Pointer Khutbah Juma’t 1442 H (Seri 36)
Tema : Ishlah Jalan Juang Kami
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي حَبَّبَ إِلَيْنَا الْإِيْمَانَ وَزَيَّنَهُ فِى قُلُوب الْمُصْلِحِين أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّه الْقَائِل ” إنَّا لاَ نُضِيع أَجْرَ الْمُصْلِحِين” . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِى إلَى دِينٍ قَوِيْمٍ وَإِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ . فَصَلَوَاتُ اللَّهِ وَتَسْلِيْمَاتُه عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى إِلَى يَوْمِ الدِّينِ أمَّا بَعْدُ ، فَأُوْصِى نَفْسِى وَإِيَّاكُم بِمَحَبَّة اللَّهِ وَرَسُولِه وَآلِ بَيْته وَحُبِّ كِتَابِ اللَّهِ الْكَرِيمِ
Jamaah rahimakumullah!
Kita bersyukur dapat menjalani hidup dalam iman Islam hingga hari ini. Kita berusaha sepanjang jalan hidup sesuai dengan spirit takwa yang sebenar-benarnya. Sebab hidup itu bukanlah semata berbuat sesuatu. Tetapi mesti dengan etos atau semangat juang (mujahadah) di jalan Allah. Dengan lebih mendekat (taqarrub) kepada-Nya. Serta lebih peduli dan bermanfaat bagi masyarakat.
Humum atau obsesi pejuang di jalan takwa adalah ingin semua sisi kehidupannya lebih baik. Sebagaimana dalam kekhusyuan doa yang dicontohkan Rasulullah saw di mana perhatian beliau tertuju kepada agama, melewati dunia, serta membidik hari akhir, berupa kebahagiaan di hari pembalasan kelak. Rasulullah saw mengajarkan doa berikut:
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَل الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَل المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرّ اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
“Ya Allah, perbaikilah agama kami yang merupakan penjaga urusan kami, perbaikilah dunia kami yang merupakan tempat hidup kami, perbaikilah akhirat kami yang merupakan tempat kembali kami dan jadikan kehidupan kami sebagai penambah kebaikan kami serta jadikanlah kematian kami sebagai istirahat kami dari segala keburukan. Ya Allah berikan akibat yang baik dalam semua urusan kami serta lindungi kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat.”
Akan halnya anak isteri, lingkungan keluarga diposisikan secara spesial dalam agenda ishlah melalui program tarbiyatul aulad. Selaku dai, ia sangat perhatian dengan perbaikan lingkungan sosial (ishlahul mujtama). Kala terjadi kasus persengketaan antara saudara, tetangga dan kelompok masyarakat, sang dai proaktif memanfaatkan posisi dan akseptabilitas masyarakatnya dengan menawarkan jalan ishlah agar para pihak menemukan formula win-win solution; suatu jalan yang diarahkan oleh Alquran,
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan ishlah di antara manusia.” (QS an-Nisa: 114).
Jamaah rahimakumullah!
Kita menapaki jalan ishlah secara logis dan sistematis. Sebagai dai hendaknya memulai dari
Ishlah (perbaikan) diri dan keluarga. Hal itu mencontoh sukses khulafa’ rasyidin: Umar bin Khatthab dan Umar bin Abdul Aziz.
Setelah itu ada harapan optimis bahwa Allah akan membimbing dengan taufik-Nya untuk sukses dalam agenda besar perbaikan masyarakat (ishlahul mujtama) tatkala syaratnya mampu dipenuhi dengan baik. Yakni implementasi takwa pada kejujuran dan keadilan dalam membagi kesejahteraan untuk rakyat. Sesuai firnan Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar”(QS al-Ahzab: 70-71)
Manakala sang dai meraih posisi sebagai shahibul wilayah , yakni dai dengan otoritas publik, ia mengajarkan kepada masyarakatnya bagaimana manajemen recovery krisis sosial dan rekonsiliasi konflik. Itu dilakukan dengan langkah bertahap :
Pertama, “shulhun” mengondisikan adanya kelapangan dada salah satu pihak untuk memberikan konsesi atas tuntutannya
وَٱلصُّلْحُ خَيْرٌ وَأُحْضِرَتِ ٱلْأَنفُسُ ٱلشُّحَّ
“Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir.” (QS an-Nisa: 128)
Kedua, “mushalahah” dengan mempersuasi para pihak yang bersengketa agar bersedia mengurangi kadar egoismenya. Lalu maju ke meja perundingan atas bimbingan tokoh rujukan. Semacam metode arbitrase. * (hakamain).
Ketiga; Ishlah dari konflik persengketaan, baik sengketa fisik, politik, kemasyarakatan maupun keluarga. Forum ishlah diinisiasi dan diatur oleh pemilik otoritas atas para pihak. Allah Swt berfirman,
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!” (QS al-Hujurat: 9).
Prinsip “Ishlah dzatil bain” (merajut keretakan sosial) adalah jalan mewujudkan kebaikan (al-shalah). Kemudian “al shalah” mengantarkan kepada keburuntungan (al-falah). Itulah shalahul ma’asy wal ma”ad“. Fa lahu ad-dunya walakhirah .Yakni bahagia di dunia dan di akhirat. Di dunia mendapat hasanah dan di akhirat juga mendapat hasanah. Serta di hari akhir selamat dari neraka.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إن الْحَمْدَ لِلَّهِ نَسْتَعِينُه ونَسْتَهْدِيه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إلَى صِرَاطِهِ الْمُسْتَقِيْم
فَاللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آله و أَصْحَابِهِ أجْمَعِين
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُو اللَّه حَقَّ تَقْوَاه فَقَدْ فَازَ مَنْ اتَّقَى
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ .
وَاللَّهُمّ سَلَّمْنَا وَالْمُسْلِمِين وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِين وَاكْفِنَا وَإِيَّاهُم مِنْ جَمِيعِ شَرِّ مَصَائِب الدُّنْيَا وَالدِّينِ
وَ اكْشِفْ عَنَّا الْبَلَاء وَالْوَبَاء وَكُورُونَا وَغَيْرَهَا وَجَنِّبْنَا الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنَ الفَحْشاءِ وَالْمُنْكَرِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ .
ربنا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُم كَمَا رَبَّوناَ صِغَارًا . رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَآخِر دَعْوَانَا أَن الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ