Jangan Lewatkan Nisfu Sya’ban

Pointer Khutbah Juma’t 1443 H (Seri 88)

Tema : Jangan Lewatkan Nisfu Sya’ban

Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA

إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ المجاهدين  سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ  وأنصاره وجنوده وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ».

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Khutbah I

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah atas nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga yang terus tercurah kepada kita. Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan alam, teladan umat manusia, Nabi Muhammad saw berikut keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya hingga hari akhir.

Tidak terasa perjalanan waktu mengantarkan kita kepada bulan Sya’ban. Bahkan sebentar lagi akan memasuki pertengahan Sya’ban yang dikenal dengan istilah nisfu Sya’ban. Bagi umat Islam, nisfu Sya’ban tentu menjadi hari yang istimewa karena merupakan momentum yang cukup menentukan dalam menyiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan. Terdapat sejumlah konsideran mengapa nisfu sya’ban tidak boleh diabaikan dan dilewatkan begitu saja.

Pertama, karena ia adalah bagian dari keutamaan umum (juz’ minal kulli) yang disebutkan oleh Rasul saw. Pasalnya, secara umum bulan Sya’ban adalah bulan yang istimewa. Nabi saw membiasakan diri banyak berpuasa di bulan Sya’ban. Ketika ditanya mengapa banyak berpuasa di bulan Sya’ban, beliau menjawab,

ذاك شهرٌ يغفَلُ النَّاسُ عنه بين رجبَ ورمضانَ وهو شهرٌ تُرفعُ فيه الأعمالُ إلى ربِّ العالمين وأُحِبُّ أن يُرفعَ عملي وأنا صائمٌ

“Itulah bulan yang manusia lalai darinya; -ia bulan yang berada- di antara Rajab dan Ramadan, yaitu bulan yang berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rab semesta alam. Aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa,” (HR. Nasa’i 

Karena itu, nisfu Sya’ban sebagai bagian dari bulan Sya’ban yang sangat dipentingkan dan diperhatikan oleh Nabi saw sudah pasti juga memiliki keistimewaan.  Tidak mungkin dan tidak masuk nalar bila hari tersebut tidak bernilai dan tidak memiliki keistimewaan. Pasalnya ia masuk dalam keistimewaan bulan Sya’ban secara umum.

Kedua, terdapat dalil yang bersifat khusus dan umum terkait dengan keutamaan nisfu Sya’ban. Misalnya hadits yang berasal dari Abdullah bin Amr, Rasulullah saw. bersabda:

يَطلِعُ الله عزَّ وَجَل إلَى خَلْقِه ليلة النصف من شعبان فيغفر لعباده إلا لاثنين: مشاحن، وقاتل نفس

“Allah menampakkan (rahmat) kepada hamba-Nya di malam Nishfu Sya’ban. Dia mengampuni hamba-hamba-Nya, kecuali dua orang, yaitu: orang yang bermusuhan dan pembunuh. (Ahmad, 6642). Hadits ini diriwayatkan oleh banyak jalur yang saling menguatkan sehingga dinyatakan sebagai hadits yang ma’mul bih (dapat diamalkan)

Makna yang ditunjukkan oleh Hadits ini jelas, bahwa malam ini memiliki keistimewaan berupa karunia, rahmat dan ampunan dari Allah. Siapa saja yang berupaya meraih keutamaan malam tersebut dengan melakukan shalat, dzikir dan berdoa, maka ia layak mendapatkan berbagai keutamaan yang penuh berkah tersebut.

 

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Ketiga,  sudah selayaknya setiap muslim menghormati pandangan serta amal saleh yang dilakukan oleh para ulama dan generasi saleh terdahulu; bukan mencela dan menghinakannya. Misalnya para ulama tabi’in di Syam seperti Khalid bin Ma’dan, Makhul, dan Luqman bin ‘Amir mengatakan bahwa menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan ibadah, memakai wewangian dan berhias diri sangat dianjurkan. Imam Syafii juga berkata, ”Saya menganjurkan (untuk melakukan) setiap yang diceritakan pada malam ini (qiyam, doa, dan zikir).”

Ibn Najim dari Mazhab Hanafi pun mengatakan, ”Termasuk perkara yang sunah (al-mandubat) adalah menghidupkan sepuluh malam (terakhir) Ramadan, dua malam id, sepuluh malam (pertama) Zulhijah, dan malam Nishfu Sya’ban sebagaimana yang disebutkan dalam banyak hadits.”

Dalam kitab “At-Taj Al-Iklil” (3/319) yang merupakan kitab dari kalangan Malikiyyah disebutkan, “Dianjurkan beribadah di malam tersebut (yaitu malam pertengahan Sya’ban).”

Keempat, posisi pertengahan merupakan posisi yang sangat strategis dan sangat penting dalam Islam. Umat Islam disebut sebagai ummatan whasatan. Demikian pula Allah befirman dalam Alquran,

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.  (QS al-Baqarah: 238).

Asy-Sya’rawi menyebutkan kata al-wustha pada ayat di atas merupakan bentuk feminin (mu’annats) dari kata awsath. Ia mengarah pada sesuatu yang berada di tengah di antara dua sisi yang seimbang. Posisi pertengahan tersebut bisa dilihat dari urutan kewajibannya, pertengahan dilihat dari jumlah rakaatnya, pertengahan dilihat dari waktu antara siang dan malam, pertengahan antara yang jahriyah dan sirriyyah, dst. Imam al-Baghawi menegaskan, secara khusus Allah menyebutkan shalat wustha di antara shalat-shalat yang ada untuk menunjukkan keutamaannya.

Bila dianalogikan dengan posisi shalat wustha sebagai shalat pertengahan yang memiliki keutamaan khusus, demikian pula dengan nisfu sya’ban yang posisinya juga di pertengahan di antara amal-amal yang terdapat di bulan Sya’ban. Maka, amal di nisfu Sya’ban memiliki nilai yang juga istimewa.

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Kelima, posisi tengah juga sangat penting dalam rangka menakar atau mengukur sejauh mana kesiapan dan persiapan kita untuk melakukan sebuah amal. Entah persiapan tersebut terkait dengan jasmani, maaliy, ataupun ijtima’iy.  Hal itu merupakan bentuk ikhtiar dan usaha seorang muslim dalam mempersiapkan diri untuk beribadah secara maksimal.

Dalam hal ini, nisfu Sya’ban menjadi parameter atau ukuran kesiapan untuk menghadapi bulan Ramadhan. Bila sampai nisfu Sya’ban ternyata masih terdapat sejumlah kekurangan, maka paruh berikutnya harus dimanfaatkan secara maksimal untuk memperbaiki kekurangan tadi. Sehingga diharapkan tatkala menghadapi Ramadhan, kondisinya sudah siap dan berada dalam performa terbaik.

Karena itu, jangan lewatkan nisfu Sya’ban. Ia harus diisi dengan amal-amal saleh. Semoga Allah menurunkan rahmat, maghfirah, dan keberkahan-Nya kepada kita.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

 اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ

Unduh File PDF