Kolaborasi Lintas Generasi untuk Ketakwaan Abadi

Pointer Khutbah Iedul Adha 1442 H (Seri 55 A)

Tema : Kolaborasi Lintas Generasi untuk Ketakwaan Abadi

Penulis : KH. Dr Surahman Hidayat, MA.

Mukadimah

 9xالله أكْبر

 لاَ إله إلاَّ الله وَالله أكْبر. اللهُ أكبر وَلِلّهِ الْحَمْد.

 لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَغَلبَ حِزْبَه وَهَزَمَ الاَحْزَابَ

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ اِلَّا اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُون

أشْهَدُ انْ لاَ إله إلاَّ الله رَبّ الْمَشْرِق وَالْمَغْرِب وَرَبّ الْعَرْشِ الْعَظِيم وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

الَّذِى قَال لِلْأُمَّة خُذُوا عَنَى مَنَاسِكَكُم وَضَحًى بِكَبْش عَنْ نَفْسِهِ وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِىّ الرَّحْمَة سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بْن عَبْداللَّه وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و كُلٍّ مِنْ أحيا سُنَّتَه وَحَرَصَ عَلَى نَحْرٍ الأضاحى وَإِشَاعَة خيرتها لِلْعِبَاد الْمُحْتَاجِين . أَمَّا بَعْدُ فاُوصِيكم وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللَّهِ فِى السِّرّ وَالْعَلَن فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُون

Jamaah shalat Iedul adha rahimakumullah!

Alhamdu lillah. Dalam keadaan sehat wal afiat kita diperjumpakan kembali oleh-Nya  dengan tanggal 10 Dzulhijjah 1442; hari raya besar (al iedul kabir); hari raya haji dan hari raya penyembelihan kurban (iedul adha wa iedil qurban). Di pagi ini kita mengagungkan syiar shalat iedil adha yang  akan dilanjutkan dengan rangkaian  pemotongan dan pembagian daging  hewan kurban (bahimatil an’am) berupa unta, sapi, kerbau, kambing atau domba. Sesuai persyaratan   udlhiah dan ketentuan waktunya. Dimulai dari usai sunnah jama’ah iedil adha sampai dengan waktu asar hari tasyriq tgl 13 Dzulhijjah. Begitu karakter ibadah ‘ubudiah atau ibadat mahdlah. Harus memenuhi  persyaratan yang ditentukan.

Allahu Akbar 2x walillahil hamd.

Seluruh rangkaian syiar iedil adha  dari  alunan  takbir semenjak magrib tanggal 9 haji hingga waktu asar 13 Dzul hijah, shalat sunnah ied, pemotongan dan pembagian kurban, semua itu merupakan satu kesatuan sarana untuk bertakwa kepada Allah. Korelasi takbir dan shalat dengan takwa sangat jelas. Adapun terkait hewan kurban, yang terpenting adalah aspek takwanya,

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ

“Daging dan darah hewan kurban itu, sama sekali tidak akan sampai kepada Allah. Tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu”  (QS al-Hajj: 37).

Allahu Akbar walillahil hamd

Seluruh praktek dan bentuk ibadat vertikal dan sosial pada momentum iedil kurban, diajarkan oleh Nabi Ibrahim as dan  tersimpulkan dalam  paket ujian Allah kepadanya berupa rangkaian perintah-Nya (kalimaatin) yang beliau tunaikan dengan sempurna (fa atammahunna) seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah 124.

Demikian itu wujud dari millah Ibrahimiah, yang juga diperintahkan Allah kepada  Nabi Muhammad saw

قُلْ صَدَقَ اللّٰهُ  فَاتَّبِعُوْا مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Benarlah yang difirmankan Allah.’ Maka ikutilah millah Ibrahim yang lurus. Dan dia tidak termasuk orang-orang yang musyrik” (QS Ali Imran: 95).

Millah Ibrahim berbasis akidah tauhid dengan tujuan merealisasikan takwa secara berlapis dan berkelanjutan dengan kepatuhan total kepada Allah yang diwasiatkan kepada anak cucu, dalam kesatuan dinul Islam.

وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ibrahim mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub. ‘ Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS al-Baqarah: 132)

Jama’ah ied rahimakumullah!

Bentuk-bentuk amaliah “millah Ibrahim” yang hanief yakni meninggalkan kemusyrikan Yahudi atau Nashrani dan memilih tauhid Islam. (QS Ali Imran : 54).

Jiwa dan etika dalam  menjalani “kalimat-kalimat Allah” tersebut adalah keikhlasan dan kesyukuran atas karunia  Allah dipilih sebagai  pembawa dinul Islam dan  mengangkatnya  menjadi teladan manusia dengan predikat   ummah  dan  imam sebagai pemimpin untuk ditaati. Plus menjadi guru murabbi bagi umat Nabi Muhammad saw. Semua itu berkat kolaborasi doa ayanda-ananda  (Ibrahim- Ismail ‘alaihimassalam) yang  direkam dalam Alquran surat al-Baqarah: 128 dan 129. Nabi Ibrahim dan Isnail ‘alaihimassalam  memohon kepada Allah untuk ditunjukkan praktek manasik dan diutus kepada anak cucu seorang Rasul  untuk membacakan ayat-ayat Allah kepada mereka serta membersihkan jiwa dan akhlak mereka.

Karunia Allah melalui kolaborasi doa dan manasik Ibrahim-Ismail as tersebut mengantarkan ummat akhir zaman ini menjadi “khaira ummatin ukhrijat linnas“. Karena itu, Nabi Ibrahim as adalah bapak tauhid dan pembawa millah hanifiah. Kemudian, kita  menjadi pewaris dakwah, millah, dan sunah manasik serta kurban.  Adalah  patut bila kita mengagungkan-mensyiarkan  jejak dakwah kolaboratif  Ibrahim as-Ismail as.  Itulah jalan hidup dan ibadah yang cerdas berkeadaban.

Dengan ilmu Allah yang mencakup, diketahui akan  ada saja orang yang tidak senang dengan legacy dari millah Ibrahim as. Bentuk dan modelnya  bisa muncul beragam. Ada yang mementingkan hal lain daripada ibadah kurban. Ada yang nyinyir. Bahkan lebih parah lagi, mengusulkan modifikasi ibadah kurban atas nama rasionalisasi. Tempat hadyu atau dam ihram diusulkan tidak terkonsentrasi di tanah haram. Hari dan bulan pelaksanaannya minta diperlonggar. Hewan kurbannya pun diusulkan lebih variatif. Atau bahkan bisa ditukar dengan uang.

Tiga ayat Alquran menolak dengan tegas keingkaran mereka. Ayat pertama di Surah al-Baqarah ayat 130,

وَمَنْ يَّرْغَبُ عَنْ مِّلَّةِ اِبْرٰهمَ اِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَه وَلَقَدِ اصْطَفَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَا وَاِنَّه فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ

“Dan orang yang menbenci agama Ibrahim, hanyalah orang yang membodohi dirinya sendiri. Dan sungguh Kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Lalu di akhirat dia termasuk orang-orang saleh.” (QS al-Baqarah: 130).

Ayat di atas menyebut “yarghabu ‘an“. Artinya,  tidak suka dengan millah Ibrahim. Padanannya kata ‘membenci’.

Ayat kedua adalah surah al-Kautsar ayat 3. Di sana disebutkan “inna syaaniaka“. Yaitu orang yang membuat marah Nabi saw dan karenanya diputus dari keberkahan serta rahmat Allah:  huwal abtar“.

Ayat ketiga menolak model keingkaran yang lebih berbahaya. Karena dengan mengutak atik hal-hal yang sudah nenjadi ketentuan syariat  dalam Alquran  dan Assunnah serta diijma’kan. Hal itu dicap sebagai  fikiran bernuansa kekufuran oleh  surah at-Taubah: 37

إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ

“Sesungguhnya pengunduran (bulan haram) itu hanya menambah kekafiran.” (QS at-Taubah: 37).

Demikian itu model-model orang yang bodoh,  membodohi dan menyesatkan.  Sejak dahulu, sekarang dan akan datang. Ia kemungkaran berfikir yang wajib dicegah minimal dijauhi. Sesuai kadar iman masing-masing kita.

Allahu Akbar walillahil hamd.

Sidang shalat ied rahimakumullah !

Alhamdulillah. Pada posisi berlawanan adalah orang-orang yang cerdas dari umat ini. Secara bertingkat dari level minimal, standar, sampai ideal. Banyak yang baru berpikir mau berkurban bila memiliki kelebihan dana. Ada juga yang lebih serius dengan membuat rencana jauh hari dan menabung. Lebih cerdas lagi, mereka yang melakukan pengalihan dan penyisihan  peruntukan (refocussing) dari anggaran yang ada karena mengutamakan ibadah vertikal dan sosial kurban yang hanya sekali setahun. Memang Hukumnya sunah muakadah menurut jumhur ulama. Kecuali dinazarkan. Tapi  menurut madzhab Hanafi dan sebagian ulama Malikiah hukumnya wajib.

Bagaimanapun, yang paling cerdas adalah kaum muslimin yang mengambil kesempatan, lebih tepatnya, mengambil hikmah dalam kesempitan. Seperti yang dialami calon jamaah haji yang tahun ini setelah  tahun lalu gagal berangkat akibat pandemi covid-19. Dananya ada dan boleh ditarik sebagian untuk berkuran. Pilihan ini insya Allah lebih membawa berkah. Bisa berkurban dengan jumlah lebih banyak. Lebih berkualitas. Kiranya  masuk dalam kandungan surah al-Hujurat ayat 7 bagi  pribadi cerdas  yang dihindarkan Allah dari  kefasikan.

Adapun ketertangguhan untuk ziarah ke masjidil haram dan masjid nabawi, dananya bisa disalurkan berupa jariah atau wakaf untuk pembebasan masjidil aqsha dan kemerdekaan  Palestina. Dari perspektif pahala bisa lebih besar daripada pahala menunaikan ibadah haji. Dulu seorang ulama besar,  Abdullah bin al Mubarak,  imam yang cerdas spiritual, intelektuak dan sosial,  mengalihkan biaya hajinya di tengah perjalanan untuk mengentaskan kemiskinan sejumlah dhu’afa. Dalam hal ini sesuai kaidah syariah yang populer di kalangan ulama,

الْخَيْرُ الْمُتَعَدِّي اَفْضَلُ مِنَ الْخَيْرِ القَاصِر

“Amal  kebaikan yang manfaatnya menjangkau banyak orang lebih utama daripada amal kebaikan yang manfaatnya terbatas”

Jamaah ied rahimakumullah!

Baginda Rasul saw mengajari umatnya untuk memilih cara-cara cerdas dalam segala hal. Terutama dalam melaksanakan ibadah. Beliau mewanti-wanti jangan termasuk  kalangan yang beliau usir dari jamaah shalat umatnya.

 مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

“Barang siapa yang mempunyai keluasan rezeki dan tidak berkurban, maka jangan pernah mendekati tempat shalat kami.” (HR Ibnu Majah)

Bagi kita umat pelanjut, terbuka pilihan cerdas–bukan yang bodoh apalagi kufur–dalam melaksanakan sunah berkurban sepanjang masa hingga detik-detik Israfil meniupkan  sangkakala kiamat kubra.

Setiap muslim ditawari bergabung dalam monumentalisasi ketakwaan vertikal, sosial ,dan ekonomi yang di dalamnya juga mengundang ketakwaan dukungan politik. Yaitu bergabung dalam sunnah Ibrahimiah-Muhammadiah yang dipatri secara abadi dalam shalawat Ibrahimiah, minimal dalam shalat fardhu.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ وباَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ  وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 Disambung dengan doa

_________________________

Khutbah    II

(bagi yang mempraktekkan dua khutbah ied)

7x اللَّهُ أَكْبَرُ

 لاَ إلهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى مَنَّ عَلَيْنَا بِدِيْن الْفِطْرَة وَحَضّنَا عَلَى التَّضْحِيَة كَطَرِيق لِنَيْل السَّعَادَة وإشَاعَتِهَا لِلبَرِيَّة . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ شَهَادَة الطَّائِعِين الْمُقْتَدِين بِسُنَّتِه الرَّاجِين حُصُول شَفَاعَتِه .

فاللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إلَى قِيَامِ السَّاعَةِ . أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اقْتَدَوْا بِسُنَّتِه فِى تَعْظِيمِ شَعَائِرِ الْأَضْحَى بِالصَّلَاة وَالنَّحْر ضَحَّى

تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُم صَلَاتَنَا وأضْحِيَّاتِكم وَجَعَلنَا مِنْ الْمُتَّقِينَ

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Unduh File PDF