Pointer Khutbah Juma’t 1442 H (Seri 46)
Tema : Mengasah Furqan Umat Alquran
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعِلْمَيْن الَّذِى جَعَلَ شَهْرَ رَمَضَان شَهْرَ نُزُولِ الْقُرْآنِ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الَّذِى جَعَلَ كِتَابَهُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِى جَعَلَ مَكَانَة أَهْلِ الْقُرْآنِ عَلَى قَدْرِ قِرَاءَتِهِ وَحِفْظِه فِى الصَّلاَةِ عَلَيْهِ وَالتَّقْدِيم . فاللهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى النَّبِيِّ الْعَظِيم إمَام الْأَنْبِيَاء وَالْمُرسَلِين وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُم بِإِحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّينِ .
أَمَّا بَعْدُ فَاتَّقُوا اللَّهَ فِى السِّرّ وَالْعَلَن وَالِاسْتِقَامَة مَعَ الْحَقِّ وَعَلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ .
Jama’ah para shaimin, sidang jum’ah rahimakumullah.
Kita bersyukur kepada Allah. Hari-hari puasa kita disampaikan Allah pada munasabah (event) yang sangat agung lagi menentukan dalam sejarah dakwah Islam. Yaitu event turunnya Alquran (nuzulul quran). Untuk beberapa negara muslim khususnya Mesir, perayaannya sangat besar dan gebyar. Setidaknya kita bisa menangkap inti peringatan nuzulul quran ini.
Allah Swt memperingatinya dengan dua peristiwa historis yang besar sekaligus. Dia menyebutnya dengan yaumal furqan yauma iltaqal jam’an.
إِنَّا أَنزلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS ad-Dukhan: 3-4)
Dalam konteks itu kita perlu memantapkan penghayatan terhadap syahru atau yaum al shiyam wa yaumal quran wal furqan.. ! Bahwa dengan makin kuatnya akses mulazamah, kesertaan dan kebersamaan kita dengan Alquran, harapannya spirit dan daya furqan kita juga makin tajam. Furqan artinya memilah antara hak dan bathil, kemudian memilih hak dan menetapinya. Furqan antara tauhid dengan syirik, antara kesadaran ber-Tuhan beragama dengan ilhad (atheis). Baik ilhad secara formal maupun bersifat aktual. Atheis formal menolak Sila Ketuhanan YME dan menolak agama apapun karena dianggap sebagai candu; ovium. Orang yang banyak ngaji dianggap mabuk agama. Sedangkan ateis aktual tidak mau patuh dengan agama apapun. Ingin bebas. Mereka yang membebaskan yang diharamkan oleh semua agama. Seperti mereka yang kerasukan paham bebas gender atau pergaulan bebas transgender. Bangsa Rusia yang komunis saja melarang hal demikian dengan Undang-Undang.
Semangat shiyamu Ramadhan harus mampu menguatkan furqan para shaimin. Termasuk pemilahan dan pemisahan antara agama tauhid dan agama non tauhid dengan batas yang tegas “lakum dinukum waliadin“. Amaliah shalat dan doa yang berbasis tauhid ta’abbudi. tidak mungkin dicampur dengan acara doa yang basisnya syirik. Seorang muslim tidak ditolerir mengamini upacara doa gereja, klenteng, dan wihara.
Adapun untuk aktifitas non akidah dan ibadah, terbuka keluwasan dan keluwesan berbhinneka dan bertunggal ika dalam komitmen 4 kesepakatan dasar nasional dalam wadah NKRI.
Pemilahan penting lainnya adalah furqan dan tafriqah (pemisahan) antara penganut akidah Islam (ahlussunnah) dengan kalangan yang sikap dasarnya menolak (*rafidhi). Menolak bahwa Rasulullah saw yang ma’shum tidak pernah salah dalam menunjuk petugas atau mandatarisnya untuk urusan politik, urusan tentara, dan perang. Demikian halnya untuk mengurusi aset fisik material dan finansial. Apapun yang dilakukan oleh beliau saw, sudah dijamin tepat oleh ayat
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَه عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًا
“Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus.” (QS al-Fath: 2)
Hasil dari pemilahan dengan semangat furqan, resultantenya adalah
إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَٱعْبُدُونِ
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS al-Anbiya: 91).
Unsur-unsur umat tauhid adalah ummat sayidina Muhammad saw, ummat Alquran dan ummatul furqan. Allah perintahkan untuk mendeklarasikan,
اشْهَدُوا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
“Saksikanlah bahwa kami adalah orang muslim.” (QS Ali Imran: 52)
Ada tantangan terhadap ummat ini dari masyarakat sekitar untuk menunjukkan apa manfaat dari wihdatul ummah al-islamiah dalam membagi rahmat kerahmatan Islam. Ummat wasath yang harus tampil sebagai شهداء على الناس (saksi atas manusia)
Mereka merupakan standar dan the role model bagi masyarakat NKRI. Biarkan umat lain menyaksikan kinerja atau performa ummat Rasulullah saw ini seperti yang dilukiskan dalam hadits,
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ اِذَااشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ اْلجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَاْلحُمَّى .
“Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim)
Pemaknaan furqan secara lebih menukik lagi harus masuk ke dalam tiap diri dan batin kita. Sebab kebaikan zhahir adalah hasil kebaikan atau adab batin, tegas Imam Ghazali. Setiap diri niscaya memeriksa apakah amalan dan ucapannya lillah. Lalu memastikan kesahihan setiap amal ibadah, kebenaran setiap perbuatan, kehalalan setiap pemasukan ke dalam saku lalu dibawa ke dalam rumah untuk membahagiakan dan dinikmati sanak keluarga. Secara lebih spesial dalam momentum berbuka puasa dan berbuka lebaran. Gambarannya disabdakan Kangjeng Nabi saw:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
“Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim)
Memang saat-saat paling tepat untuk menajamkan daya furqan adalah pada hari-hari shiyam, hari-hari mendekapi Alquran. Menyatu lebih kokoh dan solid dalam sharing kebajikan dan manfaat dalam kerangka aktualisasi
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR ath-Thabrani)
Inilah standar ketakwaan sosial melengkapi ketakwaan vertikal . Standarnya aqrab dan a’bad ilallah (lebih dekat dan lebih taat kepada Allah)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ فيِ شَهْرِهِ الْكَرِيم شَهْرِ الفُرقَان إنَّهُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ الْمُعِين
واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ ذِى الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ . وَشَهَادَة أَنَّهُ لَا إلَهَ إلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِينُ . وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ الصَّادِق الْوَعْد الْأَمِين . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكَ عَلَى خَاتَمِ النَّبِيِّين سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمَبْعُوثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ .
أَمَّا بَعْدُ فَاُوصِيكُم وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللَّهِ حَقَّ تُقَاتِه وَلَا تَمُوتُنَّ إلَّا فِى سَاحَة الْإِيمَان وَالْإِحْسَان .
وَاَللَّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اَللَّهُم سَلَّمْنَا وَالْمُسْلِمِين وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِين وَاكْفِنَا وَإِيَّاهُم مِنْ شَرِّ مَصَائِب الدُّنْيَا وَالدِّينِ
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَآخِر دَعْوَانَا أَن الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ