MEMPERINGATI HARI PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI SEBAGAI HARI ILAHI

Pointer Khutbah Juma’t 1441 H
Tema : MEMPERINGATI HARI PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI SEBAGAI HARI ILAHI

Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.

Khutbah Pertama

إنَّ الْحَمْدَ لله الَّذِى مَنَّ عَلَى شَعْبِ أنْدُونِيسِيَا بِيَوْمٍ مِنْ أياَّمِهِ الْمُبَارَكَةِ. أشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه. وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِى لاَ نَبِىَّ بَعْدَه.
فَاللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى نَبِىِّ الرَّحْمَة. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأتْبَاعِه إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة.
أمَّا بَعْدُ، فَيَا أيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ اِتَّقُواالله حَقَّ تَقْوَاهُ بِاِمْتِثَالِ أوَامِرِه وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْه أدَاءً لِوَاجِبِ الشُّكْرِ عَلَى فَضْلِهِ وَمِنَّتِهِ

Ma’asyiral muslimin, jamaah jum’ah rahimakumullah.

Mari kita tingkatkan iman takwa kita dengan memetik ibrah dan pelajaran dari kisah historis umat para Nabi terdahulu. Alquranul karim misalnya merekam perjuangan Nabi Musa as lewat firman-Nya,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami (dan Kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang. Ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur (QS Ibrahim: 5)

Contoh serupa dengan perjuangan Bani Israil di bawah kepemimpinan Nabi Musa as yang dibantu oleh Nabi Harun as terlihat pada perjuangan bangsa Indonesia yang dipimpin oleh para pendiri bangsa. Sebuah perjuangan yang mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan dan lahirnya NKRI. Pengorbanan mereka yang ikhlas serta penuh kesabaran telah mengundang turunnya pelbagai rahmat berupa pertolongan Allah Yang Maha Kuasa, baik di medan perang maupun di pentas perjuangan politik. Alquran menyebut hari-hari datangnya pertolongan tersebut dengan istilah ayyamillah (hari-hari Ilahi).

Proklamasi Kemerdekaan RI tentu saja merupakan buah manis dari kesabaran pahit para pejuang yang dipuji Alquran dengan sebutan shobbar (banyak bersabar). Sementara hasil kemerdekaan itu dengan serta merta benar-benar disyukuri oleh mereka (syakur). Bahkan, ia diabadikan dalam pembukaan UUD NRl 1945 alinea ketiga:

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.

Dua karakter: صبار (banyak bersabar) dan شكور (banyak bersyukur) dari para kusuma bangsa dan pendiri NKRI wajib diwarisi oleh kita sebagai generasi pelanjut dalam rangka memelihara amanat proklamasi 17 Agustus 1945 ini. Tanda paling minimal kita bersyukur adalah mengakui bahwa hari proklamasi 17 Agustus 1945 yang terjadi pada hari jumat yang merupakan sayyidul ayyam (hari terbaik) sebagai ايام الله (hari-hari Allah). Ini seperti termaktub dalam pembukaan Konstitusi Negara yang disahkan tanggal 18 Agustus 1945.

Tentu saja di luar itu terdapat tuntutan lain dari kewajiban untuk bersabar. Terlebih dalam mewujudkan empat tujuan bernegara:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Yaitu dengan menjaga setiap jengkal tanah air kita yang telah diakui PBB
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Terdepan dalam membantu perjuangan bangsa dunia yang masih terjajah. Terutama Palestina, negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Merealisasikan tujuan nasional dengan rasa syukur akan membangkitkan semangat juang dan kerelaan berkorban yang kuat.

Bersyukur juga terwujud dengan tidak melupakan jasa para pejuang baik dari kalangan agamawan maupun nasionalis, baik secara personal, lembaga, maupun organisasi massa. Apalagi sampai menegasikan proklamasi 17 Agustus 1845 sebagai karunia dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Dengan kata lain, jangan pernah memungkiri fakta bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beragama dan negara yang melindungi kehidupan beragama. Ini sesuai dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa meski tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai negara agama.

Selanjutnya pengelolaan negara dengan semangat syukur akan membawa pelbagai kemajuan. Sebab bila negara dikelola dengan semangat syukur, maka tujuan nasional yang diamanatkan oleh para pendiri NKRI insya Allah dapat tereaisir. Yaitu dengan menjadi:
بلدة طيبة ورب غفور (negeri makmur yang penduduknya taat sehingga mendapat ampunan Allah) yang didahului dengan frasa perintah كلوا من رزق ربكم واشكروا له (makanlah dari rezeki Tuhan kalian dan bersyukurlah kepada-Nya!)

Makna dari mensyukuri hari proklamasi adalah bersungguh-sungguh menjaga kemerdekaan Republik ini serta menjaga kedaulatan, aset negara, pusaka, dan budaya bangsa dari penguasaan pihak manapun yang tidak berhak serta dari kolonisasi asing dalam bentuk apapun.

“Sekali merdeka tetap merdeka” dalam arti yang sesungguhnya adalah jangan ada sejengkalpun aset pusaka bangsa warisan para pendiri yang menjadi bancakan pihak yang tidak berhak dan tidak bertanggung jawab terhadap anak cucu yang akan mewarisi.

Sekiranya bangsa ini berpaling dari syukur kepada Allah, lalu tidak mampu memuliakan agama Allah dengan simbol dan syi’ar-nya, maka apa yang menimpa bangsa Saba yang durhaka, juga bakal menimpa bangsa manapun yang tidak pandai bersyukur, tak terkecuali bangsa kita. Sebagaimana firman Allah;

فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (16) ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ

“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. (QS Saba: 16-17)

Jalan kebaikan yang niscaya bagi bangsa Indonesia adalah menatap masa depan. Terutama dalam melewati masa pandemi ini, wajib memperbanyak istigfar atas kekeliruan dan bersyukur atas rahmat kemerdekaan. Ingat selalu peringatan Ilahi yang pasti:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Ingatlah tatkala Rabb kalian menetapkan: jika kalian bersyukur niscaya akan Kutambah (nikmatku) pada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim: 7)

باَرَكَ الله لىِ وَلَكُم فِى اتِّبَاعِ الْحَقّ اِنَّهُ سَمِبْعٌ عَلِيْم وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.

Khutbah Kedua

اﻟﺤَﻤْﺪُ للهِ وَﻛَﻔَﻰ وَاﻟﺼَّﻼَةُ وَاﻟﺴَّﻼَمُ ﻋَﻠَﻰ اﻟﻨَّﺒِﻰِّ اﻟْﻤُﺼْﻄَﻔَﻰ وَﻋَﻠَﻰ آﻟِﻪِ وَﺻَﺤْﺒِﻪِ أَﻫْﻞِ اﻟﺼِّﺪْقِ وَاﻟﻮَﻓَﺎء أﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ،
ﻓَﻴَﺎ أيُّهَا اﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮن
اﺗَّﻘُﻮا رَﺑَّﻜُﻢ ﺑِﺎْﻻِﻧَﺎﺑَﺔِ إﻟَﻴْﻪ وَاﻟﺸُّﻜْﺮِ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮن ﻻ إﻟﻪ إﻻَّ أﻧْﺖَ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ إﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻣِﻦَ اﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦ.
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ في ِالْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ سَيِّدِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَللّٰهُمَّ سَلِّمْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَاكْفِنَا وَإِيَّاهُمْ شَرَّ مَصَائِبِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ ادْفْع ْعَنَّا الْبَلاَءَ وَالْوَباَءَ وكُورُونَا وَاﻟْﻔِﺘَﻦ وَاﻟْﻔَﺤْﺸَﺎء وَاﻟﺰِّﻧَﺎ وَاﻟﺮِّﺑَﺎ وَالإﺑَﺎﺣِﻴَّﺔ وَاﻟْﻐَﻼَء وَاﻟْﺒَﺄْﺳَﺎء إﻧَّﻚَ ﻋَﻠَﻰ كُلِّ ﺷييءٍ ﻗَﺪِﻳﺮ
رَﺑَّﻨَﺎ اﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ وَﻟِﻮَالِدِﻳﻨَﺎ وَارْﺣَﻤْﻬُﻢ ﻛَﻤَﺎ رَﺑَّﻮْﻧﺎَ ﺻِﻐَﺎرًا رَﺑَّﻨَﺎ آﺗِﻨَﺎ ﻓِﻰ اﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔ وَﻓِﻰ الآﺧِﺮَةِ ﺣَﺴَﻨَﺔ وَﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَابَ اﻟﻨّار ﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎ أرْﺣَﻢَ اﻟﺮَّاﺣِﻤِﻴﻦ
وَاﻟْﺤَﻤْﺪُ لله رَبِّ اْﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦ…

Unduh File PDF