Karakter Jalan Allah

Pointer Khutbah Juma’t 1443 H (Seri 75).

Tema : Karakter Jalan Allah.

Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.

إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ المجاهدين  سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ  وأنصاره وجنوده وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ».

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ

Khutbah I

Jamaah Jum’ah rahimakumullah

Alhamdulillah atas limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga. Di antaranya nikmat kehidupan dan nikmat iman yang terus berdenyut dalam diri kita. Semoga dengan nikmat tersebut kita bisa terus bergerak dalam koridor yang Allah ridhai.

Seperti yang kita ketahui bahwa jalan-jalan kebaikan yang Allah hadirkan di hadapan kita sangat banyak. Itulah subul atau sabilal birr yang dapat mengantarkan kita pada kebahagiaan dunia akhirat. Tidak hanya berupa ibadah mahdhah, namun jalan kebaikan juga bisa berupa akhlak yang mulia, muamalah yang baik, amal dakwah, amar ma’ruf nahi mungkar, dan berjuang meninggikan kalimat-Nya.

Itulah kehidupan seorang muslim. Ia laksana air yang mengalir ke berbagai tempat untuk memberikan kesegaran dan kehidupan

وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Dan dari air Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman? (QS al-Anbiya: 30)

Aliran air tidak bisa dihambat. Sebab ia akan terus bergerak mencari tempat yang siap menampungnya. Bahkan ia bisa menerobos masuk menembus sekat dan ruang yang tidak terduga sebelumnya. Tentu dengan cara yang haus dan lembut sampai akhirnya tiba di tujuan.

Dari sana dapat dipahami mengapa ketetapan dan tuntunan hidup yang Allah gariskan disebut dengan syariat. Sebab secara bahasa kata syariat berarti “jalan menuju sumber air”. Ia adalah jalan ke arah sumber kehidupan yang melahirkan kebaikan. Itulah inti dan esensi dari syariat.

Salah satu cara agar air penebar kebaikan dan kehidupan turun secara deras dan berlimpah adalah dengan memperbanyak istigfar. Yaitu dengan melakukan evaluasi, koreksi, dan memohon ampunan atas segala kesalahan yang dilakukan. Itulah yang disebutkan oleh Allah dalam surat Nuh,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا

Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.” (QS Nuh: 10-11)

Kata midrara adalah sifat hujan yang turun dengan lebat tanpa disertai bahaya. Hal itu berkat banyak beristigfar dan mengakui kesalahan. Namun tanpa istigfar, hujan yang turun bisa menimbulkan bahaya dan kerusakan. Naudzu billah.

Di sisi lain, di samping memperbaiki hubungan dengan Allah dan meminta ampunan-Nya, air kehidupan dan limpahan karunia akan diberikan dengan menjaga hubungan sosial antar sesama. Bisa dengan menjalin silaturahim dan bisa pula dengan bersedekah. Terkait silaturahim, Nabi saw bersabda,

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ له فِي رِزْقِهِ، وأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. )أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ.(

Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya (diberkahi hidupnya), hendaklah ia bersilaturahim. (HR al-Bukhari)

Sedangkan terkait infak dan sedekah dalam Alquran disebutkan

قُل إِنَّ رَبِّي يَبسُطُ ٱلرِّزقَ لِمَن يَشَاءُ مِن عِبَادِهِۦ وَيَقدِرُ لَهُۥۚ وَمَا أَنفَقتُم مِّن شَيءٍ فَهُوَ يُخلِفُهُۥۖ وَهُوَ خَيرُ ٱلرَّٰزِقِينَ

Katakanlah (wahai Nabi), ‘Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendaki-Nya.’ Dan apa saja yang kalian infakkan maka Dia akan mengganti dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba: 39)

Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di rahimahullah mengatakan,

“Apa saja yang kalian infakkan, berupa nafkah yang wajib ataupun sunnah, untuk kerabat, tetangga, orang miskin, anak yatim, atau selainnya, Allah Swt akan menggantinya. Karena itu, janganlah kalian menyangka bahwa berinfak itu mengurangi rezeki.”

Adapun orang yang bakhil, tidak mau mengeluarkan sebagian hartanya. Bahkan ia menahan zakat yang wajib untuk dikeluarkan. Hal itu tentu akan menjadi sebab tersumbatnya rizki dan terhalangnya hujan dari langit. Nabi saw bersabda,

وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ

“Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka” (HR Ibn Majah)

Karena itu, agar air yang menjadi sumber kehidupan terus mengalir, maka istigfar, silaturahim, dan sedekah harus terus dilakukan. Ditambah lagi dengan amal-amal kebaikan lain yang pasti mendatangkan kemaslahatan. Semakin banyak kebaikan yang dilakukan, semakin deras pula air yang mendatangkan kehidupan dan kesegaran turun mengalir membasahi bumi manusia. Semoga Allah memberikan taufik pada kita semua.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

 اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً،

اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Unduh File PDF