Melepas Dzulhijjah dengan Kemantapan Akhlak

Pointer Khutbah Juma’t 1443 H (Seri 105)

Tema : Melepas Dzulhijjah dengan Kemantapan Akhlak

Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA 

إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ الغُرِّ المُحَجَّلِينَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأنصاره وأحْبَابِه وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

KHUTBAH I

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah atas limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga. Terutama, nikmat iman dan Islam yang menjadi modal selamat bahagia. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, teladan umat manusia, Nabi Muhammad saw berikut keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya hingga akhir zaman.

Sebentar lagi kita akan berpisah dengan bulan mulia; bulan Dzulhijjah yang merupakan salah satu bulan haram. Perpisahan ini tentu harus ditutup dengan sesuatu yang mulia. Dan tidak ada yang lebih utama daripada baiknya akhlak.

Orang beragama memang harus terus menjaga akhlak dan perilakunya. Iman dan ibadah yang dilakukan harus membuahkan akhlak. Itulah salah satu esensi yang diajarkan oleh Islam. Suatu ketika Nabi saw ditanya tentang hakikat agama Islam.

ماَ الدينُ؟ قاَلَ: حُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ ماَ الشؤْمُ؟ قاَلَ: سُوْءُ الْخُلُقِ

“Apa itu agama?” Beliau menjawab, “Akhlak yang baik.” (HR Muslim)

Bagusnya akhlak seseorang, di samping memberikan manfaat untuk diri sendiri juga akan segera dirasakan manfaatnya oleh orang-orang di sekitar.  Entah itu oleh keluarga, tetangga, ataupun oleh masyarakat. Namun sebaliknya, akhlak yang buruk akan meninggalkan bahaya dan kesan yang buruk pula bagi orang-orang sekitar.

Karena itu, akhlak yang baik harus terus dimantapkan seiring dengan berakhirnya bulan Dzulhijjah yang tinggal hitungan jari ini. Apalagi di bulan ini umat Islam disyariatkan untuk melakukan serangkaian ibadah yang semuanya bermuara kepada kemantapan dan kemuliaan akhlak.

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Umat Islam yang telah menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah, mereka telah dilatih untuk membersihkan diri dari sejumlah perilaku buruk yang tercela. Yaitu berbuat kotor (rafats), berbuat fasik, dan melakukan debat kusir tak berguna. Dalam hal ini Allah befirman,

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh berbuat rafats, berbuat fasik dan berdebat di dalam masa mengerjakan haji.” (QS al-Baqarah: 197)

Sementara bagi yang tidak melaksanakan ibadah di tanah suci, mereka melaksanakan ibadah kurban yang merupakan bentuk pengorbanan sekaligus wujud kepedulian dengan sesama. Sebuah ibadah yang mengikis sejumlah sifat membinasakan yang dikenal dengan istilah muhlikat. Nabi saw bersabda,

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga perkara yang membinasakan: rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujubnya seseorang terhadap diri sendiri” (HR at-Thabrani).

Tiga perkara tersebut bisa menghancurkan kehidupan manusia dan mendatangkan petaka. Ketiganya harus dijauhi. Salah satunya dengan cara berkurban seperti yang Allah perintahkan.  Bila tiga penyakit di atas bisa membinasakan, maka sebagai lanjutannya terdapat tiga hal yang bisa menyelamatkan,

وَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ: فَالْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى، وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَخَشْيَةُ اللَّهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ

 “Adapun tiga hal yang menyelamatkan yaitu; berlaku adil saat marah dan ridha, bersikap hemat (sederhana) saat kekurangan dan berkecukupan, serta takut kepada Allah saat sendiri dan terlihat oleh orang.” (HR al-Thabrani)

Pertama adalah bersikap adil, baik dalam kondisi marah maupun dalam kondisi ridha. Sekarang ini betapa banyak tindak kejahatan yang melampaui batas terjadi akibat marah yang tidak terkendalikan. Marah memang bisa menyebabkan banyak jiwa melayang meski teman sendiri, tetangga, atau kerabat dekat.

Kedua adalah berhemat atau hidup sederhana baik di saat dalam kondisi kekurangan maupun di saat berkecukupan. Saat ini sebagian orang di saat kaya senang bersikap boros dengan menghambur-hamburkan hartanya dan hidup bermewah-mewahan. Sebaliknya mereka yang miskin dan kekurangan bila tidak bisa berhemat dan hidup sederhana, akhirnya menghinakan diri dengan cara mengemis, mencuri, dan melakukan sejumlah kejahatan lainnya yang tidak dibenarkan agama.

Ketiga adalah takut kepada Allah baik dalam kondisi sendiri maupun di saat terlihat orang. Saat ini banyak orang melakukan kejahatan dan kemaksiatan secara terang-terangan. Hal itu disebabkan oleh tidak adanya rasa takut kepada Allah Swt. Kejahatan tersebut bisa dalam sektor ekonomi, politik, hukum, budaya, atau dalam sektor lainnya. Saat rasa takut kepada Allah hilang, saat itu pula muncul maksiat. Sebaliknya bila takut kepada Allah tertanam dalam jiwa, pada saat itu pula akhlak dan perilakunya akan terjaga. Ia tidak berani melakukan sesuatu yang bisa mendatangkan murka Allah Swt

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Marilah kita tutup bulan yang mulia ini dengan akhlak yang mulia. Semoga ini menjadi bekal berharga untuk terus hidup dalam kemuliaan di bulan-bulan berikutnya sampai berjumpa dengan Allah Swt.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

 اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وشَمَاتة الأعْداَء وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً

اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Unduh File PDF