Oleh: KH. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc
وَجَآءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَا لَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَ
“Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.”
(QS. Ya-Sin: 20)
• Seorang laki-laki yang disebutkan dalam ayat ini, menurut para mufassir, bernama Habib an-Najjar (si tukang kayu).
• Singkat cerita: Allah mengutus dua orang Rasul ke kota Antakya (sebuah kota di Syria kuno atau sekarang menjadi bagian Turki) tetapi penduduk Antakya mendustakan keduanya. Kemudian Allah mendukung dakwah kedua Rasul tersebut dengan mengutus Rasul ketiga.
• Terjadi dialog berkali-kali antara penduduk Antakya dan ketiga Rasul Allah ini. Tetapi mereka semakin keras menolak dakwah dan semakin menyombongkan diri. Di sinilah Habib si tukang kayu ini mengambil peran dalam dakwah yang dikisahkan dalam surat Yasin ini:
1- Ia bersegera melibatkan diri dalam dakwah. Ia tidak mengatakan: Di kota ini sudah ada beberapa orang Rasul sehingga tidak memerlukan diriku. Tetapi ia tetap ikut aktif berdakwah. Bahkan ayat di atas menyebutnya dengan kata ” يسعي” untuk menggambarkan keaktivannya dalam dakwah.
• Ini seharusnya menjadi pelajaran bagi setiap muslim agar ikut aktif dalam dakwah sesuai kemampuannya. Dan tidak meninggalkan dakwah dengan alasan sudah ada para ulama dan dai yang melakukan dakwah. Sekiranya hal ini bisa menjadi alasan untuk tidak ikut aktif berdakwah pasti Habib si tukang kayu paling berhak memanfaatkan alasan tersebut. Tetapi si tukang kayu ini tidak melakukannya.
2- Habib ini berprofesi sebagai tukang kayu. Ia tentu tidak punya harta dan kedudukan. Sekalipun demikian, ia tetap berdakwah. Ia tidak mengatakan: Siapalah saya ini hingga ikut berdakwah? Karena itu, teladanilah sikap si tukang kayu ini. Apalagi jika Anda tukang insinyur, anggota dewan, pengacara, polisi, tentara, pengusaha, guru, dosen, pegawai negeri dan profesi lainnya yang mungkin lebih bergengsi?
3- Habib sibuk dengan pertukangannya dan bukan seorang terpelajar atau intelektual. Bahkan di kota Antakya sudah ada beberapa Rasul Allah. Sekalipun demikian ia tetap ikut aktif berdakwah. Ia tidak mencari-cari alasan untuk tidak aktif berdakwah.
4- Rumah si tukang kayu ini di ujung kota, sebagaimana disebutkan ayat di atas. Biasanya orang yang tinggal di pinggiran kota itu orang-orang miskin, karena tidak mampu membeli rumah di tengah kota. Tetapi kemiskinan dan rumahnya yang nun jauh di ujung kota itu tidak menghalanginya untuk tetap ikut aktif berdakwah.
5- Allah menyebutnya dengan ” رجل” dan tidak menyebutkan namanya, tetapi menyebutkan perbuatan dan aktivitasnya. Ini untuk menyampaikan pesan: Tidak penting siapa Anda, tetapi yang penting apa yang telah Anda perbuat untuk dakwah Islam?
6- Allah menyebut keaktivannya dengan kata “يسعي” bergegas, karena ia khawatir tidak bisa berpartisipasi dalam dakwah dan tidak mendapatkan pahalanya yang sangat besar. Karena kemalasan atau keterlambatan dalam partisipasi dakwah ini bisa menguatkan posisi para pengusung kebatilan. Karena itu, segeralah turun ke gelanggang dakwah agar situasi tidak semakin buruk hingga sulit diatasi.
7- Ia mengatakan, “Wahai kaumku!”, untuk mengajarkan bahwa seorang dai harus hidup bersama masyarakat, membimbing dan mendampingi mereka agar mereka tidak salah mengambil sikap dan menentukan pilihan.
8- “Ikutilah utusan-utusan itu”, ia mengajari masyarakat agar mengikuti orang yang berhak diikuti, agar masyarakat tidak tertipu oleh orang-orang yang tidak berhak diikuti. Ia juga tidak mengajak untuk kepentingan pribadinya. Ia hanya menjadi bagian kecil yang tidak tersebutkan namanya dalam amal jama’i.
9- Keterlibatan dan keaktivannya dalam dakwah mengatarkannya mendapat kehormatan mati syahid di jalan dakwah dan masuk surga (QS. Yasin: 26). Ini sekaligus memastikan bahwa dakwah merupakan jalan untuk mendapatkan surga.
10- Saking aktifnya dalam dakwah, obsesi dakwahnya pun terbawa ke alam barzakh hingga ia terfikir tentang dakwah di alam barzah seraya mengatakan:
ۗ قَا لَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَ
“Dia (laki-laki itu) berkata, Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,”
(QS. Ya-Sin: 26)
بِمَا غَفَرَلِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ
“apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan.”
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 27)
11- Semoga setelah membaca ayat ini kita semua termotivasi oleh si tukang kayu yang aktif berdakwah, lalu bangkit dan bergegas mengambil peran dalam dakwah yang mulia ini. Masing-masing sesuai kemampuannya.