Pointer Khutbah Juma’t 1442 H (Seri 50)
Tema : Menanamkan Wawasan Maqdisi
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَنار لِلنَّاس طَرِيقَ الْهُدَى . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الَّذِى خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِى إلَى الرُّشْدِ وَ الْفَضْل وَتَحَرّى السُّلُوك مُؤَدَّبًا . فَاللّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى النَّبِىِّ الْمُجْتَبَى وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَكُلُّ مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى . أَمَّا بَعْدُ فَأُوْصِى نَفْسِى وَإِيَّاكُم بِتَرْقِيَة التَّقْوَى وَالْتِزَام سُلُوك الْجَمَال مُهَذَّبا
Jamaah Jumat rahimakumullah!
Bersyukur kepada Allah Swt sebagai umat Nabi Muhammad saw diposisikan oleh-Nya sebagai khaira ummah (umat terbaik) dan ummatan wasathan (umat moderat). Maka sangat pantas umat ini mempunyai simbol dan ikon-iokn besar. Seperti Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan Masjid Nabawi. Dengan keutamaan memprogram ziarah kepadanya dan kelipatan shalat di lantai tempat sujudnya. Itu sebagai wasilah peningkatan ketakwaan kepada-Nya. Mari kita hayati maknanya.
Masjidil Haram adalah rumah suci pertama bagi manusia dan kiblat shalat umat Islam untuk selamanya. Sedangkan Baiitul Maqdis adalah kiblat kedua selama enam bulan paska hijrah ke Madinah. Dengan fadhilah seribu kali untuk sujud di tanahnya. Adapun Masjid Nabawi yang dimuliakan oleh Rasulullah saw memiliki keutamaan 500 kali. Dan fadhilah Masjidil Haram 100 ribu kali.
Sungguhpun demikian, simbol yang paling gempita menyita perhatian dunia, sejak tahun 1948 M hingga jelang kiamat kelak adalah al Aqsha, Baitil Maqdis atau al-Baitil Muqaddas di Elia Yerussalem Palestina. Demikian Itu, karena selama masa tersebut terus diperebutkan antara umat Isra-Mikraj yang senantiasa memuliakannya dan yahudi yang dikutuk Allah lewat firman-Nya “Jadilah kalian ini kera-kera yang hina” (QS al-Baqarah: 65). Yahudi zionis laknatullah yang terus berusaha menodai dan merusak al-Aqsha. Betapa kezaliman mereka dicatat al Quran,
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَى فِي خَرَابِهَا
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? (QS al-Baqarah: 114)
Agresi yahudi dengan kerusakan yang besar disebut nakbah (prahara). Kitab Taurat sendiri mencatat dua prahara kejahatan mereka dengan jumawa.
وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِى إِسْرَٰءِيلَ فِى ٱلْكِتَٰبِ لَتُفْسِدُنَّ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
Telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. (QS al-Isra: 4)
Menurut Syekh Mutawalli Sya’rawi, dua kali nakbah tersebut di masa Islam. Sebelum itu banyak mafsadat (kerusakan) yang mereka perbuat. Tidak sedikit ahli ilmu yang berkesimpulan bahwa Nakbah pertama terjadi tahun 1948 ditandai aneksasi al-Quds dan deklarasi negara Yahudi paska perjanjian Balvour Inggris dengan sokongan Amerika dan kuffar umumnya. Oleh karena itu, para ahli pun menyimpulkan bahwa pembebasan al-Masjidil Aqsha (tahrir maqdisi) adalah inti agenda (qadhiyah) umat. Dan tahrir Palestina sebagai ikutannya dan ikutan yang lain menjadi takdir perjuangan umat Muhammad saw di akhir zaman.
Dalam ilmu akidah terdapat dua kategori takdir: yaitu takdir kauni yang mubram bersifat kun fayakun dan taqdir syar,’i yang mu’allaq untuk diantarkan atau dibersamai oleh ikhtiar mujahadah. Dan “al akhdzu bil asbab” yang mencakup segala bentuk jihad: mali, siyasi, ,askari, fikri, dan ruhi dalam doa.
Dalam rentang sejarah, al-Quds telah dibebaskan tiga kali dari kaum penista. Oleh tentara Yusyak bin Nun pelanjut Nabi Musa as (QS al-Maidah: 23). Kemudian oleh Umar bin al Khatthab secara damai dan oleh Sultan Salahudin al Ayubi dengan penaklukan berdarah atas kecongkakan Raja Arnold, pembantai jamaah haji Palestina.
Ruang untuk berlakunya qadha syar’i jihadi kiranya masih membuka episode-episodenya. Dalam bentuk pembelaan (munasharoh), intifadah dan perang fisik yang boleh jadi berlapis-lapis. Dimulai oleh intifadah dengan batu, lalu senjata ringan .dan sekarang intifadah dengan roket-roket canggih seperti dalam video Syekh Ahmad Yasin kepada wartawan TV
Dalam konteks ini Hadits Nabi menyebutkan,
الجِهَادُ مَاضٍ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة
“Jihad itu akan senantiasa ada hingga hari kiamat kelak” (HR al-Bukhari, Abu Daud dan al-Bayhaqi)
Pertolongan Allah senantiasa bersama ikon Islam syi’ar Islam yang dinista oleh para agresor,
وَإِنْ عُدتُّمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَٰفِرِينَ حَصِيرًا
Dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman (QS al-Isra: 8)
Pengulangan وان عدتم عدنا bisa terjadi berkali-kali sebelum mentari terbit dari ufuk barat. Kesiapan para mujahidin pun ada setiap saat.
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّه
Akan senantiasa ada sekelompok orang di antara umatku yang menang di atas kebenaran, tidaklah membahayakan mereka orang lain yang menyia-nyiakan mereka hingga datang ketetapan Allah. (HR Muslim).
Janji Allah tidak berubah,
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَاد
Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat)
Itu bagai kontrak dari Allah dengan pembela agama-Nya:
وَلَيَنْصُرَنَّ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُه اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ
Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat dan Mahaperkasa. (QS al-Hajj: 40).
Menyempurnakan epidode-episode kekalahan yahudi dan dibebaskannya Baitil Maqdis, pada ronde akhir (akhirul mathaf) adalah terbangunnya soliditas umat Islam di bawah satu panji kepemimpinan, apapun namanya, keimanan atau kekhilafahan sebagaimana disebutkan dalam Hadits . Suka atau tidak suka.
Paska penyesatan manusia oleh Dajjal dan petaka yang ditimbulkannya (fitnati al-masihil dajjal) yang akan muncul di Asfahan Iran diikuti oleh tujuh pulihan ribu yahudi. Mereka bergerak menuju Baitil Maqdis untuk menguasainya. Sementara kelompok perlawanan (munasoroh) al-Quds siap tampil dipimpin oleh imam Mahdi jelang turunnya Isa al Masih. Untuk kembantu bekerja sama. Endingnya, bi masyiatillah, Dajjal beserta pasukan yahudi pendukungnya akan dikalahkan dan dibunuh. Demikian beberapa Hadits riwayat imam Muslm saling menguatkan.
Kebenaran peristiwa tersebut dikukuhkan oleh firman Allah,
وَاِنْ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِه قَبْلَ مَوْتِه وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
Tidak ada seorang pun di antara Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Dan pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka. (QS an-Nisa: 159)
Wawasan atau tsaqafah pembebasan al-Aqsha atau “tahrir maqdisi” penting masuk program edukasi dan materi ajar yang berkelanjutan. In sya Allah akan terbina semangat dan kesadaran generasi umat: wawasan imani, historis, dan nasionalis. Menambatkan makna mikraj Nabi saw ke Sidratil Muntaha yang membawa kewajiban shalat, dan mengimami para Nabi sebelumnya. Memelihara spirit tahrir maqdisi pun mengilhami perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan penyelenggaraan KAA dan KIAA di Bandung tahun 1955. Termasuk semangat berkontribusi bagi perdamaian dunia, semangat kepahlawanan, dan kepeloporan. Kesadaran akan kewajiban mengelola takdir secara proporsional: antara taqdir kauni dan taqdir syar’i yang mengundang mujahadah, doa dan sedekah terbaik. Terpenting menguatkan jiwa bebas tak bergantung kecuali kepada Allah Rabbul alamin. Disertai keyakinan bahwa apa yang akan diraih oleh putera-puteri umat mendatang adalah buah dari apa yang ditanam oleh orang tua mereka saat ini. Dengan bergantung penuh (tawakkul) kepada Allah Khairun Nashirin (Sebaik-baik Penolong)
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وانْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَبّ الْخَلاَئِق فِي الأرْضِ وَفِي السَّمَاء
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه و رَسُولُه . فَصَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُم إلَى يَوْمِ لِقَائه.
أما بَعْد فَيَا أيُّهَا الْمُسْلِمُون اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِه باِمْتِثَال أوَامِرِه وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيه
وَاعْلَمُوا أنَّ الله صَلَّى على نَبِيِّه قَدِيمًا فقال
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
وَاَللَّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اَللَّهُم سَلَّمْنَا وَالْمُسْلِمِين وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِين وَاكْفِنَا وَإِيَّاهُم مِنْ شَرِّ مَصَائِب الدُّنْيَا وَالدِّينِ
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَآخِر دَعْوَانَا أَن الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين