Oleh: KH. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc
وَقَا لَ رَجُلٌ مُّؤْمِنٌ ۖ مِّنْ اٰلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ اِيْمَا نَهٗۤ اَتَقْتُلُوْنَ رَجُلًا اَنْ يَّقُوْلَ رَبِّيَ اللّٰهُ وَقَدْ جَآءَكُمْ بِا لْبَيِّنٰتِ مِنْ رَّبِّكُمْ ۗ وَاِ نْ يَّكُ كَا ذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهٗ ۗ وَاِ نْ يَّكُ صَا دِقًا يُّصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِيْ يَعِدُكُمْ ۚ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّا بٌ
“Dan seseorang yang beriman di antara keluarga Fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata, Apakah kamu akan membunuh seseorang karena dia berkata, ‘Tuhanku adalah Allah’, padahal sungguh, dia telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta maka dialah yang akan menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika dia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas dan pendusta.” (QS. Ghafir: 28)
• Kisah “seseorang yang beriman” yang diabadikan ayat ini mengingatkan kita semua bahwa setiap orang beriman tanpa kecuali bertanggungjwab atas kondisi yang terus memburuk di sebuah negeri. Khususnya jika penguasa makin zalim dan membunuhi orang-orang beriman seperti yang dilakukan Fir’aun.
• Rasa tanggungjawab ini bisa kita baca dari tokoh ayat ini yang sebelumnya memyembunyikan keimanannya. Tetapi ketika situasi makin memburuk ia pun siap mengorbankan kenyamanan pribadinya demi menyelamatkan kepentingan negeri yang jauh lebih besar.
• Orang-orang beriman ada di semua lini kehidupan. Ada di semua partai politik. Ada di semua departemen. Ada di tubuh polisi dan tentara. Ada di peradilan. Ada di kementrian. Bahkan ada di istana. Jika setiap orang beriman di semua lini kehidupan tersebut punya rasa tanggungjawab untuk mencegah terjadinya pemburukan situasi pasti bisa menghentikannya atas ijin Allah. Ini alternatif solusi yang ditawarkan ayat di atas.
• Apa langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tumbuhnya kesadaran akan rasa tanggungjawab tersebut?
• Ayat ini pun mengisyaratkannya melalui karakter tokoh yang disebutkan di dalam ayat di atas.
• Pertama, “beriman”. Syarat pertama dan utama punya akidah yang kuat. Akidah yang meyakini kehidupan abadi di akhirat jauh lebih penting dari kehidupan dunia yang sebentar lagi ditinggalkan. Akidah inilah yang akan membangkitkan semangat, tekad dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman yang selama ini dinikmati tetapi membahayakan masa depan negeri dan anak cucu.
• Kedua, “diantara keluarga Fir’aun”. Gerakan kesadaran dan rasa tanggungjawab ini bila sudah muncul di kalangan “keluarga Fir’aun” maka akan mudah menciptakan gelombang kesadaran dan rasa tanggungjawab di luar “keluarga Fir’aun”. Karena merekalah yang lebih mengetahui situasi dan merasakannya.
• Ketiga, “yang menyembunyikan imannya”. Ini mengisyaratkan kesiapan untuk keluar dari zona nyaman. Perjuangan dan perbaikan situasi selalu menuntut pengorbanan. Tanpa kesiapan berkorban tidak pernah ada keberhasilan. Zona nyaman berpotensi melenakan dan membuai. Karena itu, seringkali Allah menghadirkan ancaman dan situasi buruk agar orang-orang beriman bangkit dari keterlenaan dan segera keluar dari zona nyaman yang menyimpan bahaya besar di baliknya.