Pointer Khutbah Juma’t 1443 H (Seri 84)
Tema : Hidup Mulia dengan Ber’Isra’ Mi’raj
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA
إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ المجاهدين سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأنصاره وجنوده وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ».
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Khutbah I
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Salawat teriring salam semoga tercurah kepada junjungan alam, Nabi Muhammad saw berikut keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya hingga hari akhir.
Manusia seutuhnya terdiri dari ruhani dan jasmani. Orang yang maju dan berprestasi adalah yang asupan dan pengeluaran jasmani serta ruhaninya baik. Selain pola konsumsi dan nutrisinya sehat, ia pun gemar bersedekah dengan penuh rasa syukur,
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (QS al-Baqarah: 172).
Demikian halnya garis sunnatullah untuk kemajuan spiritual, moral, dan sosial hendaknya seperti yang disabdakan Rasulullah saw,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya ( HR Bukhari )
Yang diserap dan disampaikannya adalah ayat-ayat Alquran; sebaik-baik kalimat dan perkataan.
Siapapun yang hidup di masa kini adalah hasil tanaman di masa lalu, entah kualitasnya baik atau kurang. Situasi sekarang pun memberikan input kesuburan atau bisa pula masukan yang mendatangkan kehancuran. Karena itu, seorang muslim hendaknya menjauhi pesan historis yang negatif seraya mengambil pelajaran secara kritis dan selektif terhadap sejarah kebaikan dan pelakunya. Hal itu seperti yang disebutkan dalam surat al-An’am ayat 90
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْعَالَمِينَ
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)”. Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat. (QS al-An’am: 90).
Adapun terkait potret sejarah yang buruk dan destruktif, surat al-Hasyr ayat 2 mengharuskan kita mengambil ibrah.
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Pesan Isra’ Rasulullah saw dari Masjidil Haram, Mekkah al-Mukarramah, ke Masjidil Aqsa Palestina yang Allah berkahi di antaranya adalah mengakses keteladanan di masa lalu serta praktik hidup manusia di masa kini. Yaitu meneladani prestasi akhlak dan hidup, sekaligus mengkritisi potret buruk secara berkeadaban supaya kerugian mereka tidak terulang.
Di antara potret yang baik adalah keberadaan sosok altruis yang peduli dengan sesama, gemar bersedekah wajib dan sunnah serta berivestasi yang berkelanjutan (sedekah jariyah berupa wakaf). Ditampilkan sejumlah orang yang baru saja menyemai benih padi saat sudah siap panen. Dari belakang menyusuk padi menguning yang siap untuk diketam. Begitu terus berulang.
Namun dari arah lain, dipertunjukkan orang yang tersiksa dengan perutnya yang membesar tapi terus tanpa pernah henti menyantap makanan. Jibril berkata, “Itulah gambaran pemakan harta haram.” Ia ketagihan seperti penimum alkohol atau pengonsumsi narkoba. Itulah hasil manipulasi dan korupsi. Bahkan tak peduli meski bansos untuk fakir miskin.
Pelajaran lainnya adalah banyak melakukan perjalanan sight seeing dengan meninjau negeri bangsa-bangsa dunia, guna melihat nasib situs-situs pemimpin bangsa yang lalim dan bejat. Alquran memerintahkan,
قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُ كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ
Katakanlah, “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS ar-Rum: 42).
Itulah persepektif Isra membuat kehidupan dunia menjadi terang dengan mengetahui apa yang harus dan tidak boleh diucapkan, dimakan, dan dilakukan.
Sedang untuk meniti tangga derajat insaniyah, dari titik nadir manusia syaitani (penggoda) dan hayawani (pelacur nafsu) menuju taraf manusiawi, dimulai dari kesadaran diri sebagai sosok insan sejati yang merupakan makhluk ilahi. Ia memuja dan terus mendekat kepada-Nya sampai Allah mencintainya. Maka, mulutnya terjaga saat bicara. Tangannya juga terjaga saat berbuat sesuatu dengan memilih yang bermanfaat untuk sesama. Kakinya pun terjaga dengan melangkah ke tempat dan acara yang baik.
Adapun aktivitas Mi’raj disimpulkan dengan shalat fardhu dan sunnah. Sebagaimana disebutkan,
الصَّلاَةُ مِعْرَاجُ الْمُؤْمِنِيْنَ
“ Shalat itu adalah mikraj bagi orang–orang yang beriman.”
Standar kualitas shalat adalah lama berdiri membaca ayat-ayat Alquran serta lamanya sujud meletakkan muka, organ yang paling terhormat, di posisi landasan paling bawah. Mi’raj mengisi karakter manusia dengan sifat-sifat dan akhlak Allah yang agung dan luhur seraya memohon ampunan dan rahmat-Nya.
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Memperbanyak sujud membentuk karakter tawadhu, membentuk karakter muslim rabbani: santun rendah hati. Rasul saw bersabda,
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
Tidaklah seseorang merendahkan diri di (hadapan) Allāh kecuali Dia akan meninggikan (derajat) nya. (HR Muslim).
Allah menegaskan dalam surat al-Hajj ayat 20 bahwa siapa yang Dia muliakan tidak ada yang bisa merendahkannya. Sebaliknya siapa yang Dia rendahkan, tidak ada yang bisa memuliakannya. Allah juga befirman,
وَلِلّٰهِ العِزَّةُ وَلِرَسُولِه وَلِلمُؤمِنِينَ
Kemuliaan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin (QS al-Munafiqun: 8).
Marilah kita lebih semangat dan semarak dalam berisra mi’raj. Berisra mi’raj tidak hanya sekedar seremonial. Tapi lebih dari itu, ia merupakan luapan spiritual dan aktualisasi moral untuk menyusun batu bata peradaban Islam. Ia tegak kokoh di atas bumi menembus berlapis langit hingga ke Sidratul Muntaha.
Pada tasyahhud akhir dari mi’rajul mukmin (shalat), terekam dialog yang sangat indah. Dimulai dengan salam penghormatan kepada Allah Swt, “At-taḥiyyât al-mubârakât aṣ-ṣalawât aṭ-ṭayyibât lillâh (seluruh kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah sepenuhnya milik Allah)”. Allah langsung menjawabnya dengan salam untuk Nabi saw, “As-salâm ‘alaika ayyuhâ an-nabiyyu wa raḥmatullâh wa barkâtuh (kesejahteraan, kasih-sayang, dan keberkahan Allah untukmu, wahai Nabi)”. Lalu dilanjutkan dengan salam untuk umat berikut seluruh hamba yang saleh, “As-salâm ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâh aṣ-ṣâliḥîn (kesejahteraan atas kami dan hamba-hamba Allah yang saleh)”. Salam itupun selanjutnya disertai dengan kesaksian yang kokoh dan mantap, “Asyhadu an lâ ilâha illallâh wa asyhadu anna muḥamadar asûlullâh (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”. Setelahnya terdapat salawat dan doa ma’tsur yang diajarkan oleh Nabi saw. Terakhir ditutup dengan salam berhias keselamatan, rahmat dan keberkahan dari-Nya.
Dengan mi’raj yang sesuai tuntunan, buah dan hasilnya pasti akan didapat sebagaimana firman Allah Swt
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS al-Ankabut: 45)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً،
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر