Semua dalam Pengawasan Allah SWT

Narasumber : KH. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc

اِنَّ  رَبَّكَ  لَبِا لْمِرْصَا دِ

“Sungguh Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (QS. Al-Fajr: 14)

• Di dalam “Tafsir al-Jalalain” disebutkan, makna بالمرصاد adalah “mengawasi semua perbuatan hamba tanpa ada sedikit pun yang luput dari-Nya untuk memberikan balasan kepada mereka”.

• Dalam tafsir “Fi Zhilalil Quran” disebutkan: Melihat, menghitung, menghisab dan membalas sesuai dengan timbangan yang akurat, yang tidak pernah salah, tidak menzalimi seorang pun, dan tidak memutuskan berdasarkan sisi lahiriyah tetapi berdasarkan hakikat segala sesuatu. Sedangkan manusia bisa salah timbangannya, keliru penilaiannya, dan tidak melihat kecuali berdasarkan hal-hal yang bersifat lahiriyah.

• Untuk mendapatkan gambaran lebih meyakinkan, renungkanlah kisah di bawah ini.

• Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Musa as pernah bermunajat kepada Allah di suatu hari lalu bertanya kepada-Nya: Wahai Tuhanku, bagaimanakah cara orang lemah mengambil haknya dari orang yang kuat?

• Allah menjawab, Pergilah setelah ashar ke sebuah tempat pada jam sekian.. agar kamu melihat dan mengetahui bagaimana orang lemah mengambil haknya dari orang kuat.

• Musa as pun pergi ke tempat tersebut. Di tempat ini ia melihat air terjun yang keluar dari sela-sela gunung.

• Musa as duduk sambil memperhatikan dan mengamati. Tiba-tiba datang seorang penunggang kuda untuk mandi dan mengambil air. Ia turun dari kendaraannya dan melepas ikat pinggangnya lalu meletakkannya di atas batu yang ada di dekatnya.

• Setelah puas minum dan mandi, penunggang kuda ini pergi tetapi lupa mengambil ikat pinggangnya.

• Tidak lama kemudian datang seorang anak muda sambil menunggang keledai ke air terjun tersebut untuk minum dan mandi. Setelah minum dan mandi ia mengucap alhamdulillah dan kembali. Saat hendak berjalan ia melihat ikat pinggang penunggang kuda yang tertinggal di pinggir air terjun. Ia mengambil dan membuka ikat pinggang itu dan ternyata berisi emas, uang dan permata yang sangat berharga. Ia pun pergi sambil membawa harta tersebut.

• Tidak lama setelah itu, datang seorang kakek untuk minum dan mandi. Tidak lama kemudian datang penunggang kuda mencari ikat pinggangnya yang tertinggal tetapi tidak menemukannya.

• Penunggang kuda bertanya kepada sang kakek: Mana ikat pinggangku yang tadi tertinggal di sini? Sang kakek menjawab: Saya tidak tahu dan saya tidak melihat ikat pinggang.

• Penunggang kuda itu kemudian mencabut pedangnya lalu memenggal kepala sang kakek.

• Musa as melihat dan mengamati semua peristiwa tersebut, lalu berkata: Wahai Tuhanku, penunggang kuda itu telah menzalimi sang kakek.

• Allah menjelaskan: Wahai Musa! Kakek tua itu pernah membunuh orang tua penunggang kuda itu. Sedangkan bapaknya anak muda tadi pernah bekerja selama dua puluh tahun di tempat orang tua penunggang kuda tetapi tidak permah mendapatkan haknya.

• Jadi, penunggang kuda itu mengambil hak bapaknya dari kakek tua, sedangkan anak muda itu mengambil hak bapaknya dari penunggang kuda.

•Subhanallah. Maha Suci Allah yang menamakan diri-Nya “al-Haq”. Tidak ada kezaliman yang luput dari-Nya, sekecil apa pun. Semua dalam pengawasan-Nya dan mendapat balasan.