Pointer Khutbah Juma’t 1442 H (Seri 52)
Tema : Kehormatan dan Keberkahan Ilmu dan Ulama
Penulis : Ustadz Abdullah Haidir, Lc.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الَّذِي رَفَعَ دَرَجَة الْعِلْمِ وَالْعُلَمَاء . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَبُّ الْأَرْض وَرَبُّ السَّمَاء وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِى إلَى الْمَحَجَّةِ الْبَيْضَاءِ. فَالَّلهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ وَلَدِ آدَمَ وَسَيِّد الْخَلْقِ أَجْمَعِينَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ اتَّبَعَ هُدَاهُم بِإِحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّينِ . أَمَّا بَعْدُ فَأُوصِيْكُم بِتَقْوَى اللَّهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إلَّا وَأَنْتُمْ مُؤْمِنُون .
Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Rasulullah saw sudah lama meninggalkan kita. Namun beliau meninggalkan para pewarisnya yang akan meneruskan perjuangannya dalam menyampaikan misi dan ajarannya. Mereka adalah para ulama.
Beliau bersabda dalam sebuah haditsnya:
(العلماءُ وَرَثةُ الأنْبِياءِ، إنَّ الأَنْبِياءَ لم يُوَرِّثوا دِينارًا ولاَ دِرْهَمًا إنما ورَّثوا العلمَ (رواه أبو داود الترمذي
“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu.” (HR Abu Daud dan Tirmizi)
Para ulama yang dimaksud di sini adalah para ulama yang memiliki ilmu-ilmu syariat dan takut kepada Allah dengan mengamalkan syariatnya dalam kehidupan serta menyampaikan dan mengajarkannya dengan penuh keikhlasan, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah berbagai kemunkaran.
Firman Allah Taala:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di kalangan para hambaNya hanyalah para ulama.” (QS Fathir: 28)
Meskipun Rasulullah saw sudah berabad-abad meninggalkan kita, namun Alhamdulillah hingga kini kita masih dapat merasakan nikmat ajaran yang beliau sampaikan. Sehingga kita masih dapat merasakan nikmat terbesar dalam kehidupan kita, yaitu iman dan Islam. Siapakah yang berjasa menyampaikan ajaran Rasulullah saw hingga sampai kepada kita? Tak lain mereka adalah para ulama, dari mulai para sahabat, tabiin, tabiittabi’in para salafushaleh dan terus secara estafet hingga para ulama di masa sekarang.
Jasa para ulama sangatlah besar, karena itu sebagai seorang muslim, di antara sifat yang harus kita hadirkan adalah mencintai para ulama, menghormatinya dan memuliakannya.
Mencintai para ulama, pada hakekatnya adalah mencintai Rasulullah saw, bahkan juga bagian dari mencintai Allah. Sebab Allah dan Rasulnya sangat memuliakan ulama.
Allah taala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadilah: 11)
Inilah adab yang telah diwariskan para salafussaleh sejak masa sahabat hingga kita. Sebuah sifat dan adab yang agung.
Diriwayatkan bahwa suatu hari Zaid bin Tsabit hendak mengendarai hewan tunggangannya, lalu Ibnu Abbas yang Ahlul bait dan seorang ulama mulia, tergopoh-gopoh berusaha memegangi hewannya agar mudah bagi Zaid bin Tsabit mengendarainya. Zaid bin Tsabit yang merasa sungkan mendapatkan perlakuan tersebut berkata kepada Ibnu Abas, ‘Biarkan dia wahai sepupu Rasulullah saw.’ Maka Ibnu Abas berkara,
هَكَذَا يُفْعَلُ بِالْعُلَمَاء وَالْكُبَرَاء
“Beginilah seharusnya perlakuan terhadap ulama dan orang-orang mulia.”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Para ulama adalah orang yang menyampaikan ajaran Allah, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari berbagai kemunkaran. Merekalah orang yang membawa misi ajaran syariat, menjaga dan melindunginya. Maka mencintai mereka artinya kita turut menjaga dan melindungi syariat Allah dalam kehidupan.
Bagaimana kita mencintai ulama? Kita cintai para ulama dengan memuliakan dan menghormatinya, menggali ilmu darinya, menerima nasehat-nasehatnya, memohon doa dan arahannya serta membela kehormatannya dari pihak-pihak yang ingin memojokkan atau menjatuhkannya.
Dan jangan sekali-kali kita orang beriman, baik sadar atau tidak sadar, langsung atau tidak langsung, tergiring pada sikap membenci dan memusuhi ulama, baik dengan ucapan, tulisan maupun perbuatan. Ini bukan sikap seseorang yang mengaku pengikut Rasulullah saw. Beliau bersabda,
(لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ ( رواه أحمد والترمذي(
“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang tua, tidak menyayangi anak kecil dan tidak mengenal hak ulamanya.” (HR Ahmad dan Tirmizi)
Bahkan lebih dari itu, siapa yang memusuhi ulama, itu sama saja menantang perang kepada Allah. Dalam sebuah hadits qudsi riwayat Bukhari, Allah berfirman:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ…
“Siapa yang memusuhi waliku, maka aku umumkan perang terhadapnya.” (HR Bukhari)
Imam Syafii rahimahullah berkata;
إِنْ لَمْ يَكُن الْعُلَمَاء أَوْلِيَاءَ الله، فَلَيْسَ لِلَّه وَلِيٌّ
“Jika para ulama bukan wali Allah, maka Allah tidak memiliki wali.”
Semoga Allah jadikan kita hamba-hambaNya yang mencintai RasulNya dan mencintai para pewarisnya yaitu para ulama, serta dijauhkan dari sikap membenci dan memusuhi mereka.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِق وَالْبَشَر . فَاللّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِك عَلَى النَّبِىّ الْمُخْتَار وَعَلَى آلِهِ الْأَطْهَار وَأَصْحَابِه الْأَغْيَار . أَمَّا بَعْدُ فَأُوصِيْكُم وَإيَّاي بِتَقْوَى اللَّهِ فِى اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ . وَفِى الْعَلَن وَالْإِسْرَار . وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ فَصَلُّوا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا كَثِيرًا .
وَاَللَّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ . الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ . وَاَللَّهُمّ سَلَّمْنَا وَالْمُسْلِمِينَ مِنْ آفَاتِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ . وَجَنِّبْناَ وَإِيَّاهُم مِنْ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ . مِن بَلَدِنَا هَذَا وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ .
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَآخَر دَعْوَانَا أَن الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ