Berhati-hati dan Menjaga Rahasia

Pointer Khutbah Juma’t 1442 H (Seri 53)

Tema : Berhati-hati dan Menjaga Rahasia

Penulis : H. Hafidh Idris, BA

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الَّذِي نَصَرَ دِينَهُ بِيَدِه وبِأيْدِى الْمُؤْمِنِين . أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَاوات وَالْأَرْض وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِى إلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ . فَالَّلهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ وَلَدِ آدَمَ وَسَيِّد الْخَلْقِ أَجْمَعِينَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ اتَّبَعَ هُدَاهُم بِإِحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّينِ . أَمَّا بَعْدُ فَأُوصِيْكُم بِتَقْوَى اللَّهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إلَّا وَأَنْتُمْ مُؤْمِنُون

Hadirin jamaah jumat yang dirahmati Allah.

Sungguh Mahabaik Allah Swt yang menjadikan ilmu sebagai amalan dengan marwah kemuliaan. Betapa istimewanya ilmu yang jika disertai dengan keimanan yang tulus, pemiliknya akan ditinggikan beberapa derajat. Sebuah jaminan pasti dari Zat Yang Maha Mengetahui. Sebagaimana firman-Nya,

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ  وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan” (QS Al-mujadalah : 11)

Allah mengangkat derajat hamba-Nya yang beriman dan berilmu. Dalam Islam, kedudukan ilmu sangat diperhatikan. Islam memandang bahwa tanpa ilmu kehidupan manusia akan menjadi gelap gulita. Sebab ilmu itu adalah cahaya.  Bagaimana seorang hamba mampu mengenal Rabnya tanpa ilmu. Bagaimana pula seorang hamba melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Rab-nya tanpa mampu memahami dan tanpa ilmu pengetahuan yang sudah semestinya ia miliki.

Orang yang berilmu akan senantiasa menjaga dirinya dekat dengan Allah. Ilmu membuahkan akhlak yang baik. Dua hal akan nampak pada diri orang yang berilmu dengan benar:

Pertama  melahirkan rasa takut kepada Allah Swt. Rasa takut yang membuahkan ketaatan serta ketenangan pada ridha Allah Swt. Firman Allah dalam Alquran,

   إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰؤُا

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba Nya, hanyalah yang berilmu” (QS Fatir: 28)

Ilmu-ilmu yang diwariskan para nabi merupakan tuntunan dan bekal hidup di dunia untuk sampai dengan selamat menikmati hidup di akhirat.

Kedua adalah rasa hati-hati dan waspada. Ilmu akan membuat pemiliknya selalu waspada dan berhati-hati dalam semua aspek. Kehati-hatian menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidupnya. Bukti nyata dari firman Allah Ta’ala:

فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri” (QS at-Taubah : 122)

Seorang yang berilmu akan waspada dalam melihat situasi. Termasuk dari sifat kewaspadaan adalah apa yang sudah disampaikan oleh baginda Nabi saw yaitu al-kitman (menjaga atau merahasiakan). Nabi Muhammad saw bersabda:

إِسْتَعِيْنُوْا عَلَى قَضَاءِ حَوَائِجِكُمْ بِالكِتْمَانِ (رواه الطبراني)

Berusahalah mencapai kepentingan kalian dengan cara menyembunyikannya (HR Imam ath-Thabrani)

Tentu saja kitman yang dimaksud oleh Nabi saw adalah kitman yang proporsional; merahasiakan sesuatu secara tepat dalam koridor kebaikan. Bukan kitman dalam pengertian negatif seperti dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab dan tidak memberikan manfaat pada bangsa dan umat. Jangankan manfaat, keberpihakkan pun rasanya hampir tidak terasa.  Apa yang seharusnya bisa mendatangkan manfaat secara sepihak diubah dan diganti. Atau dibungkam dengan kerahasiaan yang terstruktur. Dari rancangan perundangan hingga percobaan perubahan pedoman bangsa. Semua itu termasuk hal-hal yang ditolak oleh rakyat.

Oleh karena itu, kaum muslimin, umat Alquran dan umat Nabi Muhammad saw mempunyai keniscayaan untuk mengembangkan sikap waspada dan hati-hati. Kewaspadaan nasional sebagai umat. Alquran tidak melewatkan untuk memberikan pesan yang penting tersebut. Setidaknya ada lima tempat di dalam Alquran yang memerintahkan kewaspadaan:

Pertama, perintah mewaspadai diri sendiri.

Allah befirman,

وَٱعْلَمُوا أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِى أَنفُسِكُمْ فَٱحْذَرُوهُ

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati kalian, maka berhati-hatilah!” (QS Al-baqarah : 235)

Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hatimu, baik yang bersifat positif maupun negatif. Maka waspadai apa-apa saja yang negatif tersebut! Godaan-godaan syahwat dan lain sebagainya yang pasti akan menggoda setiap orang.

Kedua, perintah mewaspadai orang terdekat.

Allah berfirman,

إِنَّ مِنْ أَزْوَٰجِكُمْ وَأَوْلَٰدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَٱحْذَرُوهُمْ

“Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka” (QS at-Taghabun : 14)

Di antara istri dan anakmu, di antara keluargamu ada yang bukan pendukung perjuanganmu. Akan tetapi menjadi aduwwan, menjadi musuhmu. Maka berhati-hatilah. Jadi dalam pembinaan keluarga terdapat unsur hadzar.

Ketiga, perintah berhati-hati dari berbuat maksiat.

فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Hendaknya orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya berhati-hati karena akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”  (QS an-Nur: 63)

Hendaklah takut dan berhati-hati orang-orang yang melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah. Sebab kelak akan mendapat ujian yang berat, atau bahkan bisa mendapat azab yang pedih.

Keempat, perintah berhati-hati terhadap musuh yang bernama setan.

 

إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا

“Setan adalah musuh bagi kalian. Maka, jadikan ia sebagai musuh!” (QS Fathir: 6)

Syaithan memposisikan diri mereka sebagai sebagai musuh. Tentu musuh itu untuk diwaspadai.

Kelima, perintah berhati-hati dalam menghadapi kaum munafik.

Termasuk di dalamnya adalah orang-orang Islamofobia. Mereka cenderung berperilaku munafik. Bahkan mereka sekarang menunjukkan ketidaksukaan  secara terang-terangan.

هُمُ ٱلْعَدُوُّ فَٱحْذَرْهُمْ

“Mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka berhati-hatilah terhadap mereka” (QS Al-munafiqun: 4)

Demikianlah lima poin yang dapat sama-sama kita amalkan sebagai bentuk kewaspadaan dan kehati-hatian sebagai nilai dari ilmu yang benar. Sebagaimana hal itu juga disampaikan oleh baginda nabi Muhammad. Maka, sebagai seorang muslim, kita dituntut bisa melaksanakannya dengan proporsional; bukan malah dijadikan senjata  oleh orang lain untuk maksud yang tidak benar. Kebanyakan kita masih terbuai  dengan euforia yang ada disekitar kita. Sampai kita terlena dan kita tidak sadar. Semoga kita mampu menjadi hamba-hambanya yang memiliki rasa takut kepada Allah dan memiliki kewaspadaan.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah Kedua

إنَّ الحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

وَاعْلَمُوا أنَّ الله صَلَّى على نَبِيِّه قَدِيمًا فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

‎ وَاَللَّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ . الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ . وَاَللَّهُمّ سَلَّمْنَا وَالْمُسْلِمِينَ مِنْ آفَاتِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ . وَجَنِّبْناَ وَإِيَّاهُم مِنْ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ . مِن بَلَدِنَا هَذَا وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ .

رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَآخَر دَعْوَانَا أَن الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .

Unduh File PDF