Pointer Khutbah Juma’t 1444 H (Seri 118)
Tema : Memuliakan Yatim untuk Menjadi Pemimpin
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA
إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ الغُرِّ المُحَجَّلِينَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأنصاره وأحْبَابِه وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِيَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
KHUTBAH I
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah atas limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga. Terutama, nikmat iman dan Islam yang menjadi modal selamat bahagia. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, teladan umat manusia, Nabi Muhammad saw berikut keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya hingga akhir zaman.
Allah berkehendak manusia dilahirkan dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada yang dilahirkan dalam kondisi kedua orang tuanya hidup dan ada pula yang dilahirkan dalam kondisi salah satu atau kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Semuanya merupakan bagian dari ketentuan Allah yang pasti mengandung hikmah. Dalam hal ini, Nabi saw ditakdirkan lahir ke dunia dalam kondisi yatim tidak sempat melihat ayahnya. Itulah yang Allah sebutkan dalam Alquran,
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَـَٔاوَىٰ
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (QS adh-Dhuha: 6)
Kelahiran Nabi saw dalam kondisi yatim menunjukkan bahwa kondisi yatim bukan merupakan sebuah kehinaan. Sebaliknya, ia merupakan salah satu jalan kemuliaan bagi yang bisa menyikapinya dengan tepat. Bagi sang yatim sendiri, sejak dini ia dilatih untuk hidup mandiri dan bekerja keras untuk bisa survive dalam hidup. Sementara bagi orang-orang yang berada di sekitarnya keberadaan yatim menjadi sarana untuk meraih limpahan pahala kebaikan dengan memberikan perhatian, kasih sayang, nafkah, dan pendidikan yang baik untuknya. Namun sebaliknya, bila keberadaan yatim tidak diberi perhatian dan kasih sayang yang selayaknya, kehinaan dan kerugian yang akan didapatkan. Itulah yang Allah gambarkan dalam surat al-Fajr.
كَلَّا ۖ بَل لَّا تُكْرِمُونَ ٱلْيَتِيمَ وَلَا تَحَٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ وَتَأْكُلُونَ ٱلتُّرَاثَ أَكْلًا لَّمًّا وَتُحِبُّونَ ٱلْمَالَ حُبًّا جَمًّا
Sekali-kali tidak (demikian). Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), serta mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (QS al-Fajr: 17-20)
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Jadi, kemuliaan seseorang tidak ditentukan oleh harta dan jabatan yang ia miliki. Namun ditentukan di antaranya oleh sejauh mana perhatiannya kepada yatim yang berada di sekitarnya.
Bahkan kalau seseorang mampu menampung dan membesarkan yatim di rumahnya, itu adalah sebuah keberuntungan yang besar. Sebab Nabi saw bersabda,
(خَيْرُ بَيْتٍ فِى اْلمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ يُحْسَنُ اِلَيْهِ وَشَرُّ بَيْتٍ فِى اْلمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ يُسَاءُ اِلَيْهِ (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهُ
Sebaik-baik rumah muslim adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim dan diasuh dengan baik. Seburuk-buruk rumah orang islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan jahat. (HR Ibnu Majah)
Rasulullah saw sendiri disebut dengan Abul yatama (bapak para yatim). Hal itu karena beliau sangat perhatian kepada yatim, mencurahkan kasih sayang kepada mereka, menyuruh untuk memberi makan dan memberikan belaian kasih sayang.
Beliau pula yang menegaskan bahwa siapa yang mampu memberikan perhatian dan menanggung hidup anak yatim, ia akan mendapat kemuliaan dengan bisa berdekatan dengan beliau di dalam sorga Allah Swt. Sungguh sebuah aspresiasi yang istimewa.
(أَنَا وَ كَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَأَشَارَ بَيْنَهُمَا (رواه مسلم
Aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim di sorga seperti ini. Beliau mengisyaratkan dengan telunjuk dan jari tengah serta beliau merenggangkan antara keduanya (HR Muslim)
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Itulah ajaran yang diberikan oleh Nabi saw. Anak yatim mendapatkan perhatian yang sangat besar dalam Islam. Menurut konstitusi UUD 1945, anak yatim juga harus mendapat perhatian negara. Negara wajib memelihara mereka.
Dengan demikian, perhatian terhadap yatim harus dilakukan oleh semua pihak. Setiap pribadi, keluarga, masyarakat, dan bahkan negara akan menjadi mulia dan terhormat bila para yatim mereka muliakan sedemikian rupa. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وشَمَاتة الأعْداَء وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر