:

يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ بِيَدِي الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

“Anak Adam menyakiti-Ku. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu. Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR al-Bukhari).

Mari kita jalani hari-hari dalam sepekan, sebulan, dan seterusnya dengan cara yang positif. Biarkan ia mengalir saja di atas garis Nabi saw. Saat terbangun dari tidur bersyukur dengan hamdalah untuk memulai kehidupan. Begitupun saat memulai aktivitas bahkan sarapan pagi dengan hamdalah.

Terkait menyikapi musibah dan bencana, Alquran dan Hadits menegaskan pada musibah umum seperti pandemi, banjir, longsor atau kekeringan, bahkan paceklik bahwa itu adalah akibat perbuatan salah atau maksiat manusia. Manusia yang mengundang kerusakan. Di daratan terdapat penjarahan di wilayah bencana sehingga menyebabkan banjir dan erosi,
sedangkan di lautan terdapat tsunami dan jatuhnya pesawat. Allah berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30).

Ketentuan ilahi bahwa Dia memaafkan sebagian besar kesalahan harus disyukuri dengan melanjutkan pelbagai kebaikan, mengoreksi kesalahan, memperbanyak istigfar dan taubat,serta melakukan pelbagai hasanat untuk mengatasi sayyi’at (keburukan). Sebab,

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk” (QS. Hud: 114).

Hasanat yang niscaya diperbanyak terkait banyak dan beratnya musibah dan bencana adalah:

Pertama, beristigfar memohon ampunan Allah atas kelancangan terhadap takdir-Nya.

Kedua, bertaubat dengan memperbaiki kesalahan dalam mengurus aset-aset publik yang diamanahkan Allah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang ternyata justru dijadikan bancakan dengan kolutif, dikorup secara terstruktur, sistemik, dan masif.

Ketiga, melakukan ishlah (perbaikan) sosial dengan menghidupkan dan memperbanyak silaturrahim antar individu dan komunitas dengan format rekonsiliasi. Dalam hadits qudsi disebutkan bahwa pertolongan langit bisa terhalang karena adanya qati’urrahim (orang yang memutus silaturahim) dan rusaknya harmoni sosial (al-syahna’). Apalagi jika sampai
membuat keterbelahan (inqisam atau segregasi) anak bangsa atau umat. Fenomena “syahna’ yang berupa krisis harmoni dan disintegrasi harus segera di atasi melalui para inisiator yang mempunyai kebesaran jiwa dan akal sehat.

Keempat, menggalakkan gerakan sedekah baik berskala kecil maupun berskala amal jariah yang bersifat mengekalkan. Alasannya jelas karena sedekah bisa menolak bala sebagaimana disebutkan oleh Imam an-Nawawi dalam kitab Dalil al-Falihin:

إِنَّ الصَّدَقَةَ تَدْفَعُ الْبَلاَءَ

“Sesungguhnya sedekat dapat menolak bala”

Di antaranya dengan saling menolong dan berkolaborasi dalam mengatasi bencana alam dan non-alam guna meringankan dampaknya melalui manajemen publik serta dengan menggalang kesetiakawanan sosial sesama komponen umat dan anak bangsa.

Kelima, berhusnu zhan (berbaik sangka) kepada Allah Maha pemilik dan Penguasa. Jangan sakiti Allah dengan kesesatan akidah , ucapan, dan perbuatan yang sifatnya menyekutukan, melecehkan kuasa-Nya, syi’ar agama-Nya, menentang hukum-hukum-Nya, menghalalkan larangan-Nya, atau sebaliknya mengharamkan yang diperintahkan-Nya. Misalnya dengan
mempersulit, mennghalangi atau membuat gangguan terhadap kebebasan menjalankan ibadah, kegiatan dakwah, dan syiar agama.

Allah berfirman

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

أَنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ وَنُصَلِّي وَنُسَلِّم عَلَى رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ وَالاَه

أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِي لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ

وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ اتَّبَعَ هُدَاهُم إلَى قِيَامِ السَّاعَةِ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُو اللَّه حَقَّ تَقْوَاه فَقَدْ فَازَ مَنْ اتَّقَى

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ سَلِمْنَا وَعَافِنَا وَإيَّاهُم مِنَ الأمْرَاضِ وَالوَبَاء وَالْفِتَن مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْن

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

والحمد لله رب العالمين

 

Unduh File PDF