Oleh: KH. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,”
(QS. Al-Ahzab: 70)
• Ayat ini memerintahkan orang-orang beriman agar dalam berbicara atau berkomunikasi menggunakan diksi yang akurat. Kata قَوْلًا سَدِيدًا bisa diartikan dengan “diksi yang tepat dan akurat”.
• Kesalahan memilih diksi bisa berakibat fatal. Dalam berbicara tidak cukup hanya bermodal niat baik tetapi harus juga bisa memilih diksi yang tepat dan akurat.
• Syarat utama dan pertama untuk bisa memilih diksi yang tepat dan akurat adalah takwa kepada Allah. Karena itu ayat ini memerintahkan takwa kepada Allah sebelum memerintahkan memilih diksi yang akurat.
• Orang yang bertakwa kepada Allah pasti berusaha memilih diksi yang tepat dan akurat dalam berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain, apalagi dengan publik yang beragam. Karena orang yang bertakwa pasti menyadari bahwa ucapannya pasti harus dipertanggungjawabkan di dunia dan di akhirat. Ia selalu menyadari bahwa ucapannya pasti dicatat oleh malaikat sekalipun mungkin tidak dicatat manusia. Firman Allah:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”
(QS. Qaf: 18)
• Kesadaran tentang hal ini membuat orang beriman harus selalu berhati-hati dalam memilih diksi ketika berbicara kepada siapa pun dan dalam forum apa pun. Karena pengawasan dan catatan malaikat lebih detil dari pengawasan dan catatan manusia, bahkan bisa mendeteksi maksud yang tersembunyi di dalam hati sehingga tidak berlaku bagi malaikat alasan “saya tidak bermaksud menghina”, bila memang ada maksud menghina di dalam ucapannya.
• Hal lain yamg bisa menunjang kesadaran berhati-hati dalam berbicara adalah mengetahui audiens atau kominikan yang dihadapi. Semakin beragam audiens dan komunikan yang dihadapi semakin diperlukan akurasi dalam memilih dan menjaga diksi. Semakin sensitif tema yang dibahas semakin diperlukan pilihan diksi yang pas.
• Ada banyak contoh di dalam al-Quran tentang akurasi memilih diksi. Sebagai kitab suci yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, al-Quran juga membahas masalah hubungan seksual antara suami dan istri. Tetapi pilihan diksinya sangat tepat dan akurat sehingga tidak menimbulkan kesan pornografi sama sekali. Firma Allah:
نِسَآ ؤُكُمْ حَرْثٌ لَّـكُمْ ۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوْا لِاَ نْفُسِكُمْ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ وَا عْلَمُوْۤا اَنَّکُمْ مُّلٰقُوْهُ ۗ وَ بَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.”
(QS. Al-Baqarah: 223)
• Bahkan para ulama menyebutkan, diantara mukjizat al-Quran terletak pada pilihan diksi dan huruf yang digunakannya sehingga tidak ada kesalahan sedikit pun dalam memilih huruf atau diksi. Belajarlah memilih diksi dari al-Quran. Bertakwalah kepada Allah pasti al-Quran menjadi kitab yang mudah diakses dan difahami karena al-Quran adalah petunjuk bagi mereka yang bertakwa.