Penunjuk Khutbah Juma’t 1444 H (Seri 131)
Tema : Hal-hal Yang Banyak Dilupakan
Penulis : KH. Dr.Surahman Hidayat, MA
إنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفرهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنُعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّه فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِي لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَحَبِيْبِ رَبِّ العالمَيْنَ إمامِ المتقين وقَائدِ الغُرِّ المُحَجَّلِينَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وأنصاره وأحْبَابِه وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّا بَعْدُ».
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
KHUTBAH I
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah atas limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga. Terutama, nikmat iman dan Islam yang menjadi modal selamat bahagia. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, teladan umat manusia, Nabi Muhammad saw berikut keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya hingga akhir zaman.
Bulan Jumadil Akhir sebentar lagi akan berakhir. Selanjutnya kita akan berjumpa dengan Sya’ban lalu Rajab dan kemudian Ramadhan. Termasuk dari kebiasaan Rasulullah saw adalah memuliakan bulan Sya’ban dengan banyak berpuasa sunnah. Bahkan hampir selama satu bulan penuh di Bulan Sya’ban Nabi saw berpuasa. Sampai-sampai salah seorang sahabat bertanya tentang hal itu. Rasulullah saw menjawab,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسَ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَ رَمَضَانَ
“Sya’ban adalah bulan yang sering dilupakan oleh manusia di antara Rajab dan Ramadhan” (HR An-Nasa’I)
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Sungguh mulia bagaimana Rasulullah saw menghidupkan Sya’ban. Saat ini banyak dari kita yang justru lupa akan hal tersebut. Padahal Allah SWT dalam Alqur’an menjelaskan dampak dari melupakan salah satu syariat-Nya. Yaitu ia akan termasuk orang yang fasik.
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS al-Hasyr: 19)
Hal yang banyak dilupakan manusia adalah dua kalimat yang ringan di lisan namun berat dalam timbangan amal.
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
“Dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan mizan, dan dicintai Allah Yang Maha Rahman; Subhanallah wa bihamdihi Subhanallahil ‘adziim” (HR Bukhari)
Dewasa kini, karena sangat ringannya amalan ini, banyak dari kita yang lupa untuk mengamalkannya. Padahal Rasulullah saw sudah jauh-jauh hari memberikan penjelasan tentang keutamaan dzikir tersebut.
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Amalan lain yang saat ini mulai banyak terlupakan oleh kebanyakan manusia adalah sikap rendah hati. Ialah tanda dari orang yang mudah meminta maaf, mudah memaafkan dan mudah berterima kasih. Dan ini termasuk hal yang paling berat. Dalam salah satu hadits Nabi saw dijelaskan bahwa seseorang yang senang memaafkan dan meminta maaf akan ditambahkan kedudukan ‘izzahnya oleh Allah swt.
مَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا
”Tidaklah seseorang memaafkan kecuali Allah akan menambahkan derajatnya” (HR Muslim)
Seseorang yang gemar memaafkan dan meminta maaf akan Allah tambahkan dan tinggikan derajatnya. Kita tahu, banyak orang yang tidak mudah dan tidak senang memaafkan. Bahkan memberi maaf pun bagi sebagian orang sangat sulit untuk dilakukan. Rasulullah saw dan para sahabat adalah orang yang paling mudah meminta maaf dan memaafkan. Banyak kisah yang menceritakan betapa tawadhunya Rasulullah saw dan para sahabat.
Dalam sirah nabawiyah disebutkan,
عَنْ أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ، رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ قَالَ: بَيْنَمَا هُوَ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ وَكَانَ فِيهِ مِزَاحٌ بَيْنَا يُضْحِكُهُمْ فَطَعَنَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خَاصِرَتِهِ بِعُودٍ فَقَالَ: أَصْبِرْنِي فَقَالَ: «اصْطَبِرْ» قَالَ: إِنَّ عَلَيْكَ قَمِيصًا وَلَيْسَ عَلَيَّ قَمِيصٌ، «فَرَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَمِيصِهِ، فَاحْتَضَنَهُ وَجَعَلَ يُقَبِّلُ كَشْحَهُ»، قَالَ إِنَّمَا أَرَدْتُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
Dari Usaid bin Hudhair ra yang merupakan seorang laki-laki dari Anshar disebutkan bahwa ketika dia (Usaid bin Hudhair) sedang berbicara dengan kaumnya dan di dalamnya ada canda yang membuat mereka tertawa. Lalu Nabi ﷺ memukul pinggangnya dengan sebatang kayu. Maka dia (Usaid bin Hudhair) berkata, ‘Beri saya kesempatan untuk qishash (membalas setimpal).” Beliau ﷺ bersabda, “Silakan membalas.” Dia berkata, “Engkau memakai baju, sedangkan saya (ketika Engkau pukul) tidak memakai baju.” Maka Rasulullah ﷺ mengangkat bajunya. Maka dia (Usaid bin Hudair) langsung memeluknya dan mencium pinggangnya. Lalu dia berkata, ‘Inilah yang aku inginkan, wahai Rasulullah.” (HR Abu Daud, a-Thabrani, dan al-Hakim).
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Betapa Rasulullah saw sangat istimewa. Akhlak dan sifat beliau sangat patut kita teladani. Beliau saw tidak sungkan untuk meminta maaf dan sangat mudah memaafkan. Banyak manusia saat ini sungguh sangat sulit melakukan hal tersebut. Kita banyak meremehkan hal-hal kecil yang padahal di sisi Allah swt bisa bernilai sangat besar. Termasuk salah satu sifat Allah SWT adalah Syakuur dan Halim.
Dengan demikian sudah menjadi kewajiban bagi kita semua untuk bisa senantiasa melakukan hal-hal kebaikan yang sudah mulai banyak ditinggalkan oleh yang lain. Bagaimana kita bisa mendapatkan predikat ketakwaan jika masih banyak mengerjakan amal-amal kebaikan dengan tidak baik. Mari sama-sama kita berusaha untuk lebih mudah bersyukur kepada Allah swt dan memohon taufiq serta ridho-Nya agar langkah kita dalam mengerjakan amal kebaikan selalu dimudahkan. Mari kita tidak meninggalkan hal-hal yang banyak dilupakan Sebagian besar orang.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وشَمَاتة الأعْداَء وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً،
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر