Pointer Khutbah Juma’t 1444 H (Seri 120)
Tema : Nabiyyurrahmah SAW
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA
إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ الغُرِّ المُحَجَّلِينَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأنصاره وأحْبَابِه وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
KHUTBAH I
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah atas limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga. Terutama, nikmat iman dan Islam yang menjadi modal selamat bahagia. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, teladan umat manusia, Nabi Muhammad saw berikut keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya hingga akhir zaman.
Sangat banyak bahkan tidak terhingga nikmat yang Allah berikan kepada manusia. Namun di antara nikmat yang tidak terhingga tersebut, nikmat yang paling besar adalah nikmat hidayah kepada Islam. Islam menjadi penyempurna dari semua nikmat yang Allah berikan.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, serta Aku ridha Islam sebagai agamamu. (QS. Al-Maidah: 3)
Dengan Islam, manusia mengetahui hakikat hidup, mengetahui asal muasal penciptaannya, mengetahui arah perjalanan hidupnya, serta mengetahui apa risalah dan tugas yang harus diembannya sebagai hamba Allah Swt. Pada waktu yang sama, Islam telah menginspirasi para pejuang dan pahlawan untuk memajukan bangsa dan memperbaiki dunia. Itulah yang ditunjukkan oleh para tokoh dalam sejarah perjalanan dunia.
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Nabi Muhammad saw tentu merupakan tokoh pertama yang menjadi contoh dan teladan dalam mengamalkan dan memperjuangkan Islam. Dengan tekad yang kuat, keinginan yang luhur, dan keberanian yang ditopang oleh keyakinan kuat akan adanya pertolongan Allah Swt, beliau tidak pernah surut dalam memperjuangkan kebenaran. Cita beliau untuk menyelamatkan umat manusia dari gelapnya kehidupan hidup menuju cahaya Islam membuat beliau teguh dalam pendirian. Saat mendapat tawaran dunia, harta, jabatan, dan wanita agar tidak lagi berjuang dan berdakwah, beliau bergeming tidak tertarik pada itu semua. Lalu pada saat mendapat tekanan melalui sang paman, dengan tegas beliau berucap,
وَاللهِ لَوْ وَضَعُوْا الشَّمْسَ فِيْ يَمِيْنِيْ وَاْلقَمَرَ فِيْ يَسَارِيْ عَلَى أَنْ اَتْرُكَ هَذَا اْلأَمْرَ حَتَّى يَظْهَرَهُ اللهُ أَوْ اَهْلَكَ فِيْهِ مَاتَرَكْتُهُ
Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku agar aku meninggalkan urusan (dakwah) ini, aku tidak akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkan dakwah ini atau aku hancur karenanya. (HR al Baihaqi dalam Dala’ilun Nubuwwah dan Ibn Hisyam dalam Sirah Nabawiyyah).
Perjuangan dan keteguhan beliau menginspirasi banyak kalangan. Termasuk para pemuda Indonesia yang memiliki perhatian terhadap nasib bangsa. Yang pada tanggal 28 Oktober 1928 mereka berkumpul dan mengikrarkan semangat persatuan dan kemerdekaan Indonesia. Yaitu ikrar akan kesatuan tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Sebuah semangat dan kesadaran untuk bersatu menerjang semua rintangan yang ada.
Semangat untuk memperjuangkan kebenaran yang dicontohkan dan diajarkan oleh Nabi saw juga menginspirasi para santri. Mereka bergerak meski dengan sarana dan peralatan sederhana guna melawan makar penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia. Gerakan perjuangan santri dalam melawan penjajah mencapai puncaknya pada tanggal 10 November 1945 yang dikenang sebagai hari pahlawan.
Darah mereka yang tumpah menjadi saksi dari aksi-aksi heroik mereka dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan NKRI. Namun yang tidak boleh dilupakan bahwa semangat membara para santri dalam berjuang berawal dari resolusi jihad yang diserukan oleh KH Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945. Resoluasi itulah yang mengobarkan semangat para santri untuk ikut andil dalam membela negara. Karena itu, tidak aneh bila hari tersebut kemudian dijadikan sebagai Hari Santri Nasional.
Setelah Indonesia merdeka, dengan nafas dan semangat keislamannya, para santri memberikan kontribusi besar dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila pada masa lalu santri bersama para ulama telah ikut membangun ideologi bangsa, maka mereka juga berkewajiban untuk menjaga dan mempertahankan ideologi tersebut. Di antara mereka, banyak yang menduduki sejumlah jabatan penting di pemerintahan. Termasuk dalam sektor ekonomi, politik, dan sosial.
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Tentu saja perjuangan santri harus tegak di atas keadaban. Identitas santri yang teguh dalam memperjuangan nilai-nilai Islam sejalan dengan upaya mewujudkan negara yang religius, adil, makmur, dan sejahtera.
الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS al-Hajj: 41).
Itulah peran para santri yang mencerminkan semangat Islam dalam konteks Keindonesiaan. Semangat yang bersumber dari keteladanan Nabi saw sebagai nabi yang penuh rahmat. Semoga dengan semangat tersebut, bangsa ini bangkit menjadi baldatun thoyyibatun wa Rabbun Ghafur.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وشَمَاتة الأعْداَء وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر