Raihlah Kemuliaan di Bulan Mulia: Jalan Syafa’at Nabi yang Paling Mulia

Pointer Khutbah Juma’t 1443 H (Seri 104)

Tema : Raihlah Kemuliaan di Bulan Mulia: Jalan Syafa’at Nabi yang Paling Mulia

Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA dan Ustadz Abdullah Haidir, Lc

إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ الغُرِّ المُحَجَّلِينَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأنصاره وأحْبَابِه وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Khutbah I

Kaum muslimin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Taala.

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah, kini kita berada di bulan mulia, bulan Zulhijah, dan hari-hari mulia, yaitu sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Sudah selayaknya kita orang-orang beriman untuk membesarkan apa yang Allah besarkan, mengagungkan apa yang Allah agungkan, yaitu dengan melakukan berbagai ibadah dan amal saleh di hari-hari yang mulia ini dan karenanya akan menjadi amal yang paling Allah cintai dibanding hari-hari lainnya sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Sikap seperti inillah yang dalam Al-Quran dikatakan sebagai pertanda ketakwaan dalam hati, karena mengagungkan syiar-syiar Allah.

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32).

Inilah sikap yang seharusnya selalu hadir dalam diri orang beriman, sikap dan tindakannya selalu diselaraskan dengan apa yang dicintai dan diridhai Allah Taala.  Secara logika, inilah rumusan yang akan diterima siapa saja, bahwa siapa yang mencintai dan membesarkan sesuatu, maka konsekwensi logisnya adalah dia akan mencintai dan membesarkan apa yang dicintai dan dibesarkan oleh Zat yang dia cintai dan dia agungkan.

Salah satu contoh nyata dalam hal ini adalah sikap kita terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Allah mencintainya dan memuliakannya, maka sangat logis jika kitapun mencintai dan memuliakannya. Di samping perkara ini pun merupakan perintah Allah secara langsung kepada kita orang-orang yang beriman untuk mencintai dan memuliakan Rasulullah saw. Allah taala berfirman;

إِنَّآ أَرْسَلْنَٰكَ شَٰهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا لِّتُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)nya, membesarkannya dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Fath: 8-9).

Apalagi Rasulullah saw jelas menyatakan dalam hadits riwayat Muslim dari sahabat Anas bin Malik, beliau bersabda;

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak beriman salah satu dari kalian, sehingga aku ia lebih cintai daripada anaknya, orangtuanya dan seluruh manusia.” (HR. Muslim).

Inilah jalan orang-orang beriman, mencintai dan memuliakan Rasululah shalallahu alaihi wa sallam sebagai jalan dalam mewujudkan cinta kita kepada Allah taala.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Mencintai dan memuliakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam harus kita buktikan dalam bentuk ketaatan kepadanya dalam semua ajaran yang beliau ajarkan kepada umatnya. Karena cinta tanpa ketaatan ibarat sebuah klaim tanpa bukti. Seorang ulama mengatakan

فَإنَّ الْمُحِبّ لِمَن يُحِبّ مًطِيْع

“Sesungguhnya para pecinta, akan taat kepada siapa yang dia cintai.”

Maka dalam Al-Quran, Allah taala berulangkali menegaskan kepada kita orang-orang beriman untuk mewujudkan ketaatan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagai bukti cinta kepadanya.

Selain itu, wujud dari cinta kepada Rasululah shallallahu alaihi wa sallam adalah menjaga kehormatan dan nama baiknya, tidak menghinanya, tidak mengolok-oloknya  dan tidak menjadikannya sebagai bahan lelucon dan tertawaan. Walaupun maksudnya bercanda dan tidak sungguh-sungguh. Hal tersebut tidak boleh dilakukan oleh orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, apapun alasan dan latar belakangnya. Masalah ini bukan perkara sepele, tapi dapat mengganggu dan merusak keimanan.

Bahkan tidak hanya sampai di situ, kaum muslimin dituntut untuk membela kehormatan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan mencegah terjadinya sikap dan tindakan dari pihak tertentu yang ingin menghina dan menjatuhkan martabat beliau, baik dengan perbuatan, ucapan, gambar atau apapun bentuknya yang tujuannya adalah melecehkan kedudukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Sudah banyak terjadi di berbagai tempat, di luar negeri ataupun di dalam negeri, sikap dan tindakan pihak manapun yang ingin menjatuhkan martabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka menjadi kewajiban kita, umatnya, untuk menyatakan penolakan dan pengingkaran akan hal tersebut sebagai bukti kecintaan kita kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Kita apresiasi pihak-pihak berwenang di negeri kita yang bersikap tegas terhadap para penghina baginda Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, karena ini termasuk penistaan agama yang dilarang semua agama. Kita berharap kedepan, tidak ada lagi tindakan penistaan terhadap agama apapun, karena selain hal ini dilarang dalam agama, juga berpotensi menimbulkan kerawanan sosial di tengah masyarakat.

Demikianlah hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah, sikap yang seharusnya dari orang beriman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Dengan sikap seperti inilah kita berharap mendapatkan pengakuan sebagai umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan berikutnya di akhirat nanti dapat berharap mendapatkan syafaat beliau. Tidak ada yang paling diharapkan manusia di hari kiamat setelah amal ibadah yang dia lakukan di dunia, selain syafaat Rasulullah saw. Semoga kita diakui sebagai umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti. Aamiin ya robbal aalamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

 اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وشَمَاتة الأعْداَء وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً

اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر  

Unduh File PDF