Pointer Khutbah Juma’t 1442 H (Seri 54)
Tema : Menjaga Kehormatan Ulama
Penulis : Fauzi Bahresy, SS
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الَّذِي نَصَرَ دِينَهُ بِيَدِه وبِأيْدِى الْمُؤْمِنِين . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَاوات وَالْأَرْض وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِى إلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ . فَالَّلهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ وَلَدِ آدَمَ وَسَيِّد الْخَلْقِ أَجْمَعِينَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ اتَّبَعَ هُدَاهُم بِإِحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّينِ . أَمَّا بَعْدُ فَأُوصِيْكُم بِتَقْوَى اللَّهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إلَّا وَأَنْتُمْ مُؤْمِنُون .
Hadirin jamaah jumat yang dirahmati Allah.
Sudah merupakan sunnatullah bahwa sepanjang perjalanannya, umat ini, umat Muhammad saw selalu mendapatkan ujian dan cobaan. Berbagai macam ujian tersebut harus dihadapi dengan ragam bentuk dan jenisnya. Di antara bentuk ujian yang saat ini terlihat dan tersebar di berbagai media sosial adalah penghinaan dan sikap merendahkan martabat para ulama.
Padahal, seperti diketahui bersama, umat ini diangkat sedemikian rupa derajatnya dan diposisikan sebagai umat terbaik dan umat pertengahan yang bertugas menjadi saksi bagi manusia secara umum. Allah menyebutkan hal itu secara tegas dalam Alquran,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً (سورة البقرة: (143
“Dan yang demikian itu Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat pertengahan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kalian” (QS Al Baqarah: 143).
Bila umat Islam secara umum diposisikan sebagai umat pertengahan untuk menjadi saksi, maka sudah barang tentu para ulama sebagai pemimpin dan pembimbing umat merupakan kelompok yang berada di garda terdepan.
Dalam Islam, para ulama memang ditempatkan dalam posisi yang sangat mulia dan terhormat. Mereka adalah para pewaris nabi. Mereka adalah lentera yang menerangi jalan manusia di tengah gelapnya kebodohan. Mereka menuntun manusia kepada jalan petunjuk dan jalan kebenaran. Itu sebabnya Allah tempatkan mereka pada posisi yang istimewa. Dalam Alquran disebutkan,
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Maha-bijaksana.” (QS Ali Imran: 18)
Kedudukan ulama dalam memberikan kesaksian tauhid pada ayat di atas ditempatkan setelah posisi Allah dan posisi para malaikat. Ini menjadi penegasan tentang mulianya posisi mereka di muka bumi. Maka, menghina dan mendiskreditkan para ulama berarti menghina orang-orang yang telah dimuliakan oleh Allah Swt. Sikap yang semacam ini biasanya dilakukan oleh orang-orang kafir dan munafik.
Al-Hafidz Ibn Asakir berkata,
ومن أَطْلَقَ لِسَانَهُ فِي الْعُلَمَاءِ بِالثَّلْبِ ، ابْتَلَاهُ اللَّهُ تَعَالَى قَبْلَ مَوْتِهِ بِمَوْتِ الْقَلْبِ
Siapa yang lisannya memfitnah para ulama, Allah uji dia dengan kematian kalbu sebelum kematian (fisiknya).
Sedangkan Imam Ahmad rahimahullah berkata,
لُحُومَ الْعُلَمَاءِ مَسْمُومَةٌ ؛ مَن شَمَّهَا مَرض ، وَمَن أَكَلَهَا مَات
“Daging para ulama beracun. Siapa yang menghirupnya dia akan sakit. Dan siapa yang memakannya, ia akan mati.”
Karena itu umat Islam diajarkan untuk menghormati para ulama. Mereka menempatkan ulama dalam kedudukan yang terhormat. Mereka berbaik sangka serta memberikan loyalitas dan kesetiaan kepada para ulama setelah loyalitas mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam hal ini pengakuan dan kesaksian umat Islam terhadap kebaikan, kesalehan, kepemimpinan, dan perjuangan ulama sebagai kesaksian yang diterima oleh Allah Swt. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas ra disebutkan,
مَرُّوا بِجَنَازَةٍ، فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا خَيْراً فَقَالَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :وَجَبَتْ .
ثُمَّ مَرُّوا بِأُخْرَى، فَأَثنَوْا عَلَيْهَا شَرّاً، فَقَالَ النِّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :وَجبَتْ .
فَقَالَ عُمرُ ابنُ الخَطَّاب رَضِيَ الله عَنْهُ : مَا وَجَبَتْ ؟ قَالَ :هَذَا أَثنَيتُمْ عَلَيْهِ خَيْراً، فَوَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ، وهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرّاً، فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللهِ في الأَرْضِ .
“Orang-orang berjalan melalui Nabi saw dengan membawa seorang janazah dan mereka itu memuji-muji kebaikan janazah tadi, lalu Nabi saw bersabda, ‘Sudah seharusnya (baginya).’
Kemudian para sahabat berpapasan dengan jenazah lain yang sedang diusung lalu mereka menyebut keburukannya, maka Nabi saw. bersabda, ‘Sudah seharusnya (baginya).’
Lalu Umar Ibn al-Khaththab ra bertanya, ‘Apa arti “Sudah seharusnya (baginya)?” Beliau saw menjawab, ‘Yang itu kalian puji kebaikannya, maka sudah seharusnya ia masuk surga. Sedangkan yang ini kalian sebut keburukannya, maka sudah seharusnya ia masuk neraka. kalian adalah saksi-saksi Allah di bumi.’” (Muttafaq ‘alaih)
Betapa kesaksian umat Islam mendapat pembenaran dari Allah Swt. Maka, pengakuan mereka atas baik buruknya seseorang, layak untuk diperhatikan. Terlebih saat kesaksian demikian diucapkan oleh ulama; guru dan inti dari umat Rasulullah saw.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua,
إنَّ الحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وَاعْلَمُوا أنَّ الله صَلَّى على نَبِيِّه قَدِيمًا فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
وَاَللَّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ . الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ . وَاَللَّهُمّ سَلَّمْنَا وَالْمُسْلِمِينَ مِنْ آفَاتِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ . وَجَنِّبْناَ وَإِيَّاهُم مِنْ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ . مِن بَلَدِنَا هَذَا وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ .
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَآخَر دَعْوَانَا أَن الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ