Pointer Khutbah Juma’t 1441 H (Seri 28)
Tema : Akidah Toleransi
Penulis : KH. Dr. Surahman Hidayat, MA.
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ للهِ الْقَائِل فِي كِتَابِهِ وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْ اِنَّا اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًا
أشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ إلاَّ الله جَلَّ وَعلاَ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه الرَّحْمَة لِلْبَرَايَا الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى هذا النَّبِيِّ الْخَاتِم وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأتْبَاعِهِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الدَّوَام
أمَّا بَعْدُ فَيَا أيُّهَا الْمُسْلِمُونَ وَطِّنُوا إيْمَانَكُم بِامْتِثَالِ قَوْلِ النَّبِي الْكَرِيْم ” الْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاس وَالْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِه وَيَدِه
Jamaah Jumat rahimakumullah.
Setiap tahun di pekan akhir Desember umat Islam mendapat kesempatan untuk menunjukkan kepada manusia keagungan ajaran Islam dalam harmoni beragama. Harmoni internal sesama muslim dan harmoni eksternal hidup rukun bersama komunitas dan umat non muslim di masyarakat yang ber-bhinneka.
Secara internal umat muslim bersaudara di mana satu dengan yang lain saling membela. Mereka satu tangan terhadap kalangan eksternal jika mengganggu. Adapun harmoni eksternal sama sekali bukan hal baru. Ia sudah dirasakan sejak Islam didakwahkan pada masa awal di Jazirah Arab, khususnya di Mekkah dan di Madinah. Takdir dakwah Islam di Madinah harus berinteraksi dengan multi keyakinan. Ada tiga golongan Yahudi yang sulit bersatu tapi sama-sama mengganggu. Ada pula kalangan nashara. Serta tentunya unsur musyrikin atau paganis.
Umat Islam senantiasa siap untuk hidup bermasyarakat. Dalam Islam terdapat prinsip bertoleransi yang menjadi pegangan umat Rasulullah dan disosialisasikan kepada umat lain. Ia merupakan akidah yang tertancap di dada serta otomatis menjadi syariah dan ahlak yang dipraktekkan. Sebab sejumlah prinsipnya ditetapkan dalam Alquran. Pertama, surah al-kafirun yang turun di Mekkah. Lalu dua ayat madaniyah yaitu ayat 18 dan 19 dari surat Ali Imran. Prinsip-prinsip ini sifatnya pasti dan final. Mari kita pahami meski secara global (ijmali).
Surat al-kafirun adalah perintah Allah kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang mengikat setiap pengikut beliau. Dengan kalimat قل (katakan) menegaskan beberapa prinsip:
Pertama secara de jure, akidah penganut agama di luar Islam diposisikan sebagai komunitas yang eksis sebagai kaum kafir. Secara akidah dan syariah mereka tertolak karena mengingkari dan menolak syahadatain. Itu disebabkan oleh kekufuran (ketertutupan) kalbu mereka.
Kedua, pernyataan tidak merintangi (musalamah) mereka untuk eksis sebagai entitas Iman dan agama serta pembolehan (musamahah) kepada mereka untuk mengekspresikan simbol simbol keimanan mereka dalam menjalankan peribadatan atau ritual.
Adapun ayat 18 dan 19 surat Ali Imran merupakan akidah itsbat (penetapan) bahwa hanya Dinul Islam yang sah dan diterima dengan ridha oleh Allah Swt. Prinsip akidah toleransi tersebut merupakan konklusi yang logis sistematis dari kesaksian berlapis yang otoritatif absolut. Yaitu kesaksian tertinggi dari Allah, kesaksian malaikat, lalu dikomunikasikan dengan kesaksian para ulama dan saintis. Alquran menegaskan,
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ إنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ
“Allah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu bersaksi demikian. Tak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali Imran: 18-19)
Sebagai agama dakwah, simpul-simpul akidah tersebut diserahkan kepada umat lain, tidak dipaksakan dalam bentuk apapun. Sebab orang yang tercerahkan akan mendapatkan ar-rusyd (kecerdasan) yang mampu mengkritisi sesaat nalar dan fikir syirik (politeis terlebih ateis).
Prinsip toleransi Qurani tersebut mengharuskan adanya konsistensi antara ucap, sikap, dan perbuatan. Seorang mukmin dengan posisi tegak lurus tidak bergeser setapak pun mempersaksikan bahwa Islam dan tauhid adalah pilihan yang cerdas dan haq. Karena itu, seorang muslim tidak mau ikut atau ikut-ikutan dalam hal yang bernuansa teologis dan simbolis merupakan syiar syirik mereka. Baik berupa simbol Yahudi seperti bintang David maupun syiar Nasrani berupa salib, kebaktian, doa, dan nyanyi pujian pada even selebrasi hari Natal 25 Desember, yang diyakini menjadi hari kelahiran Yesus Kristus. Yaitu sebagai anak Tuhan dan juru selamat yang menebus dosa manusia di tiang salib. Itu merupakan kreasi syiar mereka, sama sekali bukan syiar Allah. Demikian dinyatakan oleh Alquran sebagai kontra (versus) ketakwaan. Termasuk di dalamnya menyampaikan tahniah mubarakah (ucapan selamat) yang bernuansa imani dan ritual ibadah kebaktian di luar kerangka tauhid dan syiar-syiar Ilahi. Allah berfirman,
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS al-Hajj: 32)
Oleh karena itu, aktivitas bernuansa mengagungkan syiar-syiar yang bertentangan dengan memuliakan agama Allah berarti berada di luar konteks ketakwaan hati (taqwal qulub). Mari kita hindari demi merawat ketakwaan kita dan anak cucu. Ingat kita adalah umat yang satu sebagai entitas ibadah dan takwa sesuai Firman Allah,
إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَأَنَارَبُّكُمْ فَٱعْبُدُونِ
وَإِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَٱتَّقُونِ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الأحَد الْفَرْدِ الصَّمَد لَمْ يَلِد وَلَمْ يُولَد وَلَمْ يَكُن لَهُ كُفُوًا أحَد
أشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ الله رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْمَجِيْد وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه قُدْوَةَ الْخَلْقِ فِي مُعَامَلَةِ الْعِبَادِ الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى نَبِيِّ الْمَرْحَمَة وَالسَّمَاحَة وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأتْبَاعِهِ بِالصِّدْقِ وَالاسْتِقَامَة أمَّا بَعْدُ فَيَا أيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اتَّقُوا الله فِي شَعَائِرِه فَلاَ تُعَظِّمُوا سِوَاهَا
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اللّهُمَّ سَلِّمْنَا وَالْمُسْلِمِينَ وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِينَ وَاكْفِنَا وَإيَّاهُم مِنْ جَمِيعِ شَرِّ مَصَائِبَ الدُّنياَ وَالدِّين مِنَ الْفِتَن مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
والحمد لله رب العالمين