Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan, SS
- Apakah Ini Termasuk Sunnah?
Ya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkannya, sebagaimana dalam hadits:
صُمْ أَفْضَلَ الصَّوْمِ صَوْمَ دَاوُدَ
Berpuasalah! Dan sebaik-baiknya puasa adalah puasa Daud. (HR. Bukhari no. 5052)
2. Bukankah ini syariat Nabi Daud ‘Alaihissalam? Apakah berlaku bagi kita juga?
Ya, syariat nabi atau umat terdahulu (syar’u man qablana), ada yang sudah dihapus oleh syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ada juga yang tidak dan tetap dihidupkan di syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Salah satu yang tetap ada dan tidak dihapus adalah puasa Nabi Daud ‘Alaihissalam.
Imam Abu Sulaiman Walid Al Baji, seorang tokoh madzhab Maliki, berkata:
ذَهَبَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَصْحَابنَا وَأَصْحَابِ أَبي حَنِيفَةَ وَأَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ إِلَى أَنَّ شَرِيعَةَ مَنْ قَبْلَنَا لاَزِمَةٌ لَنَا إِلاَّ مَا دَلَّ الدَّلِيلُ عَلَى نَسْخِهِ
Segolongan sahabat kami (Malikiyah), dan para sahabat Abu Hanifah (Hanafiyah), serta para sahabat Asy Syafi’i (Syafi’iyah), mengatakan bahwa syariat kaum sebelum kita tetaplah menjadi syariat kita, kecuali ada dalil yang menunjukkan sudah dihapus. (Al Inarah Syarh Kitab Al Isyarah, hal. 272)
3. Bagaimana caranya?
Caranya seperti yang dijelaskan dalam hadits:
صِيَامَ يَوْمٍ وَإِفْطَارَ يَوْمٍ
Sehari puasa, sehari tidak. (HR. Bukhari no. 5052)
4. Bagaimana kedudukannya?
Ini adalah puasa terbaik setelah puasa Ramadhan. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan:
يُؤْخَذُ مِنْهُ أَنَّ الْأَفْضَلَ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَصُومَ صَوْمَ دَاوُدَ أَنْ يَصُومَ يَوْمًا وَيُفْطِرَ يوما دائما
Dari hadits ini bisa diambil pelajaran, bahwa yang paling utama bagi yang ingin berpuasa adalah puasa Daud, yaitu sehari puasa, sehari tidak, secara konstan. (Fathul Bari, jilid. 9, hal. 96)
Wajar jika dianggap puasa terbaik, karena ini puasa yang sangat berat. Imam At Tirmidzi berkata:
قَالَ بَعْضُ أَهْلِ العِلْمِ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ أَنْ تَصُومَ يَوْمًا وَتُفْطِرَ يَوْمًا، وَيُقَالُ: هَذَا هُوَ أَشَدُّ الصِّيَامِ.
Sebagian ulama mengatakan: sebaik-baiknya puasa adalah puasa Daud, yaitu sehari puasa, sehari tidak. Dikatakan: “Ini adalah puasa yang paling berat.” (Sunan At Tirmidzi no. 770)
5. Apakah harus seumur hidup?
Tidak ada petunjuk yang menyebut puasa Daud itu mesti muabbad (seumur hidup tanpa berhenti). Siapa yang mampu melakukannya setahun atau beberapa tahun, silahkan. Siapa yang mampu dan kuat sepanjang hidupnya, juga silahkan.
6. Apakah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan puasa Daud juga?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melakukannya. Para ulama menyebutkan beberapa kemungkinan atau alasan kenapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggalkan amal-amal utama:
– Dalam rangka meringankan umatnya, walau amal itu memiliki keutamaan besar, dan Beliau mampu melakukannya.
– Agar tidak dianggap kewajiban, sebagaimana saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggalkan shalat Tarawih di malam ke-4 Ramadhan.
– Disibukkan oleh hal-hal yang lebih utama, atau yang benar-benar wajib. (Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 224307)
7. Ketika puasa Daud, apakah tidak boleh puasa sunnah lainnya?
Para ulama menegaskan, tidak dianjurkan berpuasa sunnah lainnya, bagi yang sudah konstan puasa Nabi Daud, walau dia kuat melakukan lebih. (Tidak dianjurkan bukan berarti tidak boleh, bagi yang benar-benar mampu)
Hal ini berdasarkan nasihat Nabi kepada Abdullah bin Amr bin al ‘Ash yang sangat semangat puasa sunnah, dan meminta “lebih” dari puasa Daud:
صُمْ صَوْمَ نَبِيِّ اللهِ دَاوُدَ، وَلَا تَزِدْ عَلَيْهِ
Berpuasalah dengan puasa Nabi Daud, dan jangan kamu tambahkan lagi.
(HR. Ahmad no. 6867. Syaikh Ahmad Syakir dan Syaikh Syuaib al Arnauth mengatakan: Shahih)
Knp tidak dianjurkan dan tidak usah ditambah lagi, walau seseorang kuat melakukannya ? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:
لا أفضل من ذلك
Tidak ada yang lebih utama dari itu. (HR. Bukhari no. 1976)
Di masa tuanya, Abdullah bin Amr bin al Ash berkata:
يَا لَيْتَنِي قَبِلْتُ رُخْصَةَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Duh andaikata dulu saya mau menerima keringanan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. (HR. Bukhari no. 1975)
Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah menjelaskan:
وهذا صريح في أن الزيادة عليه غير مستحبة، وأن الاكتفاء بهذا النوع من الصوم يغني صاحبه عن تكلف الزيادة، ويجعل الزيادة مفضولة غير مستحبة.
Ini menjelaskan bahwa puasa tambahan baginya tidaklah mustahab (sunnah), sesungguhnya mencukupkan diri dengan puasa ini (puasa Daud) bagi pelakunya sudah mencukupi baginya dibanding dia membebani diri dengan menambah shaum sunnah lainnya, shgga membuat shaum sunnah tersebut tidak dianjurkan baginya. (Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 297278)
Demikian. Wallahul Muwaffiq Ilaa aqwamith Thariq