👤 Oleh : Ustadz Abdullah Haidir, Lc.
Ulama penting mengingatkan masyarakat agar taat kepada pemimpin selama tidak diperintah maksiat, tapi yang tak kalah pentingnya adalah ingatkan pemimpin agar tidak maksiat dengan menzalimi rakyatnya…
Mari kita kenang seorang ulama besar yang tak gentar peringatkan pemimpin yang zalim, sehingga dia dijuluki Sulthanul Ulama; Al-Izz bin Abdussalam rahimahullah…
1. Dia adalah Al-Izz bin Abdussalam, hidup di abad ke 6 berasal Damaskus.
2. Beliau hidup dari keluarga miskin, namun rajin menuntut ilmu, sehingga menjadi ulama besar dalam mazhab Syafii.
3. Di antara muridnya yang terkenal adalah Ibnu Daqiq Al-Iid yang terkenal dengan syarahnya terhadap kitab Arbain An-Nawawiyah..
4. Selain ilmunya yang luas dan dalam, beliau sangat terkenal dengan kewibaannya sebagai ulama dan tak gentar menentang kezaliman penguasa…
5. Sirah tentang beliau biasanya tidak akan meninggalkan sikapnya yang sangat berani menyampaikan alhaq, khususnya di depan penguasa.
6. Ketika Shalih Ayyubi berkuasa di Damaskus, dia hendak berkoalisi dengan pasukan salib untuk memerangi saudaranya Najmudin Ayubi di Mesir
7. Koalisi Shalih Ayyubi dengan kaum salibis ini kompensasinya adalah kaum Salib mendapat dua kota di Damaskus dan berhak membeli senjata dari sana
8. Al-Izz langsung menentang keras rencana tersebut, dia langsung sampaikan di atas mimbar dengan mengatakan bahwa kedua kota tersebut bukan milik Shalih…
9. Dia juga mengharamkan kaum salib membeli senjata dari kaum muslimin, apalagi diketahui bahwa senjata itu untuk menyerang kaum muslimin..
10. Maka Shaleh memecatnya dari jabatan qadhi, melarangnya khutbah di mimbar-mimbar serta memenjarakannya….
11. Karena situasi yang tidak nyaman di Damaskus, akhirnya Al-Izz pindah ke negeri Mesir.
12. Setelah beberapa lama tinggal di Mesir, Al-Izz mendapatkan kenyataan bahwa banyak jabatan penting di Negara tersebut dipegang oleh para budak..
13. Para budak tersebut dibeli penguasa sebelumnya, Najmuddin dan belum dimerdekakan. Maka Al-Izz simpulkan bahwa negara dibawah pemerntahan para budak
14. Sedangkan dalam syariat, para budak tidak boleh berkuasa atas orang merdeka. Maka keluarlah fatwa Al-Izz bahwa kekuasaan mereka tidak sah…
15. Mesir gempar, karena fatwa ini berlawanan dengan kepentingan para pejabat dan penguasa. Mereka datangi Al-Izz dan mendesak agar cabut fatwanya..
16. Desakan semakin kuat, tekanan semakin kencang. Al-Izz merasa bahwa fatwanya tidak dihiraukan.
17. Akhirnya Al-Izz memutuskan untuk mundur dari jabatan qadhi, karena dia tidak ingin menanggung beban pelanggaran tersebur di akhirat..
18. Lalu Al-Izz menaiki keledainya dan bersiap-siap meninggalkan Mesir. Apa yg terjadi?
19. Ribuan orang; para ulama, pedagan, laki-wanita, termasuk anak-anak berbaris di belakangnya ingin mengikutinya pergi dari Mesir….
20. Maka penguasa Mesir; Najmudin Ayyub segera mendatanginya, memohon keridhaannya… Al-Izz memberi syarat agar para pejabat itu dianggp sah
21. Para pejabat yang berasal dari kalangan budak itu dijual, lalu dimerdekakan, uang Baitul Mal yang digunakn untuk membeli mereka harus dikembalikan…
22. Syarat Al-Izz akhirnya diterima oleh Najmuddin, maka selesailah perkara tersebut dengan tetap menjaga kewibaan ulama….. sekian.