Pointer Khutbah Juma’t 1444 H (Seri 108)
Tema : Muharram Mengajarkan Inklusivitas, Keunggulan dan Keunikan
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA
إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ الغُرِّ المُحَجَّلِينَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأنصاره وأحْبَابِه وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
KHUTBAH I
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah atas limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga. Terutama, nikmat iman dan Islam yang menjadi modal selamat bahagia. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, teladan umat manusia, Nabi Muhammad saw berikut keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya hingga akhir zaman.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa kita sebagai umat Islam dianjurkan untuk banyak beribadah, terutama berpuasa, di bulan Muharram ini. Khususnya adalah puasa di hari Asyura sebagai haris istimewa. Menelaaah riwayat pensyariatan puasa asyura, Ibn Abbas ra berkata,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللهُ فِيهِ مُوسَى، وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ، فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ
Dari Ibnu Abbas ra, beliau berkata: ‘Rasulullah saw hadir di kota Madinah, kemudian beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa Asyura. Mereka ditanya tentang puasanya tersebut, lalu menjawab: ‘Hari ini adalah hari dimana Allah swt memberikan kemenangan kepada Nabi Musa as dan Bani Israil atas Fir’aun. Maka kami berpuasa untuk menghormati Nabi Musa’. Kemudian Nabi saw bersabda: ‘Kami (umat Islam) lebih utama mengikuti Nabi Musa dibanding dengan kalian’. Lalu Nabi saw memerintahkan umat Islam untuk berpuasa di hari Asyura.” (HR Muslim)
Namun selanjutnya sebagai pembeda dengan orang-orang Yahudi, Nabi saw bersabda,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Jika datang tahun depan, insya Allah kita akan puasa tanggal 9 (Muharram) (HR Muslim)
Kedua riwayat di atas memberikan pelajaran berharga kepada kita. Yaitu:
Pertama, bahwa apa yang dilakukan Nabi saw yang mengajak dan menyuruh umat Islam untuk berpuasa di hari Asyura menunjukkan sikap inklusif. Bahwa Islam bersumber dari ajaran yang sama dengan mereka dan bahwa umat Islam bisa berbaur dengan mereka. Terdapat kebersamaan yang ditunjukkan oleh umat Islam.
Kedua, ketika Nabi saw berkata bahwa, ‘Kami (umat Islam) lebih utama mengikuti Nabi Musa dibanding dengan kalian’ hal itu menunjukkan keunggulan dan kemuliaan umat Islam. Pasalnya, umat Islam lebih dekat dan lebih sejalan dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa as karena tetap tampil dalam orisinalitasnya sebagai agama tauhid tanpa ada yang diubah dan disimpangkan.
Ketiga, ketika Nabi saw berniat untuk berpuasa pada hari kesembilan Muharram bila hidup sampai tahun berikutnya, hal itu menunjukkan keistimewaan dan keunikan umat Islam. Ia menjadi pembeda dengan apa yang lazim dilakukan kaum yahudi saat itu yang hanya berpuasa di hari asyura.
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Bila ketiga pelajaran di atas ditarik pada kondisi kita sebagai bangsa Indonesia, maka inklusivitas, keunggulan, dan keunikan itu pula yang menjadi landasan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Itulah yang dicontohkan para tokoh bangsa kita dahulu.
Terkait dengan kemerdekaan negara Indonesia misalnya, maka tidak diragukan betapa umat Islam telah menunjukkan sikap inklusif dengan berbaur bersama semua elemen bangsa dalam memperjuangan kemerdekaan tersebut. Umat Islam sebagai mayoritas tidak pernah ragu untuk menolak penjajahan.
Bahkan bukan hanya itu, umat Islam yang sebenarnya paling layak untuk memperingati kemerdekaan negeri ini karena merekalah yang tampil di barisan terdepan dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Strategi Perang gerilya yang dipimpin oleh panglima muslim Jenderal Sudirman, pekikan takbir Bung Tomo yang menggerakkan perjuangan arek-arek Suroboyo, serta perjuangan para kyai berikut seluruh santrinya dalam berbagai front peperangan merupakan contoh dari rangkaian kontribusi umat Islam yang tidak bisa terlupakan.
Kemudian bila merunut dan melihat detik-detik kemerdekaan, kontribusi umat Islam juga sangat besar. Pada tanggal 16 para tokoh pendiri bangsa, yang di antaranya terdiri dari para ulama, menyepakati pancasila, pada tanggal 17 deklarasi dan pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Haji Soekarno dan Haji Mohammad Hatta, serta tanggal 18 agustus adalah kesepakatan UUD 1945, terutama pembukaan UUD 145. Inilah bentuk keunggulan dan kepeloporan umat Islam bagi bangsa dan negara Indonesia. Bahkan bisa dikatakan bahwa apa yang dilakukan oleh para ulama dan tokoh pendiri bangsa tersebut merupakan hadiah umat Islam bagi bangsa ini.
Selanjutnya, meski berbaur bersama seluruh elemen bangsa dalam memperjuangkan dan memeringati kemerdekaan, serta meski selalu berada di barisan terdepan di dalamnya, namun umat Islam tetap harus berpegang pada keunikan dan keistimewaan ajaran agamanya. Memperingati dan mengisi kemerdekaan harus dilakukan dengan cara yang sesuai tuntunan agama, tidak boleh kebablasan dan tidak boleh melampaui batas. Basisnya adalah keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Dengan demikian berkat serta rahmat Allah Swt dapat menyertai perjuangan bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan yang sudah berusia 77 tahun ini serta untuk selamanya, sepanjang bumi dan matahari masih beredar.
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Itulah spirit Muharram yang penting untuk diinternalisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah cara agar Allah menurunkan keberkahan-Nya kepada kita semua.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وشَمَاتة الأعْداَء وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر