MEMETIK BUAH RAMADHAN
oleh (KH DR Surahman Hidayat MA) SCC Pusat
Mukadimah
الله أكْبر ٩× لاَ إله إلاَّ الله وَالله أكْبر. اللهُ أكبر وَلِلّهِ الْحَمْد.
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَغَلبَ حِزْبَه وَهَزَمَ الاَحْزَابَ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ اِلَّا اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُون
أشْهَدُ انْ لاَ إله إلاَّ الله لَهُ الْمُلْكُ وَلَه الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَئْ قَدِير وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِين. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بْن عَبْد اللَّه وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاه إلَى يَوْمِ لِقَاءِ مَوْلاَه. أَمَّا بَعْدُ فاُوصِيكم وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللَّهِ فِى السِّرّ وَالْعَلَن فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُون
Allahu akbar3x walillahil hamd
Jamaah shalat Iedul fithri rahimakumullah!
Alhamdulillah di pagi hari yang indah ini, di hari kemenangan ini, di hari yang penuh kegembiraan ini, kita bertakbir mengagungkan nama-Nya. Sebab hanya Dia Yang Mahabesar, hanya Dia yang Mahaagung, hanya Dia Yang Mahakuasa. Adapun kita kecil tak berdaya. Kita juga mensyukuri nikmat-Nya yang terus tercurah tak pernah henti kepada kita. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kita dapat menuntaskan ibadah di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah.
وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa Ramadan), dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS al-Baqarah: 185)
Allahu akbar3x walillahil hamd
Jamaah shalat Iedul fithri rahimakumullah!
Sebulan sudah kita lewati bulan Ramadhan yg istimewa dengan penuh keharuan. Sedih dan gembira bergelayut dalam perasaan kita.
kita bergembira lantaran Allah telah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada kita untuk bisa menuntaskan ibadah di bulan Ramadhan ini. Kita bersyukur dan bergembira diberi kemampuan untuk bisa berpuasa, qiyam Ramadhan, tilawah, zikir, dan bersedekah di dalamnya. Semoga seluruh amal kita diterima oleh Allah Swt.
Namun pada waktu yang sama kita juga bersedih karena berpisah dengan bulan yang mulia, bulan penuh berkah, bulan ampunan dan rahmat-Nya. Masih teringat kenangan indah saat sahur bersama keluarga. Kenangan indah saat berbuka puasa bersama. Kenangan indah saat tarawih bersama. Kenangan indah saat tadarus dan tilawah. Kenangan indah saat bisa itikaf. Serta kenangan indah lainnya. Sementara kita tidak pernah tahu apakah bisa berjumpa dengan suasana tersebut di Ramadhan mendatang. Kita tidak tahu apakah kita masih berkesempatan menikmati Ramadhan nanti dalam kondisi kuat dan sehat. Hanya doa dan pinta yang kita harapkan pada Allah Swt.
Allahu akbar3x walillahil hamd
Jamaah shalat Iedul fithri rahimakumullah!
Sudah pasti tidak ada ibadah yang tidak mendatangkan maslahat. Tidak ada ibadah yang tidak mendatangkan manfaat. Setiap ibadah yang Allah syariatkan pasti mendatangkan buah yang banyak. Saatnya kita memetik buah tersebut untuk menjadi bekal dalam perjalanan kehidupan kita sampai berjumpa dengan-Nya.
Untuk memetik buah Ramadhan Marilah kita menuju madrasah Nabi saw.
Apa sabda Nabi saw terkait dengan ibadah yang kita lakukan. Beliau bersabda,
الصَّومُ يومَ تَصُومُون، والفِطرُ يومَ تُفطِرون، والأضْحَى يَوْمَ تُضَحُّون.
Puasa adalah hari saat kalian sama-sama berpuasa. Berbuka adalah saat kalian sama-sama berbuka atau berhari raya. Iedul adha adalah saat kalian sama-sama berkurban. (HR at-Tirmidzi)
Apa maknanya?
spirit kebersamaan, keberjamaahan, dan persatuan.
Itulah buah pertama yg kita dapat dari ibadah kita.
Memang demikianlah yang diinginkan oleh Allah dan Nabi saw saat kita beribadah.
Bukankah kita kaum muslimin dilatih untuk beribadah secara berjamaah?
Bukankah selama ini kita dilatih untuk shalat berjamaah? Entah dalam shalat lima waktu ataupun dalam shalat tarawih? Dengan barisan yang rapi dan lurus?!
Bukankah selama ini kita mengawali berpuasa secara bersama-sama mulai dari awal melihat hilal Ramadhan?
Bukankah kita bersahur di waktu yg sama?! Berbuka di waktu yang sama?!
Bukankah kita saat ini juga melakukan shalat iedul fitri secara bersama-sama?
Bukankah dari semalam kita juga mengumandangkan takbir secara bersama-sama?
Begitu banyak spirit kebersamaan yang diajarkan dan diinginkan oleh Allah Swt.
Itulah Islam.
Islam selalu mengajak kaum muslimin untuk membangun kebersamaan.
Islam menginginkan kita bersatu, berjamaah, bersaudara, apapun warna kulitnya, apapun latar belakangnya, kedudukannya, status sosialnya. Semua diikat dalam ikatan iman
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS al-Hujurat: 10)
Apakah pantas setelah melakukan ibadah secara berjamaah ini kita saling membenci? Saling bermusuhan? Saling mendendam? Apalagi memutuskan hubungan persaudaraan?
Nabi saw mengancam,
لَا يَدْخُلُ ٱلْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahmi).” (HR Bukhari dan Muslim)
Maka buah dari Ramadhan adalah cairnya sebuah persaudaraan, munculnya kehangatan, dan indahya suasana persatuan.
Allahu akbar3x walillahil hamd
Jamaah shalat Iedul fithri rahimakumullah!
Buah kedua dari Ramadhan adalah munculnya kepekaaan, empati dan kepeduliaan.
Karena itu Ramadhan disebut syahrul muwasah (bulan saat kita berbagi dan peduli)
Kadang perasaan ini harus dilatih dengan cara ikut merasakan secara langsung kondisi saudara kita. Di antaranya Allah latih kita untuk tidak makan sejenak agar bisa merasakan lapar yang dialami oleh sebagian saudara kita. Agar kita mengetahui dan merasakan betapa sangat berat hidup mereka. Kadang mereka tidak makan berhari-hari. Dari sana diharapkan kepekaan itu muncul.
Secara lebih tegas Nabi saw bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ.
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam sikap saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh mengeluh kesakitan, maka seluruh tubuh akan merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (HR Muslim)
Nabi saw menggambarkan umat ini seperti satu tubuh. Bila satu bagian sakit yang lain juga merasakan sakit. Apa maknanya?
Maknanya umat Islam harus memiliki empati terhadap saudara mereka.
Karena itu Nabi saw selalu mengajari umat ini untuk selalu memberikan perhatian dan kepeduliaan kepada sesama. Apa kata Nabi saw?
مَا آمَنَ بِي مَنْ بَاتَ شَبْعَانَ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَىٰ جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ بِهِ
“Tidak beriman kepadaku orang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya, sedangkan ia mengetahuinya.” (HR al-Hakim)
Keislaman dan keimanan tidak hanya diukur dari shalat, puasa, haji dan umrah, atau ibadah mahdah lainnya. Tapi keislaman seseorang diukur pula dari ada tidaknya kepeduliaan terhadap saudara. Umat Islam tidak diajari hidup ego atau nafsi nafsi, yang penting dirinya senang, bahagia dan aman, tidak peduli orang lain menderita. Ini bukan profil muslim.
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّىٰ يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.
“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Kalau dia ingin dirinya bahagia, hendaknya ia juga ingin saudaranya bahagia.
Kalau dia ingin dirinya lapang, hendaknya dia juga ingin saudaranya lapang.
Kalau dia tidak ingin menderita, hendaknya dia juga tidak ingin saudaranya menderita. Inilah yang disebut dengan solidaritas dan kepekaan.
Dalam hal ini kita harus mencontoh sosok Nabi saw
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan terhadap orang-orang mukmin, dia sangat penyantun dan penyayang.” (QS at-Taubah: 128)
Beliau sangat perhatian terhadap kondisi kita, umatnya. Beliau ikut sakit melihat penderitaan umat. Beliau begitu perhatian dan sangat kasih sayang. Beliau ingin umatnya berada dalam kebaikan. Bahkan perhatian dan kepedulian beliau terus sampai akhirat dalam bentuk syafaatnya.
Ya. Itulah yg kemudiaan diikuti oleh sahabat dan generasi salaf yang saleh. Kepeduliaan yang tidak dibatasi oleh sekat negara dan wilayah. Sebab Kita adalah satu tubuh, seperti sabda Nabi saw.
Peduli adalah sifat muslim.
مَنْ لَمْ يَهْتَمَّ لِلْمُسْلِمِينَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ.
“Barang siapa yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka.” (HR ath-Thabrani)
Misalnya peduli dan ikut prihatin dengan nasib muslim Palestina yang saat ini terjajah dan teraniaya. Bila kita bisa berkumpul gembira merayakan hari raya, mereka saat ini justru dihujani bom dan peluru dari berbagai arah. Tanah mereka dirampas, rumah mereka dirobohkan, para pemuda, wanita, anak2 dan orang tua diperlakukan dengan tidak manusiawi. Apakah layak diam seribu bahasa?! Mereka adalah saudara kita. Bagian dari tubuh kita.
Buah Ramadhan adalah munculnya kepeduliaan dan kepekaan.
Allahu akbar 3x walillahil hamd
Jamaah shalat Iedul fithri rahimakumullah
Buah ketiga dari ibadah Ramadhan adalah kita dilatih sabar sejenak untuk menggapai tujuan dan impian. Ini seperti yang ditegaskan Nabi saw:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
“Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika ia berbuka, dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Tuhannya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Sungguh masa ujian sangat sebentar. Sesudah itu adalah kegembiraan, kemenangan, dan kenikmatan. Dengan puasa Allah ingin mengajarkan kita bahwa dalam hidup dibutuhkan kesabaran sesaat. Hanya dari subuh hingga maghrib kita berusaha bersabar menahan lapar, haus, dan syahwat. Tidak lama sesudah itu kita berbuka memetik hasilnya.
Begitulah hakikat hidup. Kita diminta untuk sabar sejenak: sabar sejenak untuk taat, sabar sejenak untuk tidak melakukan maksiat, dan sabar sejenak menghadapi ujian.
Kehidupan dunia ini tidak lama. Ia hanya sebentar saja.
مَا أَنَا في الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ، ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Aku di dunia ini tidak lain hanyalah seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi)
Nabi menggambarkan seperti orang yang sedang berteduh atau orang yang menyeberang jalan. Maka, bila kita bertahan, bila kita istikamah, bila kita bisa bersabar dalam taat sesaat, insya Allah kemenangan besar akan didapat.
Telah banyak saudara, kolega, famili, teman, tetangga dan orang-orang yang kita kenal yang telah meninggal dunia. Mereka wafat dalam usia muda. Ada pula yang wafat dalam usia tua. Namun semuanya hanya sesaat. Seakan beberapa menit saja.
Maka, marilah kita bersabar dalam hidup yang sesaat ini agar mendapat kegembiraan dan kebahagiaan abadi. Jangan sampai kita turuti tarikan nafsu dan syahwat yang dapat menghancurkan kebahagiaan abadi kita.
Orang yang bersabar sejenak dalam taat akan rehat dan bahagia selamanya. Namun orang yang tidak bisa bersabar dengan memperturutkan nafsu entah nafsu amarah, nafsu berkuasa, nafsu syahwat, dan nafsu dunia yang sesaat dengan segala cara akan segera mendapat petaka naudzu billah
——————
Semoga seluruh amal kita di bulan Ramadan ini diterima oleh Allah dan seluruh dosa dan kesalahan kita diampuni, dihapuskan, dan diganti dengan kebaikan-kebaikan dari-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamin.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ وباَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Disambung dengan doa
_________________________
Khutbah II
(bagi yang mempraktekkan dua khutbah ied)
اللَّهُ أَكْبَرُ 7x لاَ إلهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى مَنَّ عَلَيْنَا بِدِيْن الْفِطْرَة وَحَضّنَا عَلَى التَّضْحِيَة كَطَرِيق لِنَيْل السَّعَادَة وإشَاعَتِهَا لِلبَرِيَّة. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ شَهَادَة الطَّائِعِين الْمُقْتَدِين بِسُنَّتِه الرَّاجِين حُصُول شَفَاعَتِه.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْأَرْبَعَةِ الْخُلَفَاءِ؛ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ الْآلِ وَالتَّابِعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْعَائِدِينَ وَالْفَائِزِينَ وَالْمَقْبُولِينَ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ أَعِدْ عَلَيْنَا رَمَضَانَ أَعْوَامًا مَدِيدَةً، وَنَحْنُ فِي صِحَّةٍ وَعَافِيَةٍ وَسَلَامَةٍ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا، وَلِوَالِدِينَا، وَلِإِخْوَانِنَا الْمُسْلِمِينَ، وَارْزُقْنَا حُسْنَ الْخَاتِمَةِ
اللَّهُمَّ انْصُرِ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَعِزَّ دِينَكَ وَكَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُم صَلَاتَنَا وأضْحِيَّاتِكم وَجَعَلنَا مِنْ الْمُتَّقِينَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ