Pointer Khutbah Juma’t 1443 H (Seri 96)
Tema : Iedul Fithri Menginspirasi Kebangkitan
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA
إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ المجاهدين سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأنصاره وجنوده وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Khutbah I
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah atas nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga. Terutama, nikmat iman dan Islam yang menjadi modal selamat bahagia. Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan alam, teladan umat manusia, Nabi Muhammad saw berikut keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya hingga hari akhir.
Setelah kita tuntas menunaikan kewajiban kita berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, kini kita sudah mendapatkan hari kemenangan kita. Ramadhan telah menjadi modal dan basis kita untuk memperdalam nilai-nilai ibadah kepada Allah. Terlebih ibadah puasa ramadhan merupakan taharrur keterbebasan dari segala macam ubudiyah kepada selain Allah swt. Tarbiyah ramadhan mengajarkan kita tentang lillah. Semua karena dan untuk Allah swt. Doa, puasa, makan, minum dan lain sebagainya sudah terprogram lillahi ta’ala.
Tarbiyah ramadhan setidaknya mengajarkan kita enam poin penting kebangkitan dalam kehidupan manusia. Jika kita dengan penuh keimanan serta mengharap ridha dan taufiq Allah ketika memahami keenam hal tersebut maka insyaAllah kita bisa semakin menjadi seorang mukmin yang bertaqwa.
Jamaah jumat rahimakumullah!
Pertama adalah taharrur ar-ruhiy atau intifadhah ruhiyah, keterbebasan atau kebangkitan spiritual. Sebagian Ulama mengistilahkan dengan intifadhah. Hal ini diartikan dengan,
تحرر من العبودية من ما سوى الله و الفرار إلى عبادة الله الأحد
Dalam Al-quran dikatakan;
فَفِرُّوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۖ
“Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah” (QS adz-Dzariyat : 50)
Dengan semakin mendekat kepada Allah. Dalam hadits dijelaskan bahwa ketika Allah juga semakin mendekat. Ketika kita mendekat kepada Allah satu hasta, Allah lebih semakin mendekat kepada kita. Kebangkitan spiritual juga dapat dilambangkan dengan takbir takbir yang menggema di malam hari raya. Sorak sorai mengagungkan Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain hanya menyembah kepadanya.
Firman Allah dalam al-qur’an;
وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
“Dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur” (QS al-Baqarah : 185)
Demikian lah kebangkitan spiritual yang perlu kita miliki. Karena taharrur ubudiyah dan ta’alluq, dependency, ketergantungan kita kepada Allah ta’ala. Semakin kita mendekat dan berlari kepada Allah swt.
Kedua adalah kebangkitan intelektual, taharrur dan intifadhah tsaqafiyah.
Pasca ramadhan wawasan kaum muslimin tentang hidup dan tentang agama menjadi meningkat. Dengan belajar al-qur’an, memebaca hadits, tausyiah dan kajian kajian keilmuan sebulan penuh selama ramadhan. Hal tersebut menggiring kemajuan intelektualitas kaum muslimin secara signifikan. Parameter atu ukuran nya adalah semakin jelasnya Furqan antara yang haq dan batil. Antara halal dan haram, dan antara yang syubhat dan hakikat. Sehingga makin terang jalan hidup muslim untuk menuju Allah swt.
Tidak ada lagi ruang dan alasan untuk awam tentang agama. Ketidak-tahuan tentang agama dengan idul fitri ini tidak bisa diterima lagi. Karena tarbiyah ramadhan selama satu bulan penuh sangatlah terlihat hasil dan nilainya.
Jamaah jumat rahimakumullah!
Ketiga adalah intifadhah jismiyah. Kebangkitan secara jasmani dan fisik.
Pendidikan ramadhan mengajarkan keteraturan pola makan dan hidup sehingga menurunkan tingkat stres bagi orang-orang yang menjalankan puasa dengan baik dan benar. Dengan ramadhan kondisi jasmani dan fisik kita semakin menjadi siap. Banyak kemenangan di peperangan dalam sejarah Islam terjadi pada bulan Ramadhan atau pasca ramadhan. Mulai dari masa rasulullah saw dan masa setelahnya, termasuk kemerdekaan negara kita Indonesia terjadi pada bulan ramadhan. Dalam ilmu kedokteran pun sudah menjelaskan. Ketika seseorang hendak melakukan operasi misalnya, maka ia disarankan untuk berpuasa terlebih dahulu.
Selaras dengan Hadist dari baginda nabi Muhammad saw;
صُومُوا تَصِحُّوا
“Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat” (HR Thabrani)
Keempat, ialah intifadhah ijtimaiyah kebangkitan secara sosial.
Saat dan pasca ramadhan, hubungan sesama muslim tentu baik. Sebab akan menjadi batal puasa seseorang jika terganggu oleh amal dan hubungan antar sesama muslim. Atau gap sosial.
Terutama dengan momen idul fitri yang membuat kita saling lebih berdekatan dengan saling memaafkan sesama dan silaturahim. Dan pada saat tersebut akan banyak pembicaraan untuk memikirkan bagaimana peningkatan kebangkitan sosial melalui sinergitas dan kolaborasi.
Jamaah jumat rahimakumullah!
Poin kelima, adalah intifadhah maaliyah. Kebangkitan Ekonomi.
Mudik merupakan potensi perekonomian yang besar. Selaras dengan firman Allah dalam kitabnya;
كَيۡ لَا يَكُونَ دُولَةَۢ بَيۡنَ ٱلۡأَغۡنِيَآءِ مِنكُمۡۚ
“agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS al-Hasyr : 7)
Konsentrasi aset yang menumpuk dan tidak terdistribusikan dengan baik itu tidak sehat. Seperti halnya penumpukan darah yang akan menjadi sumber penyakit. Karena yang sehat itu adalah jika semua tersebar dan tersalurkan. Maka penting aset sumber daya ekonomi harus terdistribusi dengan baik agar bisa meningkatkan kekuatan perekonomian pedesaan dan rakyat. Juga penggelembungan ekonomi akan mampu diatasi.
Terakhir yang keenam, adalah kebangkitan politik. Intifadhah siyasiyah.
Dengan adanya keberkahan yang bertambah pada sektor ekonomi saat dan pasca ramdhan, tentu hal tersebut perlu manajemen yang rapi, diatur secara baik dan adil. Perlu pengawasan dan pengarahan dari pemerintahan dengan kepemimpinan yang rasyid, cerdas. Tidak boleh dengan penanganan yang salah atau dalam al-quran diistilahkan dengan bodoh. Sumber daya tersedia namun pengelolaan nya tidak baik bahkan buruk. Perlu leader dan manager yang mampu mengelola sumber daya ini dengan cerdas. Dan inilah tantangan yang masih dihadapi bangsa kita sampai saat ini.
Umar bin Khattab pernah memberikan pengarahan bagaimana cara pengelolaan aset publik yang baik yang dianalogikan dengan pengelolaan harta yatim. Sang pengelola harta yatim haruslah bijak dan baik dalam pengelolaannya. Al-qur’an sudah menjelaskan;
وَمَن كَانَ غَنِيّٗا فَلۡيَسۡتَعۡفِفۡۖ وَمَن كَانَ فَقِيرٗا فَلۡيَأۡكُلۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ فَإِذَا دَفَعۡتُمۡ إِلَيۡهِمۡ أَمۡوَٰلَهُمۡ فَأَشۡهِدُواْ عَلَيۡهِمۡۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبٗا
“Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas.” (QS an-Nisa : 6)
Berita yang viral di media sosial saat ini bahwa 70% aset pejabat bertambah secara luar biasa. Hal ini perlu di cek oleh lembaga yang berwenang seperti KPK dan BPK. Sebab sampai detik ini kita masih berjuang bersama memulihkan kembali perekonomian bangsa setelah dua tahun lebih terdampak pandemi. Kita berdoa kepada Allah swt agar memberikan taufiq dan hidayah nya kepada kita serta memberikan pemimpin yang rasyid dan adil bagi bangsa kita tercinta. Sehingga dengan momentum hari raya ini bisa menjadi tangga pertama kebangkitan kita semua. Sebagai seorang pribadi mu’min juga sebagai sebuah bangsa dan negara.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر