Pointer Khutbah Juma’t 1443 H (Seri 67)
Tema : Dimana Anda Saat Simbol Islam Diserang?
Penulis : KH. Dr Surahman Hidayat, MA.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الَّذِي أعَزَّناَ باِلإسْلاَم . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَاوات وَالْأَرْض وَرَبُّ جَمِيعِ الأَناَم . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِى إلَى النُّور بَعْدَ الظَّلاَم . فَالَّلهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ وَلَدِ آدَمَ وَسَيِّد الْخَلْقِ أَجْمَعِينَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ اتَّبَعَ هُدَاهُم بِإِحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّينِ . أَمَّا بَعْدُ فَأُوصِيْكُم بِتَقْوَى اللَّهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إلَّا وَأَنْتُمْ مُؤْمِنُون .
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Belakangan ini, kerap terjadi tindak kekerasan terhadap simbol-simbol Islam. Baik secara fisik maupun non fisik. Serangan fisik terhadap beberapa ulama. Kita mendengar kabar di berita penyerangan terhadap beberapa alim ulama kita di Indonesia. Di Bandung salah seorang ustadz wafat setelah diserang oleh oknum tidak dikenal. Kemudian di daerah Tangerang juga terjadi penembakan menggunakan senjata api kepada seorang ustadz. Yang paling terkini adalah penyerangan terhadap ustadz di Batam dan pelaku berhasil diamankan oleh jamaah. Kemudian si pelaku mengatakan dengan jelas bahwa dirinya adalah komunis. Juga perusakan masjid pun kerap kita dengar beritanya.
Ulama merupakan simbol Islam. Sebab tegaknya agama Islam dengan Iman dan Ilmu. Allah memuliakan seseorang itu dengan dua faktor, dengan Iman dan Ilmu. Sebagaimana firman Allah,
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat” (QS Al-Mujadalah : 11).
Iman juga berbasiskan Ilmu.
فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah” (QS Muhammad : 9)
Dalam hadits dijelaskan bahwa agama akan menjadi lemah dengan wafatnya para ulama.
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
“Sesungguhnya Allah Swt tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR Bukhari)
Kaum muslimin rahimakumullah,
Selanjutnya juga terjadi serangan secara moral dan karakter dengan stigmatisasi kepada Islam. Mereka yang berusaha menjalankan ajaran agamanya dengan baik disebut dengan istilah intoleran, radikal, dan bahkan teroris. Secara terang-terangan dilakukan pembunuhan karakter. Kita bisa sama-sama melihat apa yang terjadi kepada para habaib dan ulama yang vokal menyuarakan kebenaran.
Simbol Islam lain yang juga diserang adalah bahasa Arab. Saat ini kita menemukan seolah-olah masyarakat digiring untuk anti terhadap Arab dan bahasa Arab. Sayangnya, yang demikian itu diprakarsai dan dikomandani oleh orang yang menyebut dirinya sebagai ulama. Padahal disebutkan dalam satu riwayat,
أَحِبُّوْا العَرَبَ لِثَلاَثِ، فَإِنِّي عَرَبِيّ وَ القُرْآنُ عَرَبِيّ وَ لُغَةُ أَهْلِ الجَنَّةِ فِيْ الجَنَّةِ عَرَبِيَّةٌ
“Cintailah bangsa Arab karena tiga hal; karena aku berasal dari bangsa Arab, Al-Quran berbahasa Arab, dan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab.” (HR Ibnu Manzhur).
Dalil lain yang memperkuat alasan kenapa kita perlu untuk mempelajari bahasa Arab adalah sebuah Atsar dari Umar bin Khattab radiyallahu ‘anhu;
تَعَلَّمُوْا العَرَبِيَّةَ فَأِنَّهَا مِنْ دِيْنِكُمْ
“Pelajarilah oleh kalian bahasa Arab karena sesungguhnya ia adalah bagian dari agama kalian”
Para Ulama sepakat bahwa hukum untuk mempelajarinya adalah wajib. Yakni antara fardu ain dan fardu kifayah. Misalkan bacaan shalat itu hukumnya fardu ain. Setiap orang wajib mempelajari dan mengamalkannya dengan menggunakan bahasa Arab. Tidak boleh selain dengan bahasa Arab karena pasti akan menyalahi ajaran Islam dan menjadi sebuah kesesatan.
Belakangan ini kita dengar ada seorang pengamat yang menyatakan bahwa mempelajari bahasa Arab adalah sebuah indikasi ke arah radikal. Padahal bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Kita tidak bisa berislam secara kaffah tanpa mengerti bahasa Arab. Faktanya para ulama besar tanah air yang berjasa kebanyakan adalah alumni dari negara-negara arab. Pendiri Muhammadiyah, pendiri Nahdhatul Ulama, dan lainnya. Jadi tidak bisa seseorang memimpin agama tanpa paham dengan benar bahasa Arab.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Dalam fiqih terdapat sebuah kaidah yaitu,
مَا لاَ يَتِمُّ الوَاجِبْ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِب
“Perkara yang menjadi penyempurna sebuah perkara wajib, maka ia juga hukumnya wajib.”
Dan dari kaidah di atas posisi dapat dipahami posisi bahasa Arab yang sebenarnya. Orang tidak bisa mendapatkan rahmat dan syafaat Rasulullah SAW kalau tidak pernah membaca shalawat. Semakin banyak kita membaca shalawat Insya Allah semakin besar kemungkinan kita mendapat rahmat. Shalawat dan banyak amalan lain seperti salam tentu menggunakan bahasa Arab.
أَيُّهَا النَّاسَ: أَفْشُوْا السَّلاَمَ وَ أَطْعِمُوْا الطَّعَامَ وَ صِلُوا الأَرْحَامَ وَ صَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَ النَّاسُ نِيَام تَدْخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلاَمِ
“Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan kepada sesama kalian, jalinlah silaturahim, dan shalatlah di waktu malam ketika manusia sedang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat” (HR At-Tirmidzi)
Maka penggunaan bahasa Arab adalah suatu hal yang niscaya; bukan malah disebut radikal atau semacamnya. Sebaliknya, ia merupakan sebuah kepatuhan dalam beragama. Untuk keperluan kualitas dan standar keagamaan di dunia tentu perlu bahasa Arab. Dan apabila seseorang ingin menjadi orang yang alim pun tidak boleh lepas dari bahasa Arab. Adalah sebuah kesalahan dengan menstigma simbol Islam seperti para nabi dan rasul, ulama, serta bahasa arab sebagai sebuah indikator hal yang buruk.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Kemudian bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi hal demikian? Al-Quran telah menjelaskan,
لِّتُؤْمِنُوا بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, dan membesarkan-Nya. Serta bertasbih kepada-Nya pada waktu pagi dan petang” (QS Al-Fath : 9).
Sudah seharusnya orang-orang yeng beriman itu mengagungkan, memuliakan, dan bahkan membela agama Islam. Maka orang yang mencela semacam itu berarti tidak selaras dengan perintah Alqur’an. Dua pilihan bagi orang Islam, memuliakan atau membela Islam. Jika belum mampu membela, tidak boleh merendahkan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ تِلاَوَتَه فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِين إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. واسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِق وَالْبَشَر . فَاللّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِك عَلَى النَّبِىّ الْمُخْتَار وَعَلَى آلِهِ الْأَطْهَار وَأَصْحَابِه الْأَغْيَار . أَمَّا بَعْدُ فَأُوصِيْكُم وَإيَّاي بِتَقْوَى اللَّهِ فِى اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ . وَفِى الْعَلَن وَالْإِسْرَار . وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ فَصَلُّوا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا كَثِيرًا .
اَللَّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ . الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ .
وَاَللَّهُمّ سَلَّمْنَا وَالْمُسْلِمِينَ مِنْ آفَاتِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ . وَجَنِّبْناَ وَإِيَّاهُم مِنْ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ . مِن بَلَدِنَا هَذَا وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ .
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَآخَر دَعْوَانَا أَن الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ