Pointer Khutbah Juma’t 1441 H (Seri 27)
Tema : Keadilan Harus Ditegakkan
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِين الَّذِي خَذَلَ الظَّالِمِين وَنَصَرَ الْمَظْلُومِينَ أشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ إلاَّ الله رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيم وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه الَّذِي عَلَّمَ الْعَدْلَ وَأقامَهُ بَيْنَ النَّاس الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ أَشْغِلِ الظَّالِمِيْن بِالظَّالِمِين وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِم سَالِمِين غَانِمِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِين أمَّا بَعْدُ فَيَا أيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوتُنَّ إلاَّ وَأنْتُم مُسْلِمُونَ
Jamaah Jumat rahimakumullah
Alhamdulillah kita senantiasa bersyukur masih diberikan nikmat hidup dalam keadaan sehat wal afiyah di tengah ancaman pandemi covid-19. Terlebih lagi kita dapat menghidupkan hari spesial Jumat ibadah dengan menguatkan iman takwa kita dalam menghadapi berbagai kejadian sepekan terakhir ini di atas pondasi tauhidullah dan tauhidul ummah. Kita semua adalah satu sebagai umat Rasulullah sebangsa dan setanah air dengan satu falsafah hidup bangsa Pancasila. Para ulama tauhid menyimpulkan bahwa inti iman kepada Allah dalam konteks kehidupan bermasyarakat terletak pada keadilan. Basisnya adalah relasi manusia dengan Allah. Dalam hal ini, tauhid merupakan poros keadilan. Sebab,
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Perbuatan menyekutukan Allah (syirik) itu merupakan kedzaliman yang sangat besar.” (QS Luqman: 13)
Dalam relasi kemanusiaan pun kezaliman merupakan kejahatan yang besar. Dalam Hadis Qudsi riwayat Imam Muslim dari Abi Dzar diriwayatkan bahwa Allah befirman,
يَا عِبَادِي إِنّي حَرّمْتُ الظّلْمَ عَلَىَ نَفْسِي. وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرّماً. فَلاَ تَظَالَمُوا
“Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya telah Aku haramkan atas diri-Ku perbuatan zhalim dan Aku jadikan ia diharamkan di antara kalian. Maka, janganlah kalian saling berbuat zalim.”
Dalam Pancasila sebagai falsafah kebangsaan kita disebutkan secara posisional bahwa di langit terdapat payung Ketuhanan Yang Maha Esa (Iman Tauhid). Ia menolak adanya syirik karena merupakan biang ketidakadilan. Sedangkan di bumi tumpuan hidup bersama adalah keadilan sosial bagi setiap anak bangsa. Bahkan konstruksi langit dan bumi pun adalah dalam kerangka keadilan dan keseimbangan seperti disebutkan dalam Alquran surat ar-Rahman ayat 7. Tegasnya keadilan adalah hukum kehidupan semesta, hukum keimanan, hukum alam, kemudian hukum berbangsa dan bernegara. Adapun pasal-pasal hukum dalam perundangan hanyalah instrumen yuridis untuk menegakkan keadilan melalui kekuasaan negara lewat aparatnya.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Setiap peristiwa sosial adalah peristiwa hukum yang merupakan batu-batu ujian untuk memastikan apakah keadilan sebagai sunnah kehidupan benar-benar ditegakkan. Jika masyarakat gagal dalam berkeadilan, berarti hal itu merusak sinkronisasi dan harmoni dalam kehidupan semesta. Ia lepas dari basis keadilan imani serta lepas dari sistem keadilan semesta. Jika demikian, ia pasti berujung pada kebinasaan dan kehancuran pelakunya. Serta akan menyeret mereka yang membiarkannya. Lalu pada gilirannya, berimbas pada kehancuran masyarakat serta lingkungan secara keseluruhan. Al-Quran telah mengingatkan,
وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَىٰ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ
“Dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS al-Qashash: 59)
Potensi peluang dan godaan untuk berbuat zalim terdapat pada tiap orang dan komponen masyarakat. Sejarah umat manusia lebih banyak memampang foto foto Firaun dan para tiran yang lain semisal Jalut yang dikalahkan oleh Nabi Daud. Rekaman Al-Quran pastilah benar. Ia selalu menampilkan yang haq; tidak ada yang hoaks.
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
“Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah. Ia menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Firaun termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (QS al-Qashash: 4)
Dalam konteks memberikan perimbangan disebutkan pula bahwa masyarakat pun memiliki andil dalam proses kehancuran tersebut. Pasalnya, mereka mau saja dipinggirkan akibat rusaknya tatanan mental dan moral. Alquran menegaskan,
فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ
“Maka Firaun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka pun patuh kepadanya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.” (QS az-Zukhruf : 54)
Karena itu, untuk menghindari kerusakan dan hancurnya tatanan kehidupan, keadilan harus ditegakkan oleh semua makhluk Allah. Sebab Allah al-Khalik telah menetapkan hal tersebut pada Zat-Nya, kemudian pada kehidupan semesta. Dengan sendirinya kehidupan bermasyarakat dan berbangsa akan hancur jika tidak mengorbit pada keadilan langit. Maka, semua warga masyarakat, umat, dan bangsa harus berlaku adil. Baik dalam berucap, bersikap, maupun dalam berbuat.
Mereka harus saling menasehati dan mengingatkan bahwa ketidakadilan mengancam eksistensi kehidupan. Ingat, intinya adalah bagaimana menjaga ahlak bangsa. Hukum kehidupan mencatat bahwa apa yang yang akan terjadi tidak lain merupakan pengulangan dari peristiwa silam. Hancurnya kecongkakan Firaun, Jalut, dan Namrud sangat bisa terulang dalam waktu dekat, entah besok atau lusa. Bentuknya bisa bervariasi. Bisa ditenggelamkan di laut seperti Firaun, dilalap vulkanik tektonik, atau bisa pula dihantam tsunami api atau air. Bisa juga berupa serangan tsunami makhluk Allah yang lain berupa wabah pandemi atau endemi. Semua itu terjadi setelah pemicunya ada. Para ahli menyimpulkan,
وَإِنَّمَا الأُمَمُ الأَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ ¤ فَإِنْ هُمْ ذَهَبَتْ أَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا
Kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada akhlaknya selagi mereka berakhlak.
jika akhlak mereka telah hilang, maka jatuhlah umat (bangsa) itu
Lihatlah betapa kerusakan ahklak telah sedemikian parah. Nampak persyaratan Terstruktur, Masif, Sistemik, dan Brutal (TMSB) nyaris terpenuhi dalam bentuk kebejatan Ahlak yang memapar semua kalangan, entah rakyat ataupun pejabat. Kita wajib melakukan tolak bala dengan istigfar keumatan dan kebangsaan. Serta dengan bergotong-royong menegakkan keadilan dan menentang kezaliman. Seraya terus memanjatkan doa pengantar kemenangan Nabi Allah Daud saat menghadapi Jalut.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Allah, limpahkanlah kesabaran pada kami, kokohkan pendirian kami, serta tolonglah kami untuk mengalahkan orang‐orang kafir.” (QS al‐Baqarah: 250).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إنَّ الْحَمْدَ للهِ حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ أشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ الله وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ الله اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ لِلْعَالَمِين وَ أَشْغِلِ اللّهُمَّ الظَّالِمِيْن بِالظَّالِمِين وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِم سَالِمِين غَانِمِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّين
أمَّا بَعْدُ فَيَا أيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ اِتَّقُو رَبَّكُمْ وَاخْشَوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إلَى رَبِّ الْعَالَمِين
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اللّهُمَّ سَلِّمْنَا وَالْمُسْلِمِينَ وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِينَ وَاكْفِنَا وَإيَّاهُم مِنْ جَمِيعِ شَرِّ مَصَائِبَ الدُّنياَ وَالدِّين مِنَ الْفِتَن مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
والحمد لله رب العالمين