Pointer Khutbah Juma’t 1443 H (Seri 74).
Tema : Mandat dan Otorisasi Ulama.
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.
إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ المجاهدين سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأنصاره وجنوده وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ».
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
Khutbah I
Jamaah Jum’ah rahimakumullah
Marilah kita bersyukur dan memantapkan iman takwa kita dengan menguatkan rasa mahabbah kepada Allah, Rasulullah saw, dan pewaris beliau; para ulama yang shalihin dan amilin.
Ulama adalah lentera kehidupan, penuntun jalan, dan penerang dalam kegelapan. Mereka laksana air bagi tanah yang kering kerontang dan laksana mentari yang menyinari dunia. Seluruh manusia membutuhkan kehadiran para ulama sebagaimana mereka membutuhkan makanan dan minuman. Bahkan kebutuhan mereka terhadap ulama jauh lebih besar.
Karena itu, dalam Islam posisi ulama sangat mulia dan terhormat. Para ulama mendapat mandat dan otoritas langsung dari Allah Swt, dari Rasul saw, dan dari umat. Perintah untuk taat kepada ulama pun disebutkan setelah perintah taat kepada Allah dan Rasul saw. Allah befirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil amri di antara kamu (QS an-Nisa: 59)
Menurut Ibn Abbas ra dalam satu riwayat, serta Jabir ibn Abdullah, al-Hasan al-Bashri, Atha ibn Abi Rabah, adh-Dhahhak, dan Mujahid, bahwa yang dimaksud dengan ulil amri pada ayat di atas adalah para ulama.
Allah juga menyebutkan kedekatan dan kemuliaan ulama dengan menisbatkan mereka kepada diri-Nya. Yaitu dengan menyebut mereka sebagai sosok rabbani yang memiliki aktivitas belajar dan mengajarkan kitab suci:
وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
Jadilah kalian orang-orang Rabbani karena kalian selalu mengajarkan Kitab dan senantiasa mempelajarinya. (QS Ali-Imran: 79).
Sejak dahulu para ulama diberi tugas untuk memberikan penjelasan dan penerangan kepada umat serta tidak menyembunyikannya dari mereka.
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ
Ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), “Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya,” (QS Ali Imran: 187)
Ulama mempunyai karakter sebagai sosok yang sangat takut kepada Allah; bukan kepada makhluk. Mereka takut menentang dan menyalahi perintah Allah Swt.
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُا
Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama (QS Fathir: 28)
Karena itu, dengan sejumlah tugas dan sifat mulia mereka, Allah memposisikan para ulama sebagai rujukan dan tempat bertanya umat. Allah befirman,
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (QS An-Nahl: 43)
Jamaah Jum’ah rahimakumullah
Di samping dari Allah, para ulama juga mendapat mandat dan otoritas dari Nabi saw sebagaimana sabda beliau,
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi.” (HR at-Tirmidzi)
Pasalnya, ulama bertugas menyampaikan amanat risalah dari Rabb Semesta Alam. Itulah tugas nabi. Demikian sejatinya peran ulama. Mereka adalah penerus estafet perjuangan nabi. Khususnya Nabi saw.
Selanjutnya otoritas ulama dari umat didapatkan lewat adanya pengakuan mereka terhadap kebaikan, kesalihan, integritas, dan peran mulia ulama di tengah-tengah mereka. Dalam riwayat disebutkan
مَا رَآهُ الْمُسْلِمُوْنَ حَسَناً؛ فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَآهُ الْمُسْلِمُوْنَ سَيِّئاً؛ فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ
“Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin maka ia di sisi Allah juga baik. Dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin maka ia juga buruk di sisi Allah” (HR Ahmad)
Izzuddin Abdus Salam adalah salah satu contoh ulama yang mendapat pengakuan masyarakat. Beliau pernah dimusuhi, dicekal bahkan sempat ingin diasingkan oleh penguasa Mesir di zamannya lantaran pandangan, fatwa, dan sikapnya tidak sejalan dengan pemerintah. Namun kaum muslimin ketika itu justru berpihak kepada beliau dan mengikuti beliau. Akhirnya pemerintah menerima beliau kembali. Bahkan pemerintah Mesir memuliakan dan memberikan posisi terhormat kepada beliau. Itulah sebabnya beliau digelari sulthanul ulama.
Jamaah Jum’ah rahimakumullah
Demikianlah posisi ulama sangat terhormat. Dengan otorisasi dari Allah, Rasul saw dan umat, maka ulama sejatinya mempunyai otoritas (sulthah) moral sebagai teladan, otoritas bayan dan fatwa serta membimbing umat di jalan haq, halal dan thoyyib; tidak syubhat ( remang- remang).
Ada dua kelompok manusia yang sangat menentukan keadaan masyarakat: ulama dan umara. Bila keduanya baik, masyarakat akan menjadi baik. Namun bila keduanya buruk, masyarakat akan menjadi buruk. Ulama meluruskan dan mengawal umara. Sebaliknya umara mengayomi dan melindungi ulama.
Ulama yang buruk disebut oleh imam Ghazali dengan istilah ulama su’ (jahat). Yakni ulama yang berorientasi kepada dunia, mencari muka di hadapan penguasa, tidak berani melakukan amar makruf dan nahi mungkar. Adapun ulama yang baik adalah ulama akhirat. Takutnya adalah kepada Allah, orientasinya akhirat, serta berani melakukan amar makruf nahi mungkar. Ilmunya dipakai untuk memperbanyak amal saleh dan menebarkan kebaikan.
Semoga Allah menjaga dan melindungi para ulama yang dengan ilmunya terus mengayomi umat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
الْحَمْد لِلَّهِ رب العالمين وَالعَاقِبَة للمُتَّقِين ولا عُدْوَانَ إلاَّ عَلَى الظالمين. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛
معاشر المسلمين أصيكم وإياي بتقوى الله
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.